Rahasia Sholat Tepat Waktu


1. Manajemen Shalat
  Manfaat shalat apabila kita kembangkan betul-betul, sangat luar biasa dan 
canggih dibandingkan dengan yoga. Sayang sekali tidak ada universitas yang 
sengaja mengembangkan teknik gerakan shalat ini, apalagi yang mempelajari 
manajemen yang terkandung dalam bacaan shalat. Coba kita pikirkan, kenapa 
manajemen yang terkandung dalam shalat sangatlah canggih?
  ·        Doa Iftitah, yang kita ucapkan lima kali sehari, sebetulnya sama 
dengan mission statement kalau kita belajar manajemen strategi. Misi hidup yang 
manalagi yang lebih canggih dibandingkan dengan hanya mendapatkan keridhaan 
Allah, tidak musyrik dan menjalankan perbuatan islami?
  ·        Al Fatihah, yang diucapkan minimal 17 kali sehari, merupa-kan 
objective statement. Tujuan hidup yang mana lagi yang lebih canggih 
dibandingkan dengan hidup di jalan yang lurus, yaitu jalan kebaikan seperti 
yang diperoleh para nabi dan rasul?
  ·        Ayat-ayat lainnya setelah Al Fatihah merupakan petunjuk pelaksanaan 
dan pengendalian setelah selesai shalat untuk diaplikasikan dalam kehidupan .
  Sebenarnya, Allah mengajarkan kita bagaimana menggunakan manajemen yang 
canggih sehingga menjadi kebiasaan yang efektif dan efesien dan dapat dilakukan 
tanpa harus sekolah MBA atau bahkan S3 sekalipun.
   
  2. Rahasia Shalat Tepat Waktu
  Mari kita lihat salah satu waktu shalat, yaitu Maghrib.
  1. Maghrib hanya sebentar, terjadi perubahan Macro cosmis/ Sistem elektrik 
jagat raya, (manusia adalah miniatur dari alam semesta/ jagad raya) medan 
magnet tubuh kita akan ter-pengaruh. Ada sistem saraf yang otomatis diaktifkan 
jika kita khusuk melakukan gerakan shalat dan ini timing yang tepat dan sangat 
bermanfaat.
  2. Pada saat yang bersamaan dengan arah yang sama bacaan shalat tersebut 
memancarnya frekuensi radio yang dapat menggetar-kan sistem pengabulan doa jika 
syarat doa terpenuhi.
  3. Shalat subuh, zhuhur, dan ashar pun juga demikian.
   
  Kenapa Shalat Tahajud Malam Hari?
  1. Cuaca pada malam hari biasanya dingin atau lembab, banyak lemak jenuh yang 
melapisi saraf kita menjadi beku. Sehingga kalau tidak segera digerakkan, 
sistem pemanas tubuh tidak aktif, saraf menjadi kedinginan, bahkan kolesterol 
dan asam urat berubah menjadi pengapuran.
  2. Saluran kelebihan uap air dari paru-paru ke ginjal yang ada di bagian 
belakang tubuh kita, kalau terlalu lama tidur akan tergencet berat tubuh kita 
sehingga menyebabkan paru-paru menjadi lembab dan saluran tersebut tersumbat. 
Saraf di belikat akan tersalut pengapuran. Kalau dibiarkan lama, akan 
menyebabkan paru-paru basah, dan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan 
sel paru-paru membusuk.
  3. Jadi, memang shalat malam itu lebih baik daripada tidur. Kebanyakan tidur 
malah jadi penyakit. Bukan lamanya masa tidur yang diperlukan oleh tubuh kita 
melainkan kualitas tidur. Dengan shalat malam, kita akan dapat mengendalikan 
urat tidur kita.
  4. Tidur di kasur yang empuk akan menyebabkan urat saraf yang mengatur 
tekanan ke bola mata tidak mendapat tekanan yang cukup untuk memulihkan posisi 
saraf mata kita. Tidur dengan bantal yang tebal atau tinggi akan menyebabkan 
posisi klep jantung kita menjadi miring. Dalam jangka lama akan menyebabkan 
klep jantung kurang fungsional.
   
  3. Gerakan Shalat Khusuk
  Coba simak Al Baqarah 45.
  1. Minta tolong kepada Allah dengan Sabar dan Shalat
  2. Shalat itu Berat sekali, kecuali dilakukan dengan Khusuk
  Dalam Al Fatihah, kita memohon hanya kepada Allah. Dan yang kita minta itu 
adalah jalan kebaikan, cara hidup yang lurus, yang bermanfaat, yang 
menghasilkan nikmat seperti yang pernah dicontohkan oleh para rasul dan nabi. 
Pertolongan itu akan diberikan sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan, tapi 
harus sabar dan shalat (gerakannya dan aplikasi makna bacaannya).
  Shalat yang betul yang berbuah pertolongan tersebut berat sekali dilakukan. 
Walaupun begitu, lama-lama akan tidak terasa berat bagi orang yang serius dan 
mengerti manfaatnya.
  Kalau kita menganggap bahwa shalat adalah manajemen hidup kita maka minimal 
dia terdiri dari tiga unsur yang utuh/ sistemik. Ketiga unsur tersebut adalah 
Gerakan, Inti Bacaan, dan Aplikasi Shalat dalam kehidupan.
  Bagian ke dua ayat di atas menyatakan bahwa shalat itu berat sekali. Apa 
maksudnya? Maksudnya adalah gerakan shalat yang akan membetulkan posisi atau 
mengaktifkan sistem saraf di tubuh kita sangat berat dilakukan. Walaupun berat 
sekali, tetapi dapat dilakukan oleh orang yang mengerti manfaat, serius, dan 
sabar hingga menghasilkan manfaat berupa perbaikan sistem saraf di tubuhnya.
  Coba pikirkan, jika cara gerakan shalat kita asal-asalan apakah ada urat 
saraf yang dibetulkan? Apakah betul pintu oksigen ke otak akan terbuka? Apakah 
ada tuas sistem keringat akan tertarik? Apakah maksimal manfaat gerakan shalat 
itu untuk perbaikan sistem saraf di tubuh kita. Kalau begini yang kita lakukan 
jelas bertentangan dengan ayat Allah, Al Baqarah 45, dan celakanya kita akan 
tergolong orang yang lalai dalam shalatnya. Pantas, pertolongan tidak datang 
kepada kita, dan membikin kita jadi tidak sabar lalu cari jalan pintas, jadilah 
kita kufur, musyrik, munafik, melintir ayat dan kita jadi makhluk yang buruk 
yang menurun kepada generasi berikutnya dan tidak terasa kalau kita telah 
berdosa besar kepada generasi berikutnya.
  Dahulu, waktu pertama kali shalat diperkenalkan oleh Rasul, betul bahwa 
dengan asal gerak saja akan dapat langsung menggetarkan sistem saraf di tubuh 
kita. Tapi waktu itu saraf manusia belum tercemar oleh kolesterol, asam urat, 
gula darah, dan pengapuran. Udara belum tercemar oleh karbon monoksida atau 
efek rumah kaca belum terjadi, bahkan diyakini mereka tidak merokok, badan 
mereka sering berkeringat, belum ada kerja kantoran yang duduk di belakang 
meja. Coba sekali lagi kita pikirkan, kondisi sekarang, terutama di negara kita 
sebaliknya, makan jeroan, gorengan, nasi kebanyakan, purin kebanyakan, lalapan 
mentah plus terasi, gemar merokok, asap knalpot di mana-mana, air tercemar 
polusi limbah pabrik kimia, makan obat kimia atau anti biotik, senang korupsi, 
percaya dukun, dan ‘jajan’ di lokalisasi. Kita ini negara yang terbesar di 
dunia yang mengaku beragama Islam. Tetapi, kenapa kerusakan terjadi di 
mana-mana? Coba jawab sendiri!
  Bagaimana kita dapat hijrah dan jihad terhadap lingkungan yang seperti ini? 
Mari kita sama-sama mempelajari, melaksanakan dengan utuh shalat yang 
menghasilkan manfaat, dan jadikan shalat ini manajemen hidup kita. rubah diri 
kita sendiri, lakukan perbuatan yang baik-baik saja, orang lain akan mengikuti 
kita untuk berbuat baik.
  Ayat di atas jangan diplintir menjadi : Sesungguhnya Shalat Khusuk itu serat 
sekali atau Khusuk dalam shalat itu berat sekali!
  Plintiran seperti ini akan menyesatkan sekali, karena kita dapat nenganggap 
bahwa karena khusuk itu berat sekali dilakukan dan nyaris tidak mungkin, 
jadilah dia asal shalat, malas shalat, bahkan tidak shalat.
  Pengertian khusuk di sini jangan diplintir menjadi: Khusuk adalah shalat yang 
tidak melakukan gerakan di luar tata tertib standard. Marilah kita gunakan 
pikiran kita dan dapatkanlah manfaat dari setiap gerakan shalat yang 
membetulkan sistem saraf di tubuh kita. Kita meski malu kepada diri kita 
sendiri kalau kita asal shalat atau tidak shalat. Sadarlah bahwa shalat itu 
adalah manajemen hidup yang terbaik yang diajarkan oleh Allah yang Maha Tahu 
dan memiliki seluruh alam semesta beserta isinya termasuk diri kita sendiri. 
Sebenarnya, shalat adalah obat segala penyakit dan pertanggunganjawab hidup 
atau kualitas hidup. Kesehatan jiwa dan raga, sebenarnya, tergantung kualitas 
shalat kita. Sesungguhnya shalatku, amal ibadah dan perbuatan sepanjang hidupku 
sampai aku mati adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah saja! Dan aku tidak 
akan berbuat musyrik. Coba teguhkan ikrar atau sumpah kehidupan kita yang 
setiap hari minimal lima kali diucapkan pada permulaan shalat. Ini adalah
 mission statement yang terbaik menurut aturan Allah, sebelum kita menyatakan 
tujuan hidup (objective statement) dalam Al Fatihah, yaitu hidup di jalan yang 
lurus.
   
  4. Hubungan Makanan, Pakaian, dan Pijat
  Sebenarnya, kalau kita shalatnya di daerah berhawa panas seperti Arab dan 
rutin dilakukan semenjak kecil, tidak makan jeroan, sering berkeringat, tepat 
waktu, tepat bacaan, tepat gerakan, banyak minum air mineral dengan pakaian 
longgar dijamin tidak perlu dipijat. Hal ini dimaklumi karena tubuh selalu 
lentur, kolesterol/asam urat selalu terbakar, cairan tubuh selalu dibilas. 
Pantas orang Arab yang di Arab kuat tubuhnya. Tapi setelah di Indonesia, makan 
banyak nasi dan jeroan, kurang berkeringat, pakaian sempit, jadi loyo juga. Ini 
pengalaman nara sumber saat memijat orang Arab yang sudah lama di Indonesia.
  Nah, bagaimana dengan kita yang di Indonesia yang kebanyakan makan nasi, 
jeroan, lalapan + terasi, jarang shalat dari kecil, udara sejuk, jarang 
keringat, banyak merokok, makan antibiotik, makan paracetamol, bahkan alkohol, 
sering ke dukun, berbuat musyrik, kufur, munafik, mengembangkan riba, 
melokalisasi prostitusi, melintir ayat, berbuat khianat? Tentu dan dapat 
dipastikan banyak lemak jenuh dan asam urat, pengapuran di tubuhnya, banyak 
saraf yang terjepit bahkan mati rasa sehingga mengakibatkan banyak penyakit dan 
sakit-sakitan.
  Coba kita lihat, 90% negara ini mengaku beragama Islam, tetapi kenapa urutan 
keempat terkorup di dunia? Coba lihat, 90 % mungkin pemimpinnya yang Islam 
sudah naik haji, kenapa pimpinan DPR pun disangka korupsi? Padahal, makna haji 
adalah kesempurnaan keimanan, jangan hanya merasa bahwa pergi haji itu karena 
diundang oleh Allah, padahal pulang haji malah menumpuk kekayaan. Malu kita 
kepada golongan yang kafir. Kalau demikian, betul dong bahwa Islam dirusak oleh 
orang yang beragama Islam sendiri. Malu-maluin aja!!!
   
  5. Kebiasaan Tidak Islami Merusak Saraf
  Karena parahnya kerusakan di tubuh kita akibat kebiasaan yang tidak islami 
(tidak sehat dan selamat dunia-akhirat), maka untuk membongkar sumbatan, 
memperbaiki kelenturan tubuh, memperbaiki urat saraf dan aliran darah, tidak 
dapat dilakukan hanya dengan shalat apalagi kalau hanya asal shalat. Di sinilah 
kita harus mengembangkan teknik yang sederhana tapi mendasar dalam pengobatan 
ini. Jadi, sekarang setelah sadar dengan adanya tanda-tanda kerusakan dan itu 
jelas akibat perbuatan kita yang melanggar aturan terbaik atau melaksanakan 
aturan dengan tidak utuh, mari kita sam-sama bertobat dan berobat dengan 
mengembangkan dan mengimplementasikan teknik gerakan shalat dan berwudhu, tanpa 
menggunakan lagi obat kimia yang ditelan bulat-bulat, supaya hidup kita menjadi 
hemat, selamat di dunia dan di akhirat.
  Sayang sekali, negara yang potensi alamnya sangat kaya ini, malah rakyatnya 
makin melarat, akibat ulah pemimpin keparat yang bersekongkol dengan 
konglomerat. Negara tetangga kita pun sampai hati mengusir dan memulangkan 
sekitar 450.000 tenaga kerja dari negara kita. Mau ditaruh di mana muka ini? 
Alangkah menyedihkan, coba lihat Ibu Kota Jakarta yang kita banggakan, hampir 
saja nyaris tenggelam.
   
  Kesimpulan
  1. Shalat: "Ilmu kesehatan yang fundamental (mendasar)"
  2. Rukuk dan Sujud: "Kebutuhan fundamental setiap manusia"
  3. Aplikasi Shalat dalam Prilaku: "Pondasi/sistem kehidupan yang terbaik"
  4. Tobat, Shalat & Pijat : "Pengobatan yang fundamental"
  5. Persepsi yang keliru: 
  a. Obat = " Sesuatu yang dimakan/ditelan"
  b. Kalau sakit berobatlah ke dokter
  c. Paracetamol, anti biotik, pembunuh rasa sakit = Obat
  6. Menuju kemenangan tidak sama dengan memperoleh kemenangan.
  7. Dosa = Penyebab tidak langsung penyakit
  8. Rasa Linu, Sakit Dipijit, Mati Rasa = Tanda-tanda ada penyakit
  9. Puasa = Berwudhu jiwa dan raga
  10. Keadilan Allah terkait prilaku kita
  11. Akhirat = Setiap Saat, Akhirat yang Paling Akhir= Matinya seseorang = 
Kiamat kecil, Hancurnya Alam Semesta = Kiamat Besar
  12. Kemenangan Besar = Sehat Jiwa & Raga, Rejeki Halal=Surga di dunia 
diperoleh jika sabar, waspada, takwa, shalat & zakat.
              

Rahasia Sholat 5 Waktu

Ali bin Abi Talib r.a. berkata, “Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orang-orang Yahudi lalu berkata, ‘Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa A.S. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab.’

Lalu Rasullullah SAW bersabda, ‘Silahkan bertanya.’

Berkata orang Yahudi, ‘Coba terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu.’
Sabda Rasullullah saw, ‘Shalat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhannya. Shalat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Shalat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bershalat Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya. Shalat Isyak itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku. Shalat Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini kerana apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir.’

Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah saw, lalu mereka berkata, ‘Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan diperoleh oleh orang yang shalat.’

Rasullullah SAW bersabda, ‘Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang pertengahan. Shalat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat pada ketika itu akan diharamkan ke atasnya uap api neraka Jahanam pada hari Kiamat.’

Sabda Rasullullah saw lagi, ‘Manakala shalat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir.’

Selepas itu Rasullullah saw membaca ayat yang bermaksud, ‘Jagalah waktu-waktu shalat terutama sekali shalat yang pertengahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat Maghrib kemudian meminta sesuatu daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.’

Sabda Rasullullah saw, ‘Shalat Isya’ (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan shalat Isyak berjamaah, Allah S.W.T haramkan dirinya daripada terkena nyala api neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath.’

Sabda Rasullullah saw seterusnya, ‘Shalat Subuh pula, seseorang mukmin yang mengerjakan shalat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah S.W.T dua kebebasan yaitu:
1. Dibebaskan daripada api neraka.
2. Dibebaskan dari nifaq.

Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan daripada Rasullullah saw, maka mereka berkata, ‘Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (saw). Kini katakan pula kepada kami semua, kenapakah Allah S.W.T mewajibkan puasa 30 hari ke atas umatmu?’

Sabda Rasullullah saw, ‘Ketika Nabi Adam memakan buah pohon khuldi yang dilarang, lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam a.s. selama 30 hari. Kemudian Allah S.W.T mewajibkan ke atas keturunan Adam a.s. berlapar selama 30 hari.

Sementara diizin makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah S.W.T kepada makhluk-Nya.’

Kata orang Yahudi lagi, ‘Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami mengenai ganjaran pahala yang diperolehi daripada berpuasa itu.’

Sabda Rasullullah saw, ‘Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah S.W.T, dia akan diberikan oleh Allah S.W.T 7 perkara:

1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh daripada makanan yang haram).
2. Rahmat Allah sentiasa dekat dengannya.
3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal.
4. Dijauhkan daripada merasa lapar dan dahaga.
5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan).
6. Diberikan cahaya oleh Allah S.W.T pada hari Kiamat untuk menyeberang Titian Sirath.
7. Allah S.W.T akan memberinya kemudian di syurga.’


Kata orang Yahudi, ‘Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu di antara semua para nabi.’

Sabda Rasullullah saw, ‘Seorang nabi menggunakan doa mustajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan memberi syafaat kepada umat saya di hari kiamat).’

Kata orang Yahudi, ‘Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa annaka Rasulullah (kami percaya bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau utusan Allah).’


Sedikit peringatan untuk kita semua: “Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Surah Al-Baqarah: ayat 155)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (Surah Al-Baqarah: ayat 286)

DOA' IFTITAH

Adab di Kala Membaca Do’a Tawajjuh (Iftitah)

Menurut Jumhur Ulama, bahwa membaca do’a Iftitah Itu di Sunnahkan. Banyak Hadits Shahih dari Nabi SAW mengenai Do’a Iftitah dalam shalat. Barang siapa yang membaca Do’a Iftitah yang di Sunnahkan oleh Rasulullah SAW, yang manasaja di Bolehkan. Dalam Hal ini, Syeikh Abdullah bin Baz mengatakan, “Hendaklah kita Kadang Kala membaca Do’a Iftitah Ini, dan Kadang Kala, dengan yang Lain, Karena yang demikian itu lebih Sempurna dalam mengikuti Sunnah”

Apabila Kita membaca “Wajjahtu Wajhiya”, Ingatlah, dalam hati, Saya Hadirkan Jiwa dan Raga, menghadapkan muka saya kepada Allah SWT yang Telah memerintahkan saya berdiri di hadapan-Nya, Karena mengharapkan kasih-Nya, sayang-Nya, Ampunan-Nya dan lain sebagainya.

di Ketika membaca “Lilladzi Fatharassamawati Wal-Ardha”, Ingatlah Bahwa Tuhan yang kita hadapi itu, ialah Tuhan yang menjadikan Langit, yang menurunkan hujan dari Awan, dan menjadikan bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan padanya.
Bumi dan langit itu pada mulanya bersatu, bergabungan, lalu Tuhan mencerai-kan yang satu dengan yang lain. Dan inilah sebesar-besar tanda, adanya Allah SWT yang dapat di lihat oleh mata.

Apabila kita membaca “Hanifan”, Hendaklah kita tanamkan perasaan, bahwa kita akan berdiri teguh dalam kebenaran, tidak akan berpindah dari padanya.

Apabila kita membaca “Musliman”, Hendaklah kita Ingat, bahwa kebenaran yang kita pegang dengan erat itu, ialah Islam. Yang telah di akui oleh Allah SWT.

Hendaklah kita ingat bahwa kita akan di pandang orang yang sempurna Agama, Apabila kita Turuti perintah dalam lahir dan bathin, dalam terang dan tersembunyi, dalam suka dan duka, dalam malas dan rajin, dalam sempit dan lapang. Jika belum dapat kita lakukan yang demikian, belumlah sempurna Agama kita.

Apabila kita membaca “Wama Ana Minal Musyrikiin”, Hendaklah di ingat benar-benar bahwasanya tuhan itu suci dari berserikat dalam ke Tuhanan-Nya. Tuhan suci dari I’tikad yang di anut oleh orang-orang nasrani, yaitu, (I’tikad men-tigakan Tuhan), dan dari I’tikad penyembah-penyembah berhala yang menjadikan patung-patungnya dan berhala-berhalanya sarana perantara dan dari I’tikad majusi yang mengatakan, Alam ini, mempunyai dua Tuhan, Tuhan penguasa terang dan Tuhan penguasa gelap.
Juga Tuhan Suci, dari Permulaan dan suci dari ada yang Qadim seperti-Nya dan Tuhan Suci dari Bersifat dengan sifat-sifat makhluk, dan suci dari Ada yang menyekutukan-Nya, dalam perbuatan-Nya.
dan hendaklah kita ingat. Bahwa Tuhan suci dari berserikat dalam menerima ibadat, dan suci dari ada orang lain yang di tujui oleh hamba, Ringkasnya, hendaklah kita ingat di ketika membaca “Wama Ana Minal Musyrikiin“ bahwa kita benar-benar meng Esa-kan Tuhan.

Apabila kita membaca “Innashshalati Wa Nusuki Wa Mah Yaya Wamamati Lillahirabbil ‘Alamin”, Maka hendaklah kita tanamkan perasaan bahwa, yang tersebut itu (shalat dan segala rupa ibadat hidup dan mati), atau segala kekuasaan yang tidak terbatas itu, kepunyaan Allah SWT dan hendaklah seterusnya di ingat bahwasanya Allah SWT pendidik seluruh alam, pemelihara dan pembimbingnya, dengan jalan melahirkan alam ini, dari alam yang tersembunyi ke alam yang terang dan merupakan dengan rupa yang indah dan menarik, mempunyai aturan yang lengkap dan kokoh, Jelasnya, bukanlah hanya mati dan hidup saja kepunyaan Allah SWT, bahkan segala alam yang lebar dan luas ini, kepunyaan-Nya Jua.

Apabila kita membaca “Lasyarikalahu”, Hendaklah di ingat bahwasanya Tuhan menjadikan alam ini dengan tidak berhajat kepada pembantu dan penolong, Dia sendiri yang mengadakan alam dan Dia Sendiri yang menerima persembahan hamba.

di Ketika membaca “Wabidza Lika Umirtu”, Hendaklah kita sadari, bahwa kita ini, di perintahkan. Untuk berharap kepada Allah yang menjadikan Alam semesta, kemudian di ketika kita membaca “Wa Ana Minal Muslimin”, Hendaklah di sadari pula, bahwa ucapan itu, menegaskan bahwa kita adalah orang yang benar-benar tunduk dan patuh kepada segala yang di perintahkan. Maka akuan ini menghendaki supaya kita benar-benar memenuhi apa yang kita akui itu dengan sepenuh kemauan dan kesadaran.

di Ketika kita membaca “Allahumma Antal Maliku”, Kita hujamkan benar-benar bahwasanya Allah SWT lah yang memiliki segala Makhluk, besar kecilnya, kaya miskinnya, mulia hinanya, dan bahwasanya Allah SWT lah yang menjadi Raja dari segala Raja dan mengusai segala raja.

di Ketika kita membaca “La Ilahailla Anta Antarabbi Wa Ana ‘Abduka”, Kita patri-kan benar-benar dalam Qalbu kita, bahwasanya tak ada Tuhan yang berhak di sembah melainkan Allah SWT sendiri, Dia-lah yang memelihara kita, yang membingbing, mendidik kita dan mempunyai kita, kita ini tak lain dari hamba-Nya yang tidak berdaya.

di Ketika kita membaca “Dzalamtu Nafshi Wa’taraftu Bi Zanbi”, Hendaklah kita rasakan benar-benar bahwa sungguh-sungguh kita telah menzalimkan diri kita sendiri dan bahwa kita sungguh-sungguh telah berdosa, kita akui semua dosa dan kesalahan kita. Oleh sebab itu, kita mohonkan Ampunan-Nya. Dan berjanji, tidak akan mengulanginya lagi, di Ketika kita mengucapkan “Faghfirli Dzunubi Jami’an Fa Innahu La Yaghfiru Dzuniba Illa Anta”, kita tekankan kedalam perasaan kita bahwa sungguh-sungguh kita memohon semoga Allah SWT mengampuni segala dosa kita yang memberatkan Pundak kita dan Hanyalah Allah SWT yang dapat mengampuni dosa dosa kita itu.

di Ketika kita mengucapkan “Wahdini Li Ahsanil Akhlaqi Fa Innahu Layahdi Li Ahsaniha Illa Anta Washrif ‘Anni Saiyiaha, La Yashrifu ‘Anni Saiyiaha Illa Anta”, Hendaklah permohonan yang tersebut ini di mohonkan dengan sepenuh Jiwa, karena do’a yang hanya di ucapkan Oleh Lidah, tidak di sertai oleh permohonan Jiwa, tiadalah akan ber arti apa-apa, dan hendaklah kita ingat benar-benar bahwa tuhan sajalah yang dapat membingbing kita kepada Akhlak yang baik dan tuhan sajalah yang dapat memalingkan kita dari budi pekerti yang buruk.

di ketika membaca “La bayka Wasa’ daika”, Kita harus ingat benar-benar bahwa ucapan itu tidak lain dari pengakuan bahwa kita akan tetap berdiri dalam ta’at dan tetap mematuhi segala perintah.

di Ketika kita membaca “Wal Khairy Kulluhu Fi Yadaika”, Hendaklah kita ingat bahwa segala kebajikan yang sampai kepada kita dan kepada segala hamba, juga segala kebajikan, yang kita harap agar kita peroleh, adalah semuanya itu di tangan Allah SWT sendiri.

di Ketika kita membaca “Wasysyarru Laisa Ilaika”, Hendaklah kita Ingat, bahwa bukanlah dengan kejahatan kita mendekatkan diri dengan Allah SWT. Dan tidak boleh sekali kali, kita bangsa-kan kejahatan kepada Allah SWT. Adapun makna “Ana Bika Wa Ilaika”, Aku dengan Engkau dan kepada Engkau ialah bahwasanya, kita menuju dan melindungkan diri kepada Allah SWT. Apabila kita membaca “Tabarakta Wa Ta’alaita”, Maka Hendaklah kita ingat bahwa hanya Allah SWT yang berhak menerima segala pujian dan sanjungan dan Allah SWT lah yang Maha kekal ketinggian-Nya.

Pada Akhirnya hendaklah di tanamkan di dalam Jiwa kita kala membaca “Wa Astaghfiruka Wa Atubu Ilaika”, Bahwa permohonan agar di ampuni dan mengaku bertaubat itu sungguh-sungguh keluar dari jiwa kita yang  merasa kebesaran Allah SWT dan Kekuasaan-Nya. (Do’a Tawajjuh Ini di Riwayatkan oleh Ali Ibnu Abi Thalib, Jika Rasulullah SAW melakukan shalat Tahajjut, Beliau membaca Do’a ini.). (H.R Ath-Thurmdzi No. 3661)

YANG MAKRUH DALAM SHALAT

Menoleh (Al-Iltifat) tanpa keperluan tertentu dalam shalat, adalah makruh, berdasarkan hadits ‘Aisyah R.A: Aku bertanya Kepada Rasulullah SAW, tentang menoleh dalam shalat. Beliau bersabda:

IKHTILASU YAKHTALISUHU SYAITANU MIN SHALATIL ‘ABDI
“ITU ADALAH PENCURIAN YANG DILAKUKAN SETAN TERHADAP SHALAT SESEORANG” (H.R Bukhari No. 718)

Ibnu Qayyim mengatakan “menoleh yang dilarang didalam shalat ada dua macam, Pertama: menolehnya hati dari Allah SWT, kepada selainNya. Kedua: Menolehnya mata, Keduanya dilarang. Allah SWT akan terus memperhatikan hambaNya yang sedang mengerjakan shalat selama hamba tetap menghadap kepadaNya. Jika hati atau mata orang itu menoleh, maka Allah SWT berpaling darinya.
Jika yang shalat memutar seluruh badannya atau tidak lagi menghadap kiblat, tanpa disebabkan ketakutan yang sangat hebat, maka shalatnya batal. 
Untuk Kesempurnaan lahiriyah shalat, Syara’ melarang para mushalli mengerjakan beberapa pekerjaan dan menyuruh kita menjauhkan diri dari padanya

Mencotok-cotokkan Rukuk dan Sujud:

ASWA UNNA SI SARI QATALLADZIY YASRI QU MIN SHALA TIHI. QOLA: KAYFA YASRIQU MINASHSHALA? QALA: LA YUTIMMU RUKU ‘AHA WA LA SUJUU DAHA. AWQALA: LA YUQIYMU SHULBAHU FIRRIKU’I WASSUJUDI
Artinya: “Sejahat-jahatnya pencuri adalah orang yang mencuri dalam shalatnya", bertanya sahabat: “Bagaimana ia mencuri dalam shalatnya?"  menjawab Nabi SAW: "(Ia) tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya” atau Nabi Menjawab: “Ia tiada menegakkan sulbinya didalam ruku’nya dan sujudnya”. (H.R Ahamad dan Ath Thabarany dari Abu Qatadah, At Targhib 1:199)

Berpaling kekanan, kekiri dalam shalat dan melihat keats. Bersabda nabi SAW:

LA YA DZULULLAHU MUQBILAN ‘ALAL ‘ABDI FISHALATIHI MALAM YALTAFIT FA IDZA SHARAFA WAJHAHU INSHARAFA ‘ANHU
Artinya: “Allah SWT senantiasa berhadap kepada para hambaNya, dalam shalatnya, selama hamba itu tiada berpaling-paling. Apabila hamba itu memalingkkan mukanya, berpalinglah Allah SWT dari padanya.” (H.R Ahmad dan abu Daud dari abu Dzar, At Targhieb 1:333

Di beritakan bahwa Rasulullah SAW melihat seorang lelaki mempermain-mainkan tangan sedang bershalat, maka Rasulullah SAW bersabda:

LAW KHASYA’A QALBU HADZARRAJULI LAKHASYA’AT JAWARIHUHU
Artinya: “Sekiranya Khusyuk jiwa orang ini, tentulah Khusyuk segala anggota-anggotanya.” (H.R Al-hakim, At-Tharmudzi, dari Abu Hurairah, Syarah Ihya’ 3: 153)

Menahan Buang air besar atau kecil dalam shalat.

SAMI’TU RASULULLAHI SAW WAQU LU: LA SHALATA BIHADHRATITTA’AMI WALA WAHUWA YUDA FI’UHUL AKHBATSANI
Artinya: “Saya dengar Rasulullah SAW bersabda: Tak ada shalat dihadapan makanan dan tak ada shalat dikala sedang dipengaruhi oleh desakan buang air besar atau air kecil” (H.R Muslim, dari Aisyah R.A bulughul Maram, 49)

Menyedekap tangan diantara kedua pangkal paha, makruh hukumnya. Dalilnya adalah sebuh hadits Abu Hurairah R.A:
ANNA NABIYA SAW NAHA ‘ANIL KHASHRI FISHSHALATI
NABI SAW MELARANG MENYEDEKAPKAN TANGAN DIATAS PANGKAL PAHA KETIKA SHALAT (H.R Ahmad, 2/399)

di dalam shalat, dilarang kita bermain-main dengan jenggot, baju atau selainnya. Karena hal itu menyibukkan hati dan memalingkan dari kekhusyukan yang merupakan intisari shalat. Sa’id al-Musayyab melihat seserang shalat dengan bermain-main, lalu dia berkata:

LAW KHASYA’A QALBU HADZA LAKHASYA’AT JAWARIHUH
“JIKA HATI ORANG ITU KHUSYUK, MAKA ANGGOTA TUBUHNYA PASTI TENANG” (Sunan al-Baihaqi al-Kubra, No. 3365)

Shalat tidak batal dikarenakan perbuatan hati, walaupun lama, karena hal ini sering terjadi dan sulit dicagah. Nabi SAW menuturkan bahwa setan melintas diantara seseorang dengan jiwanya. Lalu membisikan: ingat ini, ingat ini… (Muttafaq’alaih No. 583 dan No. 389). Nabi SAW tidak memerintahkan mengulang shalat, tapi berusaha menepis dan melawan bisikan setan itu.

