Amal saleh adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wata’ala Apabila kita ingin memiliki hati yang bening, jagalah keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut. Misalnya, kalau kita suka rawatib, lakukan terus sesibuk apapun, kalau kita biasa pergi ke majelis ta’lim, kerjakan terus walau pekerjaan kita menumpuk.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”…Beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit.” (H.R. Bukhari)
Oleh karena itu, jangan anggap enteng amal yang telah kita kerjakan dengan tulus dengan hati yang murni, tanpa kehendak-kehendak selain dari kasih sayang dan ridha Allah semata. Sekecil apapun amal yang telah dipersembahkan kepada Allah dan manusia, semuanya adalah kebaikan yang diangkat kepada Allah dan menjadi kemuliaan diri kita disisi Allah Subhanahu wata’ala.
Kadang-kadang amal kebaikan yang kecil itu juga, yang kita anggap enteng, akan memberi kehormatan besar dan memberi keselamatan bagi kebaikan manusia. Kadang-kadang pula amal yang kita banggakan dan sangat banyak, apalagi menjadi sebutan orang-orang, bisa jadi tidak memberi manfaat, dan kadang-kadang pula menjadi fitnah.
Ada satu kisah menarik yang perlu kita perhatikan, karena didalamnya ada pelajaran yang berharga yang harus kita renungkan. Kisah ini adalah kisahnya Ummu Mahjan.Ummu Mahjan adalah seorang wanita yang tak pernah mengeluh. Beliau seorang wanita yang berkulit hitam, dipanggil dengan nama Ummu Mahjan telah disebutkan didalam Ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya,beliau berdomisili di Madinah.(lihat Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat 8/414)
Beliau adalah seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Beliau menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat islam, lantas apa yang bisa dia lakukan padahal beliau adalah seorang wanita yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. Dan rasa putus asa adalah jalan yang tidak dikenal dihati orang-orang yang beriman.
Beliau bahkan tak mau tertinggal dalam membela Islam. Memang, ia tak bisa berbuat seperti layaknya para shohabiyah yang lain. Ia tidak punya harta untuk diinfakkan. Ia pun tak memiliki tenaga untuk pergi ke medan jihad. Tapi ia tak pernah mau ketinggalan dalam beramal. Ia ingin dirinya dikenang oleh Rasulullah. Maka dengan segenap semangat dan sisa tenaga yang ia miliki.
Ia melakukan pekerjaan itu. Suatu pekerjaan yang tidak dilirik oleh orang lain, yaitu membersihkan mesjid Rasulullah. Tiap hari beliau membersihkannya, sampai akhir hayatnya. Dan kegigihan Ummu Mahjan pun memperoleh hasil. Malam itu seusai shalat Isya, Ummu Mahjan ra. dipanggil menghadap Sang Maha Pencipta dengan penuh keridhaan dan diridhai.
Rasulullah merasa bersedih dan kehilangan dengan kematiannya. Wanita miskin itu begitu lekat dalam ingatan beliau. Setiap hari wanita beruban itu bekerja keras membersihkan mesjid. Sehingga rumah Allah itu benar-benar menjadi tempat yang nyaman untuk beribadah dan bermusyawarah. Wanita tua berkulit hitam itu memang bukan seorang pahlawan, tetapi,sejarah telah mengukir namanya dengan tinta emas, meski nama aslinya tidak pernah dikenal orang. Ummu Mahjan adalah contoh dari orang yang mampu berbuat seadanya tetapi memperoleh kemuliaan dari ketekunan dari apa yang ia lakukan. Ia isi kehidupannya -hari demi hari dengan penuh keberkahan- sampai akhir hayatnya dengan sebuah pekerjaan yang sederhana.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,”Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit.” (H.R. Bukhari)
Jadi, apa yang harus kita tunggu.. ayo, beramallah.. . “beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan meremehkan kebaikan yang sedikit,walaupun hanya dengan senyuman di wajah ketika engkau bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim)Dan di riwayat yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagi setiap jiwa, pada setiap hari ketika matahari terbit, ada keharusan untuk bersedekah bagi jiwa itu.” Seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, darimana aku bersedekah sedang aku tidak punya harta?” Rasulullah menjelaskan, “Sesungguhnya termasuk dari dalam pintu-pintu sedekah adalah mengucapkan takbir, tasbih, membaca alhamdulillah, mengucapkan laa ilaaha illallaah, beristighfar kepada Allah, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, menjauhkan duri dan bebatuan dari jalan orang-orang, menuntun orang buta, mengajari serta memahami orang yang tuli serta bisu hingga mengerti, menunjukkan pencari suatu kebutuhan yang engkau tahu dimana tempat apa yang dibutuhkannya itu, atau engkau segera bergegas dengan segenap kakimu untuk menolong mereka yang meminta pertolongan, atau dengan kekuatan lenganmu engkau mengentaskan orang-orang lemah, itu semua adalahