QS 5:6
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik ; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni'mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur
BM 278 Dari Abu Hurairah, bahwasannya Nabi saw telah bersabda: Apabila engkau akan beridiri kepada sholat, maka sempurnakanlah wudlu, … (Dikeluarkan oleh “Tujuh”, tetapi lafazh itu bagi Bukhari)
BM 37 Dari Humran, bahwasanya ‘Ustman minta air wudlu, lalu ia cuci tangannya 3 (tiga) kali
- kemudian ia berkumur-kumur dan menaikkannya air ke hidung dan menghembuskannya,
- kemudian ia cuci mukanya 3 (tiga) kali,
- kemudian ia cuci tangan yang kanan sampai siku 3 (tiga) kali, kemudian yang kiri seperti demikian,
- kemudian ia usap kepalanya,
- kemudian ia cuci kakinya yang kanan sampai mata kaki 3(tiga) kali, kemudian yang kiri seperti demikian, kemudian ia berkata : Saya pernah melihat Rasulullah saw. Berwudlu’ seperti wudlu’ saya ini (Muttafaq’alaih )
BM 41 Dari ‘Abdullah bin Amr, tentang sifat wudlu. Ia berkata : … kemudian ia(Rasulullah) usap kepalanya dan ia masukkan dua jari telunjuknya di dua telinganya dan ia usap dua telinganya di sebelah luar dengan dua ibu jarinya.
(Dikeluarkan-dia oleh Abu Daud dan Nasa-I, dan dishahkan-dia oleh Ibnu Khuzaimah)
B. BERDIRI
QS Al Baqarah 2 : 238
Peliharalah semua sholat, dan sholat wusthaa. Berdirilah untuk Allah dengan khusyu'.
BM 347 Dari Imran bin Hushain bahwasannya Nabi saw telah bersabda: Sholatlah dengan berdiri, jika engkau tidak bisa, maka dengan duduk; jika engkau tidak bisa, maka dengan berbaring; jika engkau tidak bisa maka berisyaratlah,
Shahih Bhukari (SB) 402, 404 … Dan luruskan shaf (barisan) dalam sholat, sesungguhnya meluruskan shaf itu sebaik-baik sholat.
Dari Anas ra. Dari Nabi saw, sabdanya: “Luruskan shaf! Aku dapat melihatmu dibelakangku. Diantara kami bertemu bahu demi bahu kawannya, dan tumit dengan tumit.
C. NIAT
Niat berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Ta'ala semata, serta menguatkannya dalam hati.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai dengan niatnya." (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain. Baca Al Irwa', hadits no. 22).
Niat tidak dilafadzkan
Dan tidaklah disebutkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak pula dari salah seorang sahabatnya bahwa niat itu dilafadzkan.
Abu Dawud bertanya kepada Imam Ahmad. Dia berkata, "Apakah orang sholat mengatakan sesuatu sebelum dia takbir?" Imam Ahmad menjawab, "Tidak." (Masaail al Imam Ahmad hal 31 dan Majmuu' al Fataawaa XXII/28).
AsSuyuthi berkata, "Yang termasuk perbuatan bid'ah adalah was-was (selalu ragu) sewaktu berniat sholat. Hal itu tidak pernah diperbuat oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maupun para shahabat beliau. Mereka dulu tidak pernah melafadzkan niat sholat sedikitpun selain hanya lafadz takbir."
D. TAKBIRATUL IHROM
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selalu memulai sholatnya dilakukan hanya sekali ketika hendak memulai suatu sholat) dengan takbiratul ihrom yakni mengucapkan Allahu Akbar ( ) di awal sholat dan beliau pun pernah memerintahkan seperti itu kepada orang yang sholatnya salah.
BM 278 Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi saw. Telah bersabda: "Apabila engkau (akan) berdiri mengerjakan sholat, maka sempurnakanlah wudhu'mu terlebih dahulu kemudian menghadaplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihrom(takbir, …." (Dikeluarkan-dia oleh “Tujuh”, tetapi lafash itu bagi Bhukari; dan bagi Ibnu Majah dengan isnad Muslim): … tetap engkau berdiri.
Takbirotul ihrom diucapkan dengan lisan
Takbirotul ihrom tersebut harus diucapkan dengan lisan (bukan diucapkan di dalam hati). Muhammad Ibnu Rusyd berkata, "Adapun seseorang yang membaca dalam hati, tanpa menggerakkan lidahnya, maka hal itu tidak disebut dengan membaca. Karena yang disebut dengan membaca adalah dengan melafadzkannya di mulut."
An Nawawi berkata, "…adapun selain imam, maka disunnahkan baginya untuk tidak mengeraskan suara ketika membaca lafadz tabir, baik apakah dia sedang menjadi makmum atau ketika sholat sendiri. Batas minimal suara yang pelan adalah bisa didengar oleh dirinya sendiri jika pendengarannya normal.
MENGANGKAT KEDUA TANGAN
Disunnahkan mengangkat kedua tangannya setentang bahu (lihat gambar) ketika bertakbir dengan merapatkan jari-jemari tangannya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma, ia berkata:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak
- memulai sholat,
- setiap kali bertakbir untuk ruku' dan
- setiap kali bangkit dari ruku'nya."(Muttafaqun 'alaihi).
SM 342 Dari Salim ra. Dari bapaknya katanya: “Aku melihat Rasulullah saw ketika beliau memulai sholat; diangkatnya kedua tangannya hingga setentang dengan bahunya. Begitu pula sebelum ruku’ dan bangkit dari ruku’. Tetapi beliau tidak mengangkatnya ketika duduk diantara dua sujud
SM 343 Dari Salim bin Abdullah bin Umar ra. Katanya: Apabila Rasulullah saw. Berdiri hendak sholat, maka diangkatnya kedua tangannya hingga setentang dengan kedua bahunya sambil membaca takbir. Apabila beliau hendak ruku’, dilakukannya pula seperti itu, begitu pula ketika bangkit dari ruku’. Tetapi beliau tidak melakukannya ketika mengangkat kepala dari sujud.”
Atau mengangkat kedua tangannya setentang telinga, berdasarkan :
SM 344 Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyyallahu anhu, ia berkata: "Bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam takbir (untuk sholat), beliau mengangkat kedua tangannya hingga setentang dengan kedua telinganya. Dan bila beliau hendak ruku’ diangkatnya pula kedua telinganya setentang dengan kedua telinganya. Dan apabila beliau mengangkat kepala dari ruku, beliau membaca “sami’allahu liman hamidah” sambil mengangkat tangan seperti itu pula.”
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Tamam dan Hakim disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dengan membuka jari-jarinya lurus ke atas (tidak merenggang-kannya dan tidak pula menggengamnya). (Shifat Sholat Nabi).
BERSEDEKAP
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya (bersedekap).
SM 357 Dari Wa’il bin Hujr ra katanya dia melihat Nabi saw mengangkat kedua tangan pada permulaan sholat setentang dengan kedua telinganya sambil membaca takbir. Kemudian dilipatkan bajunya lalu diletakkannya bagian kanan diatas yang kiri. Ketika beliau hendak ruku’ dikeluarkannya kedua tangannya dari lipatan bajunya, kemudian diangkatnya sambil membaca takbir lalu beliau ruku’, kemudian beliau membaca “samiallahu liman hamidah” diangkatnya pula kedua tangannya. Ketika sujud beliau sujud atas kedua telapak tangannya
BM 293 Dari Wa’il bin Hujr,Ia berkata: saya pernah bersholat beserta Nabi saw, ia meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya didadanya (Dikeluarkan-dia oleh Ibnu Khuzaimah)
MEMANDANG TEMPAT SUJUD
Pada saat mengerjakan sholat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tempat sujud. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu 'anha:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengalihkan pandangannya dari tempat sujud (di dalam sholat)." (HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
Larangan menengadah ke langit
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang keras menengadah ke langit (ketika sholat).
BM 259 Dari Jabir bin Samurah. Ia bekata: telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Hendaklah sekelompok orang berhenti daripada mendongakkan pandangan mereka ke langit dalam shiolat atau tidak akan kembali (pandangan) itu kepada mereka." (Diriwayatkan-dia oleh Muslim).
SB 417 Anas bin Malik bercerita, bahwa Rasulullah saw bersabda: “ Apakah gerangan yang terpikir oleh sementara orang yang melihat ke langit dalam sholatnya?” Sangat keras ucapan beliau ketika mengucapkan kata-katanya itu. Sehingga akhirnya beliau bersabda: “Hentikanlah perbuatan seperti itu! Ataukah mereka ingin pandangan mereka dicabut
E. MEMBACA DO'A IFTITAH
Dalam doa iftiftah tersebut beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan pujian, sanjungan dan kalimat keagungan untuk Allah.
DOA IFTITAH UNTUK SHOLAT FARDLU & SUNNAH :
SM 554 & SB 412
Dari Abu Huraiarah ra. Katanya: “Biasanya Rasulullah saw. Diam seketika sesudah takbir, sebelum membaca Fatihah. Lalu kutanyakan kepada beliau, “Ya, Rasulullah! Apakah yang anda baca ketika anda diam seketika antara takbir dan membaca Fatihah?” Jawab beliau, “ Aku membaca:
BM 286 Dari Abu Hurairah. Ia berkata : Adalah Rasulullah saw. Apabila bertakbir (takbiratul ihram) buat sholat, ia berhenti sebentar sebelum membaca (Al-Fatihah), maka saya bertanya kepadanya. Sabdanya: Aku mengucap:
"ALLAHUUMMA BA'ID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAA'ADTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIBI, ALLAAHUMMA NAQQINII MIN KHATHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS. ALLAAHUMMAGHSILNII BIL MAA'I WATS TSALJI WAL BARADI"
artinya:
"Ya, Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya, Allah, bersihkanlah kau dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya, Allah cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun." (Muttafaq’alaih).
DOA IFTITAH UNTUK SHOLAT MALAM (
Qilamul Lail/Tahajjud/Tattawu’/Tarawih)
BM 285 Dari ‘Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah saw bahwasanya ia apabila berdiri kepada sholat (sesudah takbiratul ihram) ia membaca:
"WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAN [MUSLIMAN] WA MAA ANA MINAL MUSYRIKIIN. INNA SHOLATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAHI RABBIL 'ALAMIIN. LAA SYARIIKALAHU WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA AWWALUL MUSLIMIIN. ALLAHUMMA ANTAL MALIKU, LAA ILAAHA ILLA ANTA [SUBHAANAKA WA BIHAMDIKA] ANTA RABBII WA ANA 'ABDUKA, DHALAMTU NAFSII, WA'TARAFTU BIDZAMBI, FAGHFIRLII DZAMBI JAMII'AN, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA. WAHDINII LI AHSANIL AKHLAAQI LAA YAHDII LI AHSANIHAA ILLA ANTA, WASHRIF 'ANNII SAYYI-AHAA LAA YASHRIFU 'ANNII SAYYI-AHAA ILLA ANTA LABBAIKA WA SA'DAIKA, WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIKA.
WASY SYARRULAISA ILAIKA. [WAL MAHDIYYU MAN HADAITA]. ANA BIKA WA ILAIKA [LAA MANJAA WALAA MALJA-A MINKA ILLA ILAIKA. TABAARAKTA WA TA'AALAITA ASTAGHFIRUKA WAATUUBU ILAIKA"
yang artinya:
"Aku hadapkan wajahku kepada Pencipta seluruh langit dan bumi dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sesuatu pun yang menyekutui-Nya. Demikianlah aku diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim. Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tiada Ilah selain Engkau semata-mata. [Engkau Mahasuci dan Mahaterpuji], Engkaulah Rabbku dan aku hamba-Mu, aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah semua dosaku. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang berhak mengampuni semua dosa. Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang paling baik, karena hanya Engkaulah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan jauhkanlah diriku dari akhlaq buruk. Aku jawab seruan-Mu, sedang segala keburukan tidak datang dari-Mu. [Orang yang terpimpin adalah orang yang Engkau beri petunjuk]. Aku berada dalam kekuasaan-Mu dan akan kembali kepada-Mu, [tiada tempat memohon keselamatan dan perlindungan dari siksa-Mu kecuali hanya Engkau semata]. Engkau Mahamulia dan Mahatinggi, aku mohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu." (Diriwayatkan-dia oleh Muslim dan di satu riwayat baginya: bahwasanya yang demikian itu di SHOLAT MALAM)
SM 741-743 Bab Sholat dan do’a Nabi saw. tengah malam.
SM 556 Dari Anas ra. Katanya: “ Seorang laki-laki* datang dengan tergesa-gesa, lalu dia masuk ke dalam shaf. Sesudah itu dia membaca “ Alhamdulillahi hamdan kastiran thayyiban mubarakan fihi” …
SM 557 Dari Ibnu Umar ra. Katanya “Ketika kami sedang sholat bersama-sama Rasulullah saw., tiba-tiba ada seorang laki-laki* dalam jamaah membaca : “Allahu Akbar, Kabiran wal hamdulillahi kastiran wa subhanallahi bukratan wa ashila.” …
* Dalam hadist tersebut, terdapat “seorang laki-laki” yang tidak diketahui namanya=Anonim, bukan yang sunnah/ketentuan dilakukan Rasulullah
F. MEMBACA TA’AWWUDZ
Membaca doa ta'awwudz adalah disunnahkan dalam setiap raka'at, sebagaimana firman Allah ta'ala:
"Apabila kamu membaca al Qur-an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (An Nahl : 98).
Nabi biasa membaca ta'awwudz yang berbunyi:
"A'UUDZUBILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM "
artinya: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk,).
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni, Hakim dan dishahkan olehnya serta oleh Ibnu Hibban dan Dzahabi).
BACAAN TA’AWWUDZ DALAM SHOLAT
BM 288 Dan seperti itu juga dari Abi Sa’id al-Kudri, dengan marfu’ disisi Lima” dan dari situ: Dan adalah ia berkata sesudah takbir:
"A'UUZUBILLAHIS SAMII'IL ALIIM MINASY SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMAZIHI WA NAFKHIHI WANAFTSIHI "
artinya: "Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk dari permainannya dan gangguannya dan ludahannya"
Keterangan : Hadist ini mempunyai beberapa jalan sehingga menjadi kuat dan dapt dipakai. (Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad hasan).
G. BASMALLAH
BM 297-300 Dari Anas, bahwasannya Nabi saw dan Abubakar dan Umar adalah memulai sholat dengan Alhamdulillahirabbil’alamin (Muttafaq’alaih)
Muslim tambah: Mereka tidak membaca Bismillahirrahmanir-rahim di permulaan bacaan (Al Fatihah) dan tidak diakhirnya.
Dan disatu riwayat bagi Ahmad dan Nasa-I dan Ibnu Khuzaimah: Mereka tidak menyaringkan Bismillahirrahmannirahim
Dan pada (satu riwayat) yang lain oleh Ibnu Khuzaimah: Adalah mereka membaca dengan perlahan
SB 411 Berita dari Anas ra. Mengatkaan bahwa Nabi saw, Abu Bakar dan Umar ra., ketiga-tiganya memulai sholat mereka dengan membaca Alhamdulillahirabbil ‘ alamin (surat Al-Fatihah)
SM 354-355 Dari Anas r.a katanya: “Aku biasa sholat bersama-sama dengan Rasulullah saw. Dengan Abu Bakar, dengan ‘Umar dan dengan ‘Usman , tetapi aku tidak pernah mendengar mereka membaca “Bismillahirrahmanirrahim”
Dari Anas bin Malik ra., katanya: “Aku biasa sholat di belakang Nabi saw., di belakang Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Usman. Mereka hanya memulai bacaan dengan “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin dan tidak pernah kudengar mereka membaca “Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan (Al-Fatihah) dan tidak pula penghabisannya
H. MEMBACA AL FATIHAH
Hukum Membaca Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah merupakan salah satu dari sekian banyak rukun sholat, jadi kalau dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah sholatnya berdasarkan perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya):
"Tidak dianggap sholat (tidak sah sholatnya) bagi yang tidak membaca Al-Fatihah" (Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Jama'ah: yakni Al-Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i dan Ibnu Majah).
"Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah maka sholatnya buntung, sholatnya buntung, sholatnya buntung…tidak sempurna"(Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim dan Abu 'Awwanah).
Kapan Kita Wajib Membaca Surat Al-Fatihah
Tentang ini Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa pernah Rasulullah melarang makmum membaca surat dibelakang imam kecuali surat Al-Fatihah:
"Betulkah kalian tadi membaca (surat) dibelakang imam kalian?" Kami menjawab: "Ya, tapi dengan cepat wahai Rasulallah." Berkata Rasul: "Kalian tidak boleh melakukannya lagi kecuali membaca Al-Fatihah, karena tidak ada sholat bagi yang tidak membacanya." (Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhori, Abu Dawud, dan Ahmad, dihasankan oleh At-Tirmidzi dan Ad-Daraquthni)
SB 420 Diberitakan oleh ‘Ubbadah bin Shammit ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Tidak (sah) sholat orang yang tidak membaca Surah Al Fatihah.”
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sesudah mendirikan sholat yang beliau keraskan bacaanya dalam sholat itu, beliau bertanya: "Apakah ada seseorang diantara kamu yang membaca bersamaku tadi?" Maka seorang laki-laki menjawab, "Ya ada, wahai Rasulullah." Kemudian beliau berkata, "Sungguh aku katakan: Mengapakah (bacaan)ku ditentang dengan Al-Qur-an (juga)." Berkata Abu Hurairah, kemudian berhentilah orang-orang dari membaca bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada sholat-sholat yang Rasulullah keraskan bacaannya, ketika mereka sudah mendengar (larangan) yang demikian itu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa-i dan Malik. Abu Hatim Ar Razi menshahihkannya, Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan).
Hadits-hadits tersebut merupakan dalil yang tegas dan kuat tentang wajib diamnya makmum apabila mendengar bacaan (surat) imam, kecuali membaca Al-Fatihah, karena tidak ada sholat bagi yang tidak membacanya(Al Fatihah).
Selain itu juga berdasarkan firman Allah Ta'ala (yang artinya):
"Dan apabila dibacakan Al-Qur-an hendaklah kamu dengarkan ia dan diamlah sambil memperhatikan (bacaannya), agar kamu diberi rahmat." (Al-A'raaf : 204).
Ayat ini asbabul nuzulnya/sebab turunnya berkenaan tentang sholat. Tetapi keumuman ayat ini telah menjadi khusus dan tertentu (wajibnya) hanya dalam sholat, sebagaimana telah diterangkan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id bin Jubair, Adh Dhohak, Qotadah, Ibarahim An Nakha-i, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dan lain-lain. Lihat Tafsir Ibnu Katsir II/280-281.
Cara Membaca Al Fatihah
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat Al-Fatihah pada setiap roka'at. Membacanya dengan berhenti pada setiap akhir ayat (waqof), tidak menyambung satu ayat dengan ayat berikutnya (washol) berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud, Sahmi dan 'Amr Ad Dani, dishahihkan oleh Hakim, disetujui Adz-Dzahabi.
SM 349 Dari Abu Hurairah ra., katanya Nabi saw bersabda: “Siapa yang tidak membaca Ummul Qur’an (Fatihah) dalam sholat, maka sholatnya tidak sempurna (nabi mengulangnya sampai tiga kali). Lalu ditanyakan orang kepada Abu Hurairah, “Bagaimana kalau kami sholat mengikut Imam?” jawabnya, “Bacalah perlahan-lahan! Karena aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman: ‘Sholat itu Kubagi dua antara-Ku dan hamba-Ku. Untuk hambaKu ialah apa yang dimintanya. Apabila dia mengucapkan :
Alhamdulillahirabbil ‘alamin’, maka Allah Ta’ala menjawab, Hamadani ‘abdi” (HambaKu memuji-Ku) Apabila dia mengucap Arrahmanirrahim, maka Allah menjawab, ‘Atsna ‘alayya ‘abdi (hamba-Ku menyanjung-Ku) Apabila dia mengucapkan ‘Maliki yawmiddin, maka Allah Ta’ala menjawab ‘Majjadani ‘abdi’ (Hamba-Ku mengagungkan-Ku), atau Fawwadha ilayya ‘abdi (Hamba-Ku berserah diri kepada-Ku) Apabila dia mengucapkan ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’, maka Allah ta’ala menjawab ‘Hadza bayni wa bayna ‘abdi, wa li abdi ma saala’ (Inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, untuk hamba-Ku apa yang dimintanya)
Apabila dia mengucapkan ‘Ihdinash shiratal muataqim, shiratal ladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim waladhdhaallin’, maka jawan Allah ta’ala, ‘Hadza li ‘abdi, wa li ‘abdi ma saala’ (inilah bagian hamba-Ku, untuknya apa yang dimintanya)
Jadi cara membacanya :
kemudian berhenti,
kemudian berhenti,
Begitulah seterusnya sampai selesai ayat yang terakhir.
Terkadang beliau membaca: ( MAALIKI YAUMIDDIIN )
Atau dengan memendekkan bacaan 'maa' menjadi: ( MALIKI YAUMIDDIIN), Berdasarkan riwayat yang mutawatir dikeluarkan oleh Tamam Ar Razi, Ibnu Abi Dawud, Abu Nu'aim, dan Al Hakim. Hakim menshahihkannya, dan disetujui oleh Adz-Dzahabi.
MEMBACA AMIN
Hukum Bagi Imam:
BM 303 Dan daripadanya. Ia berkata : adalah Rasulullah saw. Apabila selesai membaca al-Fatihah, ia nyaringkan suaranya dan berkata: Aamin. (Diriwayatkan-dia oleh Daruquthni, dan ia hasankan-dia dan oleh Hakim dan is shahkan-dia)
BM 304 Dan bagi Abi Dawud dan Tirmidzi dar Hadist Wa-il bin Hujr seperti itu (juga)
SM 362 Dari Abu Hurairah ra. Katanya Rasulullah saw bersabda: “Apabila imam telah membaca ‘Amin’, maka baca pulalah olehmu. Siapa yang bacaan ‘Aminnya bersamaan dengan ‘Amin malaikat, diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu.
SB 429-430 Diberitakan oleh Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda: “ Apabila imim membaca Amin, maka ucapkanlah pula Amin! Karena barang siapa bersamaannya Amin’nya dengan Amin malaikat, diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu.
Diberitakan oleh Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda: “apabila imim membaca Ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhallin, maka ucapkannya Amin! Barangsiapa bersamaan ucapan Amin-Nya dengan ucapan malaikat, diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu
QS 4:31 Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia .
“Yang dimaksud diampuni dosa-dosanya yang telah lalu adalah dosa-dosa kecil karena dosa besar hanya bias diampuniNya dengan cara bertaubat”
Dari Abu hurairah, dia berkata: "Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, jika selesai membaca surat Ummul Kitab (Al-Fatihah) mengeraskan suaranya dan membaca amin."
(Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ad-Daraquthni dan Ibnu Majah, oleh Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Shahihah dikatakan sebagai hadits yang berkualitas shahih)
"Bila Nabi selesai membaca Al-Fatihah (dalam sholat), beliau mengucapkan amiin dengan suara keras dan panjang." (Hadits shahih dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Abu Dawud)
Hadits tersebut mensyari'atkan para imam untuk mengeraskan bacaan amin, demikian yang menjadi pendapat Al-Imam Al-Bukhari, As-Syafi'i, Ahmad, Ishaq dan para imam fikih lainnya. Dalam shahihnya Al-Bukhari membuat suatu bab dengan judul 'baab jahr al-imaan bi al-ta-miin' (artinya: bab tentang imam mengeraskan suara ketika membaca amin). Didalamnya dinukil perkataan (atsar) bahwa Ibnu Al-Zubair membaca amin bersama para makmum sampai seakan-akan ada gaung dalam masjidnya.
Hukum Bagi Makmum:
Dalam hal ini ada beberapa petunjuk dari Nabi (Hadits),
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Jika imam membaca amiin maka hendaklah kalian juga membaca amiin."
Hal ini mengisyaratkan bahwa membaca amiin itu hukumnya wajib tetapi tidak mutlak harus dilakukan oleh makmum. Mereka baru diwajibkan membaca amiin ketika imam juga membacanya. Adapun bagi imam dan orang yang sholat sendiri, maka hukumnya hanya sunnah. (lihat Nailul Authaar, II/262).
I. BACAAN SURAT SETELAH AL FATIHAH
QS 73:20
Artinya : Sesungguhnya Allahmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah dari Al Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah dari Al Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Panjang pendeknya surat yang dibaca
Membaca surat Al-Qur-an ini dilakukan pada dua roka'at pertama.
SB 427 Diceritakan oleh Atha’ ra. Bahwasanya dia mendengar Abu Hurairah berkata: “ Qur’an dibaca di setiap sholat. Bacaan yang dinyaringkan oleh Nabi saw., kami nyaringkan pula untukmu, Dan bacaan yang dibaca dengan perlahan-lahan untukmu. Jika tidak kamu tambah surat Al-Fatihah, itu sudah cukup untukmu, tetapi jika kamu tambah (dengan surat-surat yang lain) maka itu akan lebih baik.
SM 421 Dari Abu Mas’ud Al Anshari ra. … Lalu beliau bersabda, “Hai, manusia! Diantara kamu sekalian ada yang bertindak menjadi imam menyebabkan orang benci kepada agama ini. Karena itu, siapa saja diantara kamu yang menjadi imam, hendaklah dia memendekkan bacaan sholat, karena dibelakangnya ada orang tua, ada yang lemah, dan ada pula yang sedang mempunyai keperluan.”
SM 422 Dari Abu Hurairah ra., katanya Nabi saw. Bersabda: “Apabila kamu mengimami sholat orang banyak, hendaklah kamu pendekkan (bacaan), karena diantara makmum terdapat pula anak-anak, orang tua, orang yang lemah, dan orang sakit. Apabila kamu sholat sendiri, sholatlah berapa lama kamu suka.
SM 423 Apabila kamu mengimami sholat orang banyak, hendaklah dia memendekkan (bacaan) sholatnya, karena diantara para makmum terdapat orang-orang tua dan orang yagn lemah. Apabila dia sholat sendiri, panjangkanlah (bacaan) sholatnya berapa dia suka
QS 17:110
Artinya : Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".
SM 401 Ibnu Abbas ra. Berkata tentang turunnya ayat 110 surat Isra …, … Janganlah kamu mengeraskan suara ketika sedang membaca ayat dalam sholat sehingga terdengar oleh orang-orang musyrik itu, dan jangan pula terlalu rendah ketika membacanya di hadapan para sahabatmu sehinggatidak kedengaran oleh mereka, tetapi perdengarkanlah kepada mereka dengan suara sedang, sekedar terdengar oleh para sahabatmu itu
Pada sholat munfarid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat-surat yang panjang kecuali dalam kondisi sakit atau sibuk, sedangkan kalau sebagai imam disesuaikan dengan kondisi makmumnya (misalnya ada bayi yang menangis, atau sudah tua maka bacaan diperpendek).
SM 425 Dari Anas bin Malik ra. Katanya Rasulullah bersabda: "Suatu waktu Aku baru mulai sholat dan aku ingin memperpanjang bacaannya akan tetapi, tiba-tiba aku mendengar suara tangis bayi sehingga aku memperpendek sholatku karena aku tahu betapa gelisah ibunya karena tangis bayi itu."
Tata cara bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya membaca surat dengan jumlah ayat yang berimbang antara roka'at pertama dengan roka'at kedua.
SB 421 Dari Abu Qatadah ra., katanya: “ Pada dua rakaat pertama sholat Zuhur, nabi saw. Membaca Surah Al Fatihah dan dua surat, dipanjangkannya bacaan pada rakaa’at pertama dan dipendekkannya pada raka’at kedua. Kadang-kadang bacaan ayatnya itu kedengaran. Dalam sholat Ashar beliau membaca Fatihatul Kitab (Al Fatihah) dan dua surat. Dan di dalam sholat Subuh, beliau memanjangkan bacaan pada raka’at pertama dan memendekkan pada raka’at kedua.”
Dalam membaca surat Al-Qur-an Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya dengan tartil, tidak lambat juga tidak cepat -sebagaimana diperintahkan oleh Allah- dan beliau membaca satu per satu kalimat, sehingga satu surat memerlukan waktu yang lebih panjang dibanding kalau dibaca biasa (tanpa dilagukan). Rasulullah berkata bahwa orang yang membaca Al-Qur-an kelak akan diseru:
"Bacalah, telitilah dan tartilkan sebagaimana kamu dulu mentartilkan di dunia, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh At-Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat Al-Qur-an dengan suara yang bagus, maka beliau juga memerintahkan yang demikian itu:
"Perindahlah/hiasilah Al-Qur-an dengan suara kalian [karena suara yang bagus menambah keindahan Al-Qur-an]." (Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari , Abu Dawud, Ad-Darimi, Al-Hakim dan Tamam Ar-Razi)
"Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Qur-an." (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al-Hakim, dishahihkan oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi)
J. RUKU'
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam setelah selesai membaca surat dari Al-Qur-an kemudian berhenti sejenak, terus mengangkat kedua tangannya sambil bertakbir seperti ketika takbiratul ihrom (setentang bahu atau daun telinga) kemudian rukuk (merundukkan badan kedepan dipatahkan pada pinggang, dengan punggung dan kepala lurus sejajar lantai). Berdasarkan beberapa hadits,
> Menekankan tangannya pada lututnya.
