DOA' IFTITAH

Adab di Kala Membaca Do’a Tawajjuh (Iftitah)

Menurut Jumhur Ulama, bahwa membaca do’a Iftitah Itu di Sunnahkan. Banyak Hadits Shahih dari Nabi SAW mengenai Do’a Iftitah dalam shalat. Barang siapa yang membaca Do’a Iftitah yang di Sunnahkan oleh Rasulullah SAW, yang manasaja di Bolehkan. Dalam Hal ini, Syeikh Abdullah bin Baz mengatakan, “Hendaklah kita Kadang Kala membaca Do’a Iftitah Ini, dan Kadang Kala, dengan yang Lain, Karena yang demikian itu lebih Sempurna dalam mengikuti Sunnah”

Apabila Kita membaca “Wajjahtu Wajhiya”, Ingatlah, dalam hati, Saya Hadirkan Jiwa dan Raga, menghadapkan muka saya kepada Allah SWT yang Telah memerintahkan saya berdiri di hadapan-Nya, Karena mengharapkan kasih-Nya, sayang-Nya, Ampunan-Nya dan lain sebagainya.

di Ketika membaca “Lilladzi Fatharassamawati Wal-Ardha”, Ingatlah Bahwa Tuhan yang kita hadapi itu, ialah Tuhan yang menjadikan Langit, yang menurunkan hujan dari Awan, dan menjadikan bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan padanya.
Bumi dan langit itu pada mulanya bersatu, bergabungan, lalu Tuhan mencerai-kan yang satu dengan yang lain. Dan inilah sebesar-besar tanda, adanya Allah SWT yang dapat di lihat oleh mata.

Apabila kita membaca “Hanifan”, Hendaklah kita tanamkan perasaan, bahwa kita akan berdiri teguh dalam kebenaran, tidak akan berpindah dari padanya.

Apabila kita membaca “Musliman”, Hendaklah kita Ingat, bahwa kebenaran yang kita pegang dengan erat itu, ialah Islam. Yang telah di akui oleh Allah SWT.

Hendaklah kita ingat bahwa kita akan di pandang orang yang sempurna Agama, Apabila kita Turuti perintah dalam lahir dan bathin, dalam terang dan tersembunyi, dalam suka dan duka, dalam malas dan rajin, dalam sempit dan lapang. Jika belum dapat kita lakukan yang demikian, belumlah sempurna Agama kita.

Apabila kita membaca “Wama Ana Minal Musyrikiin”, Hendaklah di ingat benar-benar bahwasanya tuhan itu suci dari berserikat dalam ke Tuhanan-Nya. Tuhan suci dari I’tikad yang di anut oleh orang-orang nasrani, yaitu, (I’tikad men-tigakan Tuhan), dan dari I’tikad penyembah-penyembah berhala yang menjadikan patung-patungnya dan berhala-berhalanya sarana perantara dan dari I’tikad majusi yang mengatakan, Alam ini, mempunyai dua Tuhan, Tuhan penguasa terang dan Tuhan penguasa gelap.
Juga Tuhan Suci, dari Permulaan dan suci dari ada yang Qadim seperti-Nya dan Tuhan Suci dari Bersifat dengan sifat-sifat makhluk, dan suci dari Ada yang menyekutukan-Nya, dalam perbuatan-Nya.
dan hendaklah kita ingat. Bahwa Tuhan suci dari berserikat dalam menerima ibadat, dan suci dari ada orang lain yang di tujui oleh hamba, Ringkasnya, hendaklah kita ingat di ketika membaca “Wama Ana Minal Musyrikiin“ bahwa kita benar-benar meng Esa-kan Tuhan.

Apabila kita membaca “Innashshalati Wa Nusuki Wa Mah Yaya Wamamati Lillahirabbil ‘Alamin”, Maka hendaklah kita tanamkan perasaan bahwa, yang tersebut itu (shalat dan segala rupa ibadat hidup dan mati), atau segala kekuasaan yang tidak terbatas itu, kepunyaan Allah SWT dan hendaklah seterusnya di ingat bahwasanya Allah SWT pendidik seluruh alam, pemelihara dan pembimbingnya, dengan jalan melahirkan alam ini, dari alam yang tersembunyi ke alam yang terang dan merupakan dengan rupa yang indah dan menarik, mempunyai aturan yang lengkap dan kokoh, Jelasnya, bukanlah hanya mati dan hidup saja kepunyaan Allah SWT, bahkan segala alam yang lebar dan luas ini, kepunyaan-Nya Jua.