Para ulama sepakat bahwa menyengaja memikir masalah-masalah duniawi didalam shalt, hukumnya haram. Sebagai contoh, banyak orang yang bila kelupaan atau kehilangan sesuatu, maka dia menyegaja mengerjakan shalat dengan tujuan mengingat-ingatnya. Jika seseorang teringat pada sesuatu yang dilupakan atau terlupakan ketika mengerjakan shalat yang ditetapkan syariat, maka setanlah yang membuatnya ingat, untuk memalingkannya dari shalat tersebut.

Utsman bin Abi al-‘Ash merasa sulit khusyuk karena berbagai hal melintas dipikirannya, lalu dia mengadukan hal itu kepada Nabi SAW. Dia berkata “Wahai Rasulullah, setan telah menghalangiku dari shalat dan bacaan Al-Qur’an dengan mengaburkannya kepadaku” maka Rasulullah saw berkata “ itu setan yang disebut khanzab, jika engkau merasakannya, maka mintalah kepada Allah SWT untuk melindungimu darinya dan meludahlah Kesamping Kirumu Tiga Kali (H.R Muslim No. 2203)

Membersihkan tempat sujud dari debu, baik dengan tangan ataupun dengan cara meniupnya. Hal ini dilarang Nabi SAW. Yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah R.A:

NABI SAW MELIHAT SEORANG PELAYAN KAMI YANG DIKENAL DENGAN NAMA PANGGILAN AFLAH, APABILA SUJUD IA SELALU MENIUP, MAKA NABI SAW BERSABDA, “HAI AFLAH BIARKANLAH MUKAMU BERDEBU” (H.R Tharmudzi)

Apabila bersujud Aflah selalu meniup debu dari tempat sujudnya, kemudian hal itu diketahui Nabi SAW. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya:

“BIARLAH MUKAMU BERDEBU DALAM SUJUDMU, DEMI KARENA RABB-MU, DAN SENANGLAH ENGKAU DENGAN BEKSA IBADAH YANG ADA PADA WAJAHMU”

Kemulian yang sesunggunya ialah, kemuliaan dalam taat kepada Allah SWT. Sebagaiman yang biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan Nabi Daud dalam Sujudnya masing-masing.

ADAB-ADAB BATHIN DALAM SHALAT

Firman Allah SWT berfirman:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Artinya: Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk. (Q.S Al-Baqarah 2:238)

Untuk memelihara shalat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Yakni dengan Khusyuk, Kita harus mengetahui apa maksud dan tujuan kita untuk mendirikan shalat itu, Baik gerakannya maupun bacaannya. Untuk itu, kita harus melaksanakannya dengan kesadaran yang tinggi

A. Adab di Kala Berdiri

Di Kala Kita berdiri, hendaklah kita ingat bahwa kita berdiri itu dihadapan Allah buat memuji-Nya dan menyanjung-Nya, buat Memuliakan-Nya dan buat membaca Kalam-Nya, hendaklah kita ingat bahwa kita berdiri itu buat memperhadapkan jiwa kepada Allah SWT, sebagaimana kita menghadapkan wajah kita kea rah Kiblat. Hendaklah kita ingat, kita telah menghadapkan wajah kita kea rah Ka’bah, bagitu pula hendaknya kita hadapkan Jiwa dari segala sesuatu kepada Allah SWT. Sendirinya dan hendaklah di kala berdiri, itu kita kenangkan bahwasanya Allah SWT itu “Haiyyun Qaiyyum” yang senantiasa hidup lagi Maha mungurus segala sesuatu dengan sendiri-Nya. Dengan tidak berhajat kepada bantuan Makhluk ciptaan-Nya, ataupun sesuatu yang ada dilangit maupun di bumi. Tegasnya, hendaklah “Berdiri” itu, membangkitkan kenangan bahwa Allah SWT itu bersifat dengan “Qiamuhu Binafsih” (Berdiri sendiri, yakni mengurus segala sesuatu dengan sendirinya.

B. Adab di Kala Mengangkat Tangan dan Bertakbir

  1. Mengangkat tangan itu memberi isyarat, bahwa kita akan masuk langsung kedalam shalat, buat menundukan ketundukan hati dan seluruh anggota tubuh, untuk patuh melaksanakan perintah, yakni: Syarat dan Rukun shalat dilaksanakan dan menghentikan semua larangan, yaitu: Semua yang membatalkan shalat, yakni: Makan, Minum, Bicara, keluar sesuatu dari Qubul dan dubur dan banyak gerakan yang tidak diperlukan dalam shalat

Apabila kita mengangkat tangan, maka hendaklah kita ingat akan kebesaran Allah dan ketinggian-Nya. Semua aktivitas (kegiatan sehari-hari) kecilkanlah, jangan di Ingat. ingatan kita hanya kepada Allah, yang Maha Besar. Tempat kita memuja dan meminta

  1. Takbir itu, tanda telah masuk kedalam  upacara bermunajat dengan sesungguh-sungguhnya, Takbir itu mengandung segala konsekuensinya.  Apabila kita membaca takbir, maka hendaklah kita ingat benar-benar, bahwasanya Allah SWT itu maha Tinggi, bahwasanya Allah SWT sangat berkuasa dan sangat tembus Segala kekuasaanya. Dan janganlah kita mengingat segala sesuatu disaat kita mengucapkan takbir itu, ingatan kita hanmya tertuju kepada Allah yang Maha Besar, Besar Kekuasaan-Nya, Keagungan-Nya, Ketinggian-Nya. Dan hendaklah kita hujamkan Perasaan kehinaan diri, menghadapNya, kepada yang maha Agung dan Maha Suci dikala kita meletakkan tangan atas dada

C. Adab di Kala Membaca Dzikir Iftitah

Iftitah, Ialah: Pembukaan, Apabila kita membaca dzikir Iftitah, maka hendaklah kita ingat benar-benar akan segala makna nya, serta kita pahamkan dengan sebaik-baiknya, Makna yang di Ingat, ketika membaca itu.

Dzikir Iftitah itu ialah:
Mengakui kesucian Allah, senagaimana sabda Rasulullah SAW:

SUBHANAKA ALLLAHUMMA WABIHAMDIKA WATABARAKASMUKA WATA’ALA JADDUKA WALA ILAHA GHAIRUKA

Artinya: “Maha Suci Engkau Ya Allah, Dan Dengan Namamu Aku Memujimu, Maha Suci Namamu Dan Maha Tinggi Kebesaranmu, Serta Tidak Ada Sesembahan Yang Haq Selain Engkau” (H.R Ahmad 3/50, Abu Daud 775, At-Thurmudzi 242)

Dalam Hadits Riwayat Muslim No. 399, dari Ubadah, “Bahwasanya Umar bin Khaththab pernah menjaharkan kalimat tersebut dihadapan para sahabat beliau”. Membaca do’a iftitah hendaklah dibaca dengan suara pelan (sirr), Karena Nabi SAW melakukannya demikian.

  • Apabila kita membaca “Subhanalakallahumma Wa Bihamdika”, hendaklah kita kenangkan bahwa Tuhanlah yang Maha Suci dari segala Ke’aiban dan yang Maha Sejahtera dari segala kekurangan dan kepadaNya tempat kita memuja dan memuji dari segala rupa puji-pujian

Sesungguhnya memuji Allah SWT itu, menghendaki kita mensifatkan-Nya dengan segala sifat kesempurnaan dan mensucikannya dari segala kekuarangan, dan kepadaNya lah kita menghambkan diri yaitu, mematuhi aturan-Nya.

  • Apabila kita membaca “Watabarakasmuka” hendaklah kita kenangkan, bahwa menyebut nama Allah SWT diketika melakukan sesuatu perbuatan, mendatangkan keberkatan, dan bahwa menyebut nama Allah SWT, terhadap sesuatu yang sedikit, menyebabkan Allah SWT membanyakannya, dan menyebut Nama Allah SWt terhadap sesuatu bencana, menyebabkan Allah SWT menghilangkan bencana itu. Dan menyebut Nama Allah SWT terhadap Syaithan, menyebabkan hinanya Syaithan itu, dan mematahkan tipu dayanya.

  • Apabila kita membaca “Wata’ala Jadduka” hendaklah kita kenangkan, bahwasanya Allah SWT itu sangat tinggi Kebesaran-Nya, mengatasi segala kebesaran, bahwasanya Allah SWT Maha Tinggi kuasaNya, memgalahkan segala kekuasaan.

  • Apabila kita membaca “Wala Ilaha Ghairuka”, hendaklah kita ingat benar-benar bahwasanya Allah SWT, maha Tinggi tidak berserikat, bahwasanya Allah SWT maha Suci, tidak bersekutu dalam urusan-Nya, dalam ketuhanan-Nya, dalam Keuluhiyahan-Nya, dalam pekerjaan-Nya, dan tidak pula dalam sifat-Nya. Dia maha kuasa atas segala sesuatu, Maha Suci Allah SWT, Tiada Tuhan lain, yang ada hanya Allah SWT.

  • Adab di Kala Berta’awwudz, Ber-ta’awwudz itu ialah, melindungkan diri dengan Allah SWT dari gangguan-gangguan dan tipudaya syeithan Lakanatullah. Ber-ta’awwudz dipermulaan membaca Al-Qur’an, berarti melindungkan diri dengan Allah SWT dari gangguan-gangguan syeithan yang terkutuk, yang selalu berusaha memalingkan hati kita dari menghadapkan diri kita kepada Allah SWT. Apabila kita membaca “A’udzubillahi Minasy Syaitha Nirrajim, Wa Harzhihil Wanafkhihi Wa Mafatsih” , Maka hendaklah kita ingat bahwa kita melindungkan diri kepada Allah SWT dan berpegang kuat-kuat kepadaNya dan qudratNya, dari musuh-musuh kita (Syeithan) yang bermaksud memutarkan hati kita dari pada Allah SWT, agar kita menjadi orang-orang yang buruk dan keji dalam bersikap terhadap Allah SWT.

Sebelum kita membaca AlFatihah, kita dianjurkan ber-ta’awwudz, sebagaimana Firman Allah SWT:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Artinya: Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (Q.S An-Nahl 16:98)

Seluruh kandungan Al-Qur’an itu merupakan cahaya dan hidayah menuju Jalan yang lurus, dan setan tidak menghendaki umat manusia itu menempuh jalan itu, karena ia berusaha berkeliaran untuk memalingkan manusia dari apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an, yang berisikan cahaya dan tuntunan serta petunjuk. Suatu hal yang wajar jika kita diperintahkan membaca “Isti’adzah” ketika hendak membaca Al-Qur’an

Kiranya menjadi keharusan bagi orang yang mendirikan shalat, menjadikan ucapan ta’awwudz, sebagai alat pembangkit atau persiapan, pencegahan untuk menangkis upaya setan dalam bisikan-bisikannya, sehingga kita dapat berkonsentrasi penuh, memfokuskan hati dengan motivasi shalat, sehingga setan enggan menganggunya

KEUTAMAAN SHALAT

            Sesungguhnya shalat mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam agama islam ini. sebab, shalat merupakan tiang yang menjaganya, dan amalan yang pertama kali akan dihisab dari seseorang hamba kelak pada hari kiamat. Mengingat begitu urgensinya dan begitu tinggi kedudukannya dalam Islam, maka shalat termasuk salah satu wasiat yang di sampaikan oleh Rasullullah S.AW saat beliau dalam keadaan sakaratul maut. “Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya” kemudian beliau bersabda:

ASHALATA ASHALATA WAMA MALAKAT AYMANUKUM
ARTINYA: “JAGALAH SHALAT, JAGALAH SHALAT DAN HAMBA SAHAYA KALIAN”

Shalawat dan salam selalu dicurahkan atas diri beliau beserta keluarga & orang-orang yang mengikutinya.

            Apabila urgensi shalat tersebut telah dipahami, niscaya tidak akan di dapati dalam masyarakat Islam perkara-perkara yang menyeret pada perbuatan keji dan dosa. Sebab, penyebab utama perkara-perkara tersebut adalah karena mereka meninggalkan shalat atau meremehkan pelaksanaannya.