BM 284 Dari Abi Humaid Assa’idi. Ia berkata: Saya lihat Rasulullah saw/ apabila bertakbir, ia akngkat dua tangannya berhadapan dengan dua bahunya; dan apabila ruku’, ia tekankan dua tangan dengan dua lututnya; kemudia ia ratakan belakangnya; lantas apabila ia angkat kepalanya, ia berdiri tegak hingga tiap-tiap tulang kembali kepada tempatnya, lantas apabila ia sujud, ia taruh dua tangannya dengan tidak terbentang dan tidak mengepitnya, dan ia hadapkan ujung-unjung jari dua kakinya ke qiblat; dan apabila duduk di (akhir) rakaat yang kedua, ia duduk atas kakinya yang kiri dan ia dirikan yang kanan; dan apabila duduk di rakaat yang akhir, ia kedepankan kaki kirinya dan didirikan yang lain, dan ia duduk atas pinggulnya (Dikeluarkan-dia oleh Bukhari)
SM 489 – 890 Bab meletakkan tangan di lutut
> Merenggangkan jari-jemarinya (lihat gambar). "Beliau merenggangkan jari-jarinya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Hakim dan dia menshahihkannya, Adz-Dzahabi dan At-Thayalisi menyetujuinya)
Ø Merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya. "Beliau bila ruku', meluruskan dan membentangkan punggungnya sehingga bila air dituangkan di atas punggung beliau, air tersebut tidak akan bergerak." (Hadits di keluarkan oleh Al Imam Thabrani, 'Abdullah bin Ahmad dan ibnu Majah)
Ø Antara kepala dan punggung lurus, kepala tidak mendongak tidak pula menunduk tetapi tengah-tengah antara kedua keadaan tersebut (lihat gambar).
SM 449 Dari Aisyah ra., katanya Rasulullah saw. Memulai sholatnya beliau dengan takbir. Sesudah itu belialu baca surat Al Fatihah. Apabila beliau ruku’, kepalanya tidak mendongak dan tidak terlalu menunduk, tetapi pertengahan (sehingga kepalanya kelihatan rata dengan punggung Apabila beliau bangkit dari ruku’ beliau tidak sujud sebelum dia berdiri lurus lebih dahulu..."
> Thuma-ninah/Bersikap Tenang
Beliau pernah melihat orang yang ruku' dengan tidak sempurna dan sujud seperti burung mematuk, lalu berkata: "Kalau orang ini mati dalam keadaan seperti itu, ia mati diluar agama Muhammad [sholatnya seperti gagak mematuk makanan] sebagaimana orang ruku' tidak sempurna dan sujudnya cepat seperti burung lapar yang memakan satu, dua biji kurma yang tidak mengenyangkan." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Ya'la, Al-Ajiri, Al-Baihaqi, Adh-Dhiya' dan Ibnu Asakir dengan sanad shahih, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)
> Memperlama Ruku'
SB 449 Diceritakan oleh Al Barra’ ra., katanya: “Biasanya sujud Nabi saw., ruku’nya, dan duduknya antara dua sujud hampir sama saja lamanya masing masing
Yang Dibaca Ketika Ruku'
SB 436-438 Do'a yang dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum turun ayat 103:3, ada beberapa macam, semuanya pernah dibaca oleh beliau.
BM 314 Dari Aisyah. Ia berkata: Adalah Rasulullah saw menyebut didalam ruku’nya dan sujudnya :
SUBHAANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII
Yang artinya: "Maha Suci Engkau ya, Allah, dan dengan memuji-Mu Ya, Allah ampunilah aku." (Muttafaq’alaih)
SM 436-449
Berdasarkan hadits dari 'A-isyah, bahwasanya dia berkata:
"Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperbanyak membaca Subhanakallahumma Wa Bihamdika Allahummaghfirlii dalam ruku'nya dan sujudnya, beliau mentakwilkan Al-Qur-an." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim).
Dikatakan bahwa ada riwayat dari 'A-isyah yang menunjukkan bahwa Rasulullah sejak turunnya surat An-Nashr -yang artinya: "Hendaklah engkau mengucapkan tasbih dengan memuji Rabbmu dan memohon ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat." (TQS. An-Nashr 110:3)-, waktu ruku' dan sujud beliau shallallahu 'alaihi wa sallam selalu membaca do'a ini hingga wafatnya.
SEBELUM TURUN QS 110:3 BACAAN NABI saw, sebagai berikut::
1. SUBHAANA RABBIYAL 'ADHZIM 3 kali atau lebih (Berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan lain-lain).
Yang artinya:
"Maha Suci Rabbku, lagi Maha Agung."
2. SUBHAANA RABBIYAL 'ADHZIMI WA BIHAMDIH 3 kali (Berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Abu Dawud, Ad-Daroquthni dan Al-Baihaqi).
Yang artinya:
"Maha Suci Rabbku lagi Maha Agung dan segenap pujian bagi-Nya."
3. SUBBUUHUN QUDDUUSUN RABBUL MALA-IKATI WAR RUUH (Berdasar hadits yang dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu 'Awwanah).
Yang artinya:
"Maha Suci, Maha Suci Rabb para malaikat dan ruh."
Setelah turun ayat An-Nashr 110:3,
maka bertasbihlah dengan memuji Allahmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
Jadi, Hadist yang menunjukkan bermacam bacaan ruku’ & sujud tersebut termasuk hadist mansukh (terhapus) setelah turun ayat 103:3
Yang Dilarang Ketika Ruku'
Larangan disini adalah larangan dari Rasulullah bahwa sewaktu ruku' kita tidak boleh membaca Al-Qur-an. Berdasarkan hadits:
"Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang membaca Al-Qur-an dalam ruku' dan sujud." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu 'Awwanah)
"Ketahuilah bahwa aku dilarang membaca Al-Qur-an sewaktu ruku' dan sujud…" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu 'Awwanah).
K. I’'TIDAL DARI RUKU'
Cara i'tidal dari ruku'
Setelah ruku' dengan sempurna dan selesai membaca do'a, maka kemudian bangkit dari ruku' (i'tidal). Waktu bangkit tersebut membaca (SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH) disertai dengan mengangkat kedua tangan sebagaimana waktu takbiratul ihrom. Hal ini berdasarkan keterangan beberapa hadits, diantaranya:
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai setentang kedua pundaknya, hal itu dilakukan ketika bertakbir mau rukuk dan ketika mengangkat kepalanya (bangkit ) dari ruku' sambil mengucapkan SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH…" (Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim dan Malik).
Yang Dibaca Ketika I'tidal dari Ruku'
SB 403
BM 315-316 Dari Abi Hurairah. Ia berkata: Adalah Rasulullah saw. Apabila berdiri kepada sholat ia bertakbir ketika berdiri, kemudian ia bertakbir ketika ruku’, kemudian ia ucapkan : Sami’allahuliman hamidah, artinya Mudah-mudahan Allah memperkenankan bagi orang yang memuji-Nya. Ketika ia angkat belakangnya dari ruku’ kemudian ia ucap, setelah berdiri,
RABBANAA WALAKAL HAMD (Rabbku, segala puji kepada-Mu) , kemudian ia bertakbir ketika turun ke sujud, kemudian ia bertakbir ketika mengangkat kepalanya, kemudian ia bertakbir ketika sujud(lagi), kemudian ia bertakbir ketika bangkit, kemudian ia berbuat demikian di dalam semua sholat dan ia bertakbir, ketika bangkit dari dua raka’at setelah duduk (at-Tahiyat auwal) --- Muttafa’alaih)
Cara I'tidal
SM 428-429 – Jangan mendahului gerakan imam
Adapun dalam tata cara i'tidal ada dua pendapat, pertama mengatakan sedekap dan yang kedua mengatakan tidak bersedekap tapi melepaskannya.
Keterangan untuk pendapat pertama: Kembali meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri atau menggenggamnya dan menaruhnya di dada, ketika telah berdiri (lihat gambar). Hal ini berdasarkan nash dibawah ini:
Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam An-Nasa-i yang artinya: "Ia (Wa-il bin Hujr) berkata: "Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila beliau berdiri dalam sholat, beliau memgang tangan kirinya dengan tangan kanannya."
Berkata Al-Imam Al-Bukhari dalam shahihnya: "Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, ia berkata dari Malik, ia berkata dari Abu Hazm, ia berkata dari Sahl bin Sa'd ia berkata: "Adalah orang-orang (para shahabat) diperintah (oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ) agar seseorang meletakkan tangan kanannya atas lengan kirinya dalam sholat." Komentar Abu Hazm: "Saya tidak mengetahui perintah tersebut kecuali disandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ."
Dan sudah dimengerti bahwa Sunnah (Nabi) menjelaskan orang sholat dalam ruku' meletakkan kedua telapak tangangnya pada kedua lututnya, dan dalam sujud ia meletakkan kedua telapak tangannya pada bumi (tempat sujud) sejajar dengan kedua bahunya atau telinganya, dan dalam keadaan duduk antara dua sujud begitu pun dalam tasyahud ia meletakkannya di atas kedua pahanya dan lututnya. Dalam rincian Sunnah tersebut tidak tersisa kecuali dalam keadaan berdiri. Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwasanya maksud dari hadits Sahl diatas adalah disyari'atkan bagi Mushalli ketika berdiri dalam sholat agar meletakkan tangan kanannya atas lengan kirinya. Sama saja baik berdiri sebelum ruku' maupun sesudahnya. Karena tidak ada riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membedakan antara keduanya, oleh karena itu barangsiapa membedakan keduanya haruslah menunjukkan dalilnya.
Kembali pada kaidah ushul fiqh: "asal dari ibadah adalah haram kecuali ada penunjukannya" Disamping itu ada pula ketetapan dari hadits Wa-il bin Hujr pada riwayat An-Nasa-i dengan sanad yang shahih: Bahwasanya apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri dalam sholat beliau memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya." Wallaahu a'lamu bishshawab.
Thuma-ninah dan Memperlama Dalam I'tidal
BM 235 Dari Zaid bin Arqam, bahwasannya ia berkata: Sesungguhnya di zaman Rasulullah saw kami biasa berkata-kata di dalam sholatnya yaitu seseorang dari kami berkata kepada shahabatnya tentang keperluannya, hingga turun al Baqarah : 238
Peliharalah semua sholat, dan sholat wusthaa . Berdirilah untuk Allah dengan khusyu'. Lalu kami kami diperintah supaya diam dan dilarang kami berkata-kata. (Muttafa’alaih, tetapi lafazh itu bagi Muslim)
SB 434 Diceritakan oleh Zaid bin Wahab ra., bahwa dia melihat seorang yang tidak sempurna ruku’ dan sujudnya (Tidak ada tuma’ninah) Katanya kepada orang itu, “Sesungguhnya engkau tidak sholat. Kalau engkau mati, maka engkau mati diatas agama yang bukan agama Muhammad saw.
SB 435 Diberitakan oleh Abu Hurairah ra., bahwa Nabi saw. Masuk ke dalam mesjid, kemudian masuk seorang laki-laki lalu dia sholat. Selesai sholat, orang itu datang dan memberi salam kepada Nabi saw. Nabi menolak orang itu dan bersabda, “Ulangilah solat anda kembali karena anda belum sholat!’. Maka diulangi sholatnya kembali , kemudian dia datang dan memberi salam kepada Nabi saw. Nabi menolak orang itu dan bersabda, “Ulangilah solat anda kembali karena anda belum sholat!’. Sampai tiga kali Nabi saw menyuruh orang itu demikian. Jawab orang itu, “ Demi Allah, yang telah mengutus Anda dengan yang hak. Aku belum tahu cara sholat yang lebih baik dari itu. Karena itu ajarkanlah kepadaku.” Jawab Nabi saw., “ Apabila engkau berdiri hendak sholat, ucapkanlah takbir. Kemudian Baca ayat-ayat Qur’an yang mudah bagimu. Kemudian ruku’ sehingga engkau tenang dalam ruku’ itu, kemudian bangkit, dan berdiri lurus kembali. Sesudash itu sujud, sehingga engkau tenang dalam sujudmu itu. Sesudah itu bangkit, duduk, sehingga engkau teang dan tenteram dalam dudukmu itu. Kemudian engkau sujud, sehingga engkau tenang dalam sujudmu. Lakukanlah seperti itu setiap engkau sholat.”
L. SUJUD
Sujud dilakukan setelah i'tidal thuma-ninah dan jawab tasmi' (Rabbana WaLakal Hamd).
Caranya
Dengan mengangkat kedua tangan (setentang pundak atau daun telinga) seraya bertakbir, badan turun condong kedepan menuju ke tempat sujud, dengan meletakkan kedua lutut terlebih dahulu (lihat gambar 1) baru kemudian meletakkan kedua tangan (lihat gambar 2) pada tempat kepala diletakkan dan kemudian meletakkan kepala kepala dengan menyentuhkan/menekankan hidung dan jidat/kening/dahi ke lantai (tangan sejajar dengan pundak atau daun telinga).
Dari Wail bin Hujr, berkat, "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika hendak sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya dan apabila bangkit mengangkat dua tangan sebelum kedua lututnya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Tirmidzi An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ad-Daarimy)
"Terkadang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meletakkan tangannya [dan membentangkan] serta merapatkan jari-jarinya dan menghadapkannya ke arah kiblat." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Al-Hakim, Al-Baihaqi)
"Beliau meletakkan tangannya sejajar dengan bahunya" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Tirmidzi)
"Terkadang beliau meletakkan tangannya sejajar dengan daun telinganya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam An-Nasa'i)
Cara Sujud
SB 302 Berita dari Anas ra. Dari nabi saw, sabdanya : “Sempurnakanlah sujudmu! Jangan meletakkan kedua lenganmu dalam sujud ke bumi seperti anjing. Dan apabila meludah ke hadapan atau ke kanan, karena anda sedang berbisik dengan Allah.”
SB 445 Dari Abbas bin Abdul Muthalib ra., katanya dia mendengar Rasulullah saw. Bersabda: “Apabila seseorang hamba sujud, maka sujud pula besertanya tujuh anggota tubuhnya, yaitu : muka, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua tumitnya.”
SB 450 Dari Maimunah ra. Isteri Nabi saw., katanya “ Apabila Rasulullah saw sujud, direnggangkannya kedua sikunya dari rusuk, sehingga kelihatan putih ketiaknya. Dan apabila beliau duduk antara dua sujud dan pada tasyahud awal, beliau duduk tenang si atas pahanya yang kiri.
BM 240 Dari Abi Qatadah. Ia berkata: Pernah Rasulullah saw. Sholat dengan mendukung Umamah binti Zainab yaitu apabila sujud ia letakkan-dia, dan apabila berdiri, ia dukung-dia(kembali). (Muttafa’alaih, dan bagi Muslim …padahal ia mengimami orang-orang di masjid)
BM 331 Saya lihat Nabi saw. Apabila sujud, ia letakkan dua lututnya sebelum dua tangannya (Dikeluarkan –dia oleh Empat”)
BM 317-319 Dari Ibnu Abbas. Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw.: Aku diperintah bersujud atas tujuh tulang, atas dahi ; dan ia isyarat dengan tangannya kepada hidung dan dua tangan dan dua lutut dan ujung-ujung (jari) kedua tapak kaki (Muttafaq’alaih)
SM 444-447 Dari Abdullah bin Abbas ra., katanya Rasulullah saw., bersabda : Aku diperintahkan sujud dengan tujuh (7) anggota badan; yakni kening sekaligus hidung, dua tangan (dalam lafadhz lain; dua telapak tangan), dua lutut, jari-jari kedua kaki
> Thuma-ninah dan sujud dengan lama
Sebagaimana rukun sholat yang lain mesti dikerjakan dengan thuma-ninah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kalau bersujud baiasanya lama.