Apabila kita membaca “Lasyarikalahu”, Hendaklah di ingat bahwasanya Tuhan menjadikan alam ini dengan tidak berhajat kepada pembantu dan penolong, Dia sendiri yang mengadakan alam dan Dia Sendiri yang menerima persembahan hamba.

di Ketika membaca “Wabidza Lika Umirtu”, Hendaklah kita sadari, bahwa kita ini, di perintahkan. Untuk berharap kepada Allah yang menjadikan Alam semesta, kemudian di ketika kita membaca “Wa Ana Minal Muslimin”, Hendaklah di sadari pula, bahwa ucapan itu, menegaskan bahwa kita adalah orang yang benar-benar tunduk dan patuh kepada segala yang di perintahkan. Maka akuan ini menghendaki supaya kita benar-benar memenuhi apa yang kita akui itu dengan sepenuh kemauan dan kesadaran.

di Ketika kita membaca “Allahumma Antal Maliku”, Kita hujamkan benar-benar bahwasanya Allah SWT lah yang memiliki segala Makhluk, besar kecilnya, kaya miskinnya, mulia hinanya, dan bahwasanya Allah SWT lah yang menjadi Raja dari segala Raja dan mengusai segala raja.

di Ketika kita membaca “La Ilahailla Anta Antarabbi Wa Ana ‘Abduka”, Kita patri-kan benar-benar dalam Qalbu kita, bahwasanya tak ada Tuhan yang berhak di sembah melainkan Allah SWT sendiri, Dia-lah yang memelihara kita, yang membingbing, mendidik kita dan mempunyai kita, kita ini tak lain dari hamba-Nya yang tidak berdaya.

di Ketika kita membaca “Dzalamtu Nafshi Wa’taraftu Bi Zanbi”, Hendaklah kita rasakan benar-benar bahwa sungguh-sungguh kita telah menzalimkan diri kita sendiri dan bahwa kita sungguh-sungguh telah berdosa, kita akui semua dosa dan kesalahan kita. Oleh sebab itu, kita mohonkan Ampunan-Nya. Dan berjanji, tidak akan mengulanginya lagi, di Ketika kita mengucapkan “Faghfirli Dzunubi Jami’an Fa Innahu La Yaghfiru Dzuniba Illa Anta”, kita tekankan kedalam perasaan kita bahwa sungguh-sungguh kita memohon semoga Allah SWT mengampuni segala dosa kita yang memberatkan Pundak kita dan Hanyalah Allah SWT yang dapat mengampuni dosa dosa kita itu.

di Ketika kita mengucapkan “Wahdini Li Ahsanil Akhlaqi Fa Innahu Layahdi Li Ahsaniha Illa Anta Washrif ‘Anni Saiyiaha, La Yashrifu ‘Anni Saiyiaha Illa Anta”, Hendaklah permohonan yang tersebut ini di mohonkan dengan sepenuh Jiwa, karena do’a yang hanya di ucapkan Oleh Lidah, tidak di sertai oleh permohonan Jiwa, tiadalah akan ber arti apa-apa, dan hendaklah kita ingat benar-benar bahwa tuhan sajalah yang dapat membingbing kita kepada Akhlak yang baik dan tuhan sajalah yang dapat memalingkan kita dari budi pekerti yang buruk.

di ketika membaca “La bayka Wasa’ daika”, Kita harus ingat benar-benar bahwa ucapan itu tidak lain dari pengakuan bahwa kita akan tetap berdiri dalam ta’at dan tetap mematuhi segala perintah.

di Ketika kita membaca “Wal Khairy Kulluhu Fi Yadaika”, Hendaklah kita ingat bahwa segala kebajikan yang sampai kepada kita dan kepada segala hamba, juga segala kebajikan, yang kita harap agar kita peroleh, adalah semuanya itu di tangan Allah SWT sendiri.

di Ketika kita membaca “Wasysyarru Laisa Ilaika”, Hendaklah kita Ingat, bahwa bukanlah dengan kejahatan kita mendekatkan diri dengan Allah SWT. Dan tidak boleh sekali kali, kita bangsa-kan kejahatan kepada Allah SWT. Adapun makna “Ana Bika Wa Ilaika”, Aku dengan Engkau dan kepada Engkau ialah bahwasanya, kita menuju dan melindungkan diri kepada Allah SWT. Apabila kita membaca “Tabarakta Wa Ta’alaita”, Maka Hendaklah kita ingat bahwa hanya Allah SWT yang berhak menerima segala pujian dan sanjungan dan Allah SWT lah yang Maha kekal ketinggian-Nya.

Pada Akhirnya hendaklah di tanamkan di dalam Jiwa kita kala membaca “Wa Astaghfiruka Wa Atubu Ilaika”, Bahwa permohonan agar di ampuni dan mengaku bertaubat itu sungguh-sungguh keluar dari jiwa kita yang  merasa kebesaran Allah SWT dan Kekuasaan-Nya. (Do’a Tawajjuh Ini di Riwayatkan oleh Ali Ibnu Abi Thalib, Jika Rasulullah SAW melakukan shalat Tahajjut, Beliau membaca Do’a ini.). (H.R Ath-Thurmdzi No. 3661)