Allah S.W.T berfirman:

إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya) dari ibadah-ibadah yang lain, dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan” (QS: Al-‘Ankabut, 29:45)

            Orang yang selalu mengerjakan shalat lima waktu, maka ia tidak mungkin akan mengkhianati umat dan bangsanya, serta tidak mungkin pula mengkhianati risalah dan amanah-Nya

            Rasullullah S.A.W telah memberikan kepada kita resep yang mujarab untuk mengobati segala dosa dan penyimpangan. Sebagaimana sabda beliau:

“BAGAIMANA PENDAPAT KALIAN, JIKA DI DEPAN PINTU RUMAH SALAH SEORANG DI ANTARA KALIAN ADA SUNGAI, SEHINGGA SETIAP HARINYA IA MANDI SEBANYAK LIMA KALI, MAKA APAKAH MASIH TERSISA SEDIKITPUN DARI KOTORANNYA?” PARA SAHABAT MENJAWAB, “TIDAK, YA RASULLULLAH.” MAKA RASULLULLAH S.A.W BERSABDA, “ITULAH PERUMPAMAAN SHALAT LIMA WAKTU. DENGANNYA ALLAH AKAN MENGHAPUS SEMUA KESALAHAN (DOSA)” (H.R Muslim)
           
Adapun tata cara melaksanakan shalat Rasullullah S.A.W, menuntun kita sebagaimana sabdanya:
SHALLU KAMA RA’AITUMUNI USHALLU
ARTINYA: “SHALATLAH KAMU SEKALIAN SEBAGAIMANA KALIAN MELIHAT AKU SHALAT”

Ini merupakan sebuah instruksi dari beliau supaya kita meneladani shalat beliau S.A.W dimana shalat beliaulah yang paling lengkap dan paling sempurna.

            Rasullullah S.A.W apabila hendak mengerjakan shalat dan telah menghadap kiblat, maka beliau biasa memulainya dengan ucapan “Allahu Akbar” (H.R Muslim dan Ibnu Majah)

            Inilah yang disebut Takbiratul Ikhram, ia termasuk salah satu rukun shalat, dan shalat tidak akan sah tanpa di mulai dengannya, beliau tidak pernah mengucapkan sesuatupun sebelum Takbiratul Ikhram, dan beliau juga tidak pernah melafazhkan niat secara mutlak, sebagaimana dilakukan orang-orang sekarang.

Sesungguhnya amalan ini termasuk bid’ah yang tiada dalilnya, mengucapkan atau melafazhkan niat tersebut. Dan beliau S.A.W hanya memerintahkan sebagaimana sabdanya:

“JIKA KAMU TELAH BERDIRI UNTUK MENGERJAKAN SHALAT, MAKA BER TAKBIRLAH” (H.R Bukhari 799-757, Muslim 397)

Adapun membaca do’a Isti’adzah yakni memohon perlindungan kepada Allah, dengan mengucapkan “A’udzubillahi minasysyaithanirrajim” ada tuntunannya, yaitu firman Allah S.W.T:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Artinya: “Apabila kamu membaca Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk” (Q.S Al-Nahl, 16:98)

Juga Bedasarkan Praktek Nabi S.A.W Karena Beliau Setelah Membaca Do’a Iftitah, Biasa Mengucapkan:

“ALLAHUMMA INNI ‘AUDZUBIKA MINASYSYAITANIRRAJIM MIN HAMZIHI WANAFJIHI WANAFTSIHI”
ARTINYA: YA ALLAH, SESUNGGUHNYA AKU BERLINDUNG KEPADA-MU DARI SYETAN YANG TERKUTUK, BAIK DARI GOADAAN BISIKAN MAUPUN SIHIRNYA. (H.R Abu Daud 670, Ibnu Majah 807)

Diriwayatkan dengan shahih dari nabi S.A.W:

LA SHALATA LIMN LAM YAQRA’ BIFATIHATIL KITAB.
ARTINYA: “TIDAK SAH SHALAT SESEORAN, APABILA TIDAK MEMBACA SURAT AL-FATIHAH” (H.R Bukhari 576, Muslim 394)

Tentang menyimak (mendengarkan) bacaan imam, Allah S.W.T berfirman:

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: “dan Apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat” (Q.S Al-A’raf 7:204)

Juga bedasarkan sabda nabi S.A.W:

MAN KANALAHU IMAMUN FAQIRA ATUHULAHU QIRA ATU
ARTINYA: “BARANG SIAPA YANG SHALAT BERSAMA IMAM, MAKA BACAAN IMAM JUGA MENJADI BACAANNYA” (H.R Ibnu Majah 850). Mayoritas ulama lebih mengunggulkan pendapat ini.

Disunnahkan bagi imam, makmum dan yang shalat sendirian untuk membaca “Amin” beliau S.A.W memotivikas kita supaya mengamalkan hal itu dalam sabdanya:

MAN WAFAQA TA’MINUHU TAKMINAL MALA IKATI GHUFIRALAHU MATAQADDAMA MIN DZAMBIHI
ARTINYA: BARANG SIAPA YANG UCAPAN AMINNYA BERTEPATAN DENGAN UCAPAN AMIN PARA MALIAIKAT, MAKA DOSA-DOSANYA YANG TELAH LAMPAU TELAH DIAMPUNI (H.R Bukhari 780, muslim 410)

Disunnahkan juga kita membaca apa yang mudah dari Al-Qur’an pada dua rakaat pertama setelah Al-Fatihah, karna nabi S.A.W juga membacanya demikian. Dalam shalat subuh nabi S.A.W biasa membaca sekitar 60 sampai 100 ayat, kadang kala beliau S.A.W memanjangkan bacaan shalat dzuhur, sementara dalam shalat Asharnya hanya separuh dari bacaan shalat dzuhur. Dalam shalat magrib beliau biasa membaca surat-surat pendek dan adapun pada shalat isya bacaan beliau biasanya pertengahan saja. Seperti surat Al-A’la, Adh-Dhuha, Alam Nasrah, Asy-Syams, At-Tin dan sejenisnya

            Sementara pada shalat jum’at beliau biasa membaca surat Al-Jumu’ah, Al-Munafiqun, Al-A’la dan Al-Ghosyiyah. Sedangkan dalam shalat ‘Id, beliau biasa membaca surat Qaf dan Al-Qamar ataupun Al-A’la dan Al-Ghasyiyah

Beliau biasanya lebih memanjangkan rakaat pertama dari pada rakaat kedua. Beliau selalu membaca sesuai dengan madnya, berhenti dalam setiap ayatnya dan memanjangkan suaranya:

Beliau bersabda:

LAYSA MINNA MAN LAM YATAGANNI BILQUR’ANI
“BUKAN TERMASUK GOLORANGKAN KAMI ORANG YANG TIDAK MELAGUKAN (MEMBAGUSKAN) BACAAN AL-QURANNYA (H.R Bukhari 7527)

Ini merupakan suatu seruan dan motivasi supaya kita memperindah suara saat membaca Al-Qur’an dan membaguskan bacaan Al-Qur’an

Dalam shalat sunnah, beliau biasa memuji Allah saat membaca ayat yang didalamnya terdapat tasbih, meminta (karunia) kepada Allah dan memohon perlindungan kepadaNya