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan ruku', berdiri setelah ruku' dan sujudnya juga duduk antara dua sujud hampir sama lamanya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim)
Sujud Langsung Pada Tanah atau Boleh Di Atas Alas
"Para shahabat sholat berjama'ah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada cuaca yang panas. Bila ada yang tidak sanggup menekankan dahinya di atas tanah maka membentangkan kainnya kemudian sujud di atasnya" (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim)
Bacaan Sujud / Sujud Syahwi - Sama seperti bacaan ruku’
BM 314 Dari Aisyah. Ia berkata: Adalah Rasulullah saw menyebut didalam ruku’nya dan sujudnya :
SUBHAANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII
Yang artinya: "Maha Suci Engkau ya, Allah, dan dengan memuji-Mu Ya, Allah ampunilah aku." (Muttafaq’alaih)
SM 436-449
Berdasarkan hadits dari 'A-isyah, bahwasanya dia berkata:
"Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperbanyak membaca Subhanakallahumma Wa Bihamdika Allahummaghfirlii dalam ruku'nya dan sujudnya, beliau mentakwilkan Al-Qur-an." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim).
Dikatakan bahwa ada riwayat dari 'A-isyah yang menunjukkan bahwa Rasulullah sejak turunnya surat An-Nashr -yang artinya: "Hendaklah engkau mengucapkan tasbih dengan memuji Rabbmu dan memohon ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat." (QS. An-Nashr 110:3)-, waktu ruku' dan sujud beliau shallallahu 'alaihi wa sallam selalu membaca do'a ini hingga wafatnya.
BANGUN DARI SUJUD PERTAMA
Setelah sujud pertama -dimana dalam setiap roka'at ada dua sujud- maka kemudian bangun untuk melakukan duduk diantara dua sujud. Dalam bangun dari sujud ini disertai dengan takbir , "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit dari sujudnya seraya bertakbir" (Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
M. DUDUK ANTARA DUA SUJUD
Duduk ini dilakukan antara sujud yang pertama dan sujud yang kedua, pada roka'at pertama sampai terakhir.
DUDUK DI ATAS DUA TUMIT (DUDUK IQ’AK)
SM 491 Dari Thawus ra., katanya “Kami bertanya kepada Ibnu ‘Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit. Jawab Ibnu Abbas, : Hukumnya SUNNAH .” Kata kami, “Kami lihat janggal orang duduk seperti itu.” Jawab Ibnu Abbas, “Tetapi, begitulah sunnah Nabi saw”
BM 284 (lihat hal.14 … dan ia hadapkan ujung-unjung jari dua kakinya ke qiblat;)
Hal ini berdasar hadits:
Dari 'A-isyah berkata: "Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan." (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim) *Komentar Syaikh Al-Albani: duduknya syaithan adalah dua telapak kaki ditegakkan kemudian duduk dilantai antara dua kaki tersebut dengan dua tangan menekan dilantai.
Dari Rifa'ah bin Rafi' -dalam haditsnya- dan berkata Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam : "Apabila engkau sujud maka tekankanlah dalam sujudmu lalu kalau bangun duduklah di atas pahamu yang kiri." (Hadits dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadhz Abu Dawud)
Bacaannya
BM 322 Dari Ibnu Abbas, bahwasanya adalah Nabi saw ucap diantara dua sujud
ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAHDINII WA 'AAFINII WARZUQNII
Yang artinya: Hai Allah! Ampunkan aku dan rahmati aku dan pimpin aku dan pelihara aku dan kurniakan aku. (Diriwayatkan oleh Empat kecuali Nasa’I, tetapi lafazh itu bagi Abu Dawud, dan disahkan-dia oleh Hakim)
Thuma-ninah dan Lama
Lihat tata cara ruku' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sholat.
MENUJU ROKA'AT BERIKUTNYA
Pada masalah ini ada dua tempat/kondisi, yaitu bangkit menuju roka'at berikut dari posisi sujud kedua -pada akhir roka'at pertama dan ketiga- dan bangkit dari posisi duduk tasyahhud awal -pada roka'at kedua.
Diselai duduk istirahat
BM 323 Dari Malik bin Huwairits bahwasanya di melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sholat, maka bila pada roka'at yang ganjil tidaklah beliau bangkit (berdiri) sampai duduk terlebih dulu dengan tetap lurus." (Diriwayatkan-dia oleh Al-Bukhari)
> Bangkit/bangun dari sujud untuk berdiri (dari akhir roka'at pertama dan ketiga) didahului dengan duduk istirahat, bangkit berdiri seraya bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan. Ketika bangkit bisa dengan tangan bertumpu pada lantai atau bisa juga bertumpu pada pahanya.
Tangan bertumpu pada satu pahanya
Dari Wail bin Hujr dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ,berkata (Wa-il); "Maka tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersujud dia meletakkan kedua lututnya ke lantai sebelum meletakkan kedua tangannya; Berkata (Wa-il): Bila sujud maka …..dan apabila bangkit dia bangkit atas kedua lututnya dengan bertumpu pada satu paha." (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud)
Tangan bertumpu pada lantai (tempat sujud)
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertumpu pada lantai ketika bangkit ke roka'at kedua. (Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari)
N. TASYAHUD
Bacaan Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir SAMA… dari Attahiyatullillahi washshalawatu waththayyibatu … sampai … innaka hamidun majid
DUDUK TASYAHUD AWAL
Duduk iftirasy (duduk dengan meletakkan pantat pada telapak kaki kiri dan kaki kanan ditegakkan) (lihat gambar) dan duduk iq'ak (duduk dengan menegakkan kedua telapak kaki dan duduk diatas tumit, dalam duduk diantara dua sujud, hal.26).
DUDUK TASYAHUD AKHIR
Duduk tawarruk, yaitu dengan menegakkan telapak kaki kanan dan meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan, kemudian mendudukkan pantat di lantai serta meletakkan kedua tangan di atas kedua paha. Lalu membaca tasyahhud, serta membaca shalawat kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam
SM 356-361 Dari Abdullah ra., katanya Kami pernah membaca ketika sholat di belakang Rasulullah saw.,…. …Karena itu apabila kami duduk (tasyahud) dalam sholat, maka bacalah : “Attahiyatu lillahi, washshalawatu waththayyibatu
Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullahi wabarakatuhu
Assalamu’alaina wa’ala ‘ibadillahish shalihin , Ucapan ini meliputi bagi semua orang saleh, baik di langit dan di bumi Asyhadu alla ilaaha illallah, Wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluhu (Segala kehormatan hanya untuk Allah semata-mata, begitu pula segala do’a dan ucapan yang baik. Keselamatan untukmu, wahai Nabi, beserta rahmat Allah dan berkat daripadaNya. Keselamatan bagi kami dan bagi semua orang yang saleh. Aku mengaku tidak ada Allah selain allah. Dan aku mengaku bahwa Muhammad itu hambaNya dan rasulNya)
SM 361 Membaca shalawat
Dari Abu Mas’ud Al Anshari ra., katanya : “Ketika kamiu sedang berada di dalam masjid Sa’ad bin “Ubbadah, sekonyong-konyong Nabi saw datang. Basyir bin Sa’ad bertanya kepada beliau, “Allah ta’ala memerintahkan kami supaya beshalawat kepadamu. Bagaimana caranya kami bershalawat itu ya Rasulullah?” Kata Abu Mas’ud, “Rasulullah saw. Diam saja, tidak segera menjawab. Sehingga kami mengira, mungkin beliau tidak menyukai pertanyaan kami itu.” Kemudian beliau bersabda, “Ucapkanlah:
“Allahumma shalli ‘ala Muhammad, wa’ala ali Muhammad,Kama shallaita ‘ala aali Ibrahim.
Wabaarik ala Muhammad, wa’ala aali Muhammad, Kama baarakta ‘ala aali Ibrahim
Fil’alamina innaka hamidun majid”
Artinya : Wahai Allah! Limpahkanlah rahmatMu kepada Muhammad,s ebagaimana engkau melimpahkannya kepada keluarga Ibrahim
Dan Limpahkanlah berkatMu kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkannya kepada keluarga Ibrahim. Di alam semesta ini sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.
DOA SEBELUM SALAM
BM 341 Dari Sa’d bin Abi Waqqash, bahwasanya adalah Rasulullah saw. Di belakang tiap-tiap sholat berlindung dengan (do’a): Allahumma inni a’udzubika minal bukhli, wa a’uudzubika minal jubni, wa’audzubika hin an uradzdza ila ardzalil’umur, wa’audzubika min fitnatidunyaa, wa a’udzubika min ‘adzabil-qabri, yang artinya:
Hai Allah, Aku berlindung kepada-Mu daripada kebakhilan, dan aku berlindung kepadaMu daripada kebaculan, dan aku berlindung kepadaMu daripada sampai umur pikun, dan aku berlindung kepadaMu daripada cobaan hidup, dan aku berlindung kepadaMu dari adzab siksa qubur. (Diriwayatkan-dia oleh Bukhari)
BM 337 Dari Abi Hurairah. Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw.: Apabila bertasyahud seseorang daripadamu, hendaklah ia berlindung kepada Allah daripada empat (yaitu) ia berkata: allahuma inni a’udzubika min adzabai jahannam, wa min ‘adzaabilqabri, wa min ghitnatil mahyaa wal mamaati, wa min ghitnatilmasyiihiddajjal yang artinya:
Hai Allah! Aku berlindung kepadaMu daripada Adzab jahanam, dan dari adzab qubur, dan dari fitnah hidup dan mati dan dari fitnah dajjal yang buta sebelah (Muttafaq’alaih)
SB 454 Aisyah ra., isteri Nabi saw. Menceritakan, bahwasannya Nabi saw mendo’a dalam sholat. Do’anya : “ Allahumma inni a’udzubika min ‘adzabil qabri, waa’udzubika min fitnatil masihid dajjaal, wa a’udzubika min fitnatil mahyaa wa fitnaatil mamati. Allahuma inni a’udzubika minal ma’tsam wal maghram yang artinya :
Wahai Allah! Aku berlindung dengan Engkau dari siksa qubur, dan aku berlindung dengan Engkau dari fitnal dajjal, dan aku berlindung dengan engkau bencana kehidupan dan dari bencana kematian. Wahai Allah! Aku berlindung dengan Engkau dari segala dosa dan ebncana hutang)
Sesorang bertanya’ “ mengapa sering benar Tuan meminta perlindungan dari bencana hutang.
Jawab Nabi, “Sesungguhnya apabila seseorang telah berhutang, biasanya apabila dia berkata, dusta. Dan, apabila dia berjanji, dia mangkir.”
SB 455 Abu Bakar Shiddiq ra., menceritakan, bahwa dia berkata kepada Rasulullah saw., “Ajarkanlah kepadaku, ya, Rasulullah, do’a apa yang harus kubaca dalam sholat
Jawab Nabi,”Bacalah! Allahumma inni zhalamtu nafsi shulman katsiran, wala yaghfirudz dzunuba illa anta, faghfirli maghfiratan min ‘indika wahammi innaka anatal ghafurur rahuim, yang artinya Wahai Allah! Bahwasannya ku aniaya terhadap diriku sendiri dengan penganiayaan yang banyak. Tidak ada yang berhak mengampuni aku melainkan hanya Engkau. Karena itu ampunilah aku sebenarnya dari Engkau. Dan kasihanilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.
O. SALAM
Salam sebagai tanda berakhirnya gerakan sholat, dilakukan dalam posisi duduk tasyahhud akhir setelah membaca do'a minta perlindungan dari 4 fitnah atau tambahan do'a lainnya.
"Kunci sholat adalah bersuci, pembukanya takbir dan penutupnya (yaitu sholat) adalah mengucapkan salam." (Hadits dikeluarkan dan disahkan oleh Al Imam Al-Hakim dan Adz-Dzahabi)
Caranya
Dengan menolehkan wajah ke kanan seraya mengucapkan do'a salam kemudian ke kiri.
Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya. (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)
BM 338 Dari Wa-il bin Hujr. Ia berkata: Aku telah sholat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka adalah beliau memberi salam ke sebelah kanan dan kirinya :
"Assalamu'alaikum Warahmatullahi WaBarakatuh."
Yang artinya mudah-mudahan sejahtera (bercucuran) atas kamu dan rahmat Allah dan kurnia-kurnia-Nya (Diriwayatkan-dia oleh Abu Dawud dengan sanad yang sahih).
SM 538-539 Dari Abu Ma’mar ra., katanya “Seorang Amir di Mekah menyudahi sholat dengan dua kali salam. Maka bertanya ‘Abdullah, “Dari mana anda memeperoleh cara begitu?” Kata Al Hakam di dalam hadisnya, “ Sesungguhnya Rasulullah saw. Melakukan seperti itu
Dari Amir bin Sa’ad ra., dari bapaknya, katanya “Aku melihat Rasulullah saw. Memberi salam ke kanan dan ke kiri, sehingga terlihat olehku putih pipinya
Gerak yang dilarang
Sering terlihat orang yang mengucapkan salam ketika menoleh ke-kanan dibarengi dengan gerakan telapak tangan dibuka kemudian ketika menoleh ke kiri tangan kirinya di buka. Gerakan tangan ini dilarang oleh shallallahu 'alaihi wa sallam.
SM 384 Dari Jabir bin Samurah ra. Katanya : “Kami pernah menyudahi sholat kami ketika sholat bersama-sama Rasulullah saw. Dengan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum warahmatullahi “ sambil memberi isyarat dengan tangan ke kanan dan ke kiri. Maka bersabda Rasulullah saw., “Mengapa anda memberi isyarat dengan tangan (ketika mengucap salam) seperti ekor kuda binal? Sesungguhnya sudah cukup kalau anda letakkan tangan anda di atas paha, lalu ucapkan salam kepada saudara yang ada di kanan dan kiri anda
P. DZIKIR SETELAH SHOLAT
BM 343 Dari Abi Hurairah, dari Rasulullah saw. Ia bersabda: barangsiapa mengucap Subhanallah dibelakang tiap-tiap sholat 33 kali, dan mengucap Alhamdulillah 33 kali, dan mengucap AllahuAkbar 33 kali, maka yang demikian (jadi 99 kali), dan mengucap penyempurna seratus La ilaha illallah. Niscaya diampunkan dosa-dosanya, walaupun sebanyak busa di laut. (Diriwayatkan-dia oelh Muslim: dan di satu riwayat lain bahwa takbir itu 34 kali)
QS 7: 55
Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas .
QS. 7:205
Dan sebutlah Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termask orang-orang yang lalai.
QS 50:16
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
DAFTAR PUSTAKA:
AL QUR’AN & Terjemahan. Departemen Agama RI.
BULUGHUL MARAM / Ibnu Hajar Al Asqalani ; tpenerjemah beserta keterangannya A. Hasan. 10th print. Bandung, Diponegoro, 1984.
SHAHIH BUKHARI, atau Kitab “Al Djami’us Shahih”/ Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ismail ; penterjemah Zainuddin Hamidy et al. Jakarta: Fa. Wijaya /Wicaksana, 1992
SHAHIH MUSLIM, / Imam Muslim bin Hajjaj Al Qusyairy An Nisabury ; penerjemah Ma’mur Daud ; pentahsih Syekh H. Abd. Syukur Rahimy. 5th print. Jakarta: Fa. Widjaya, 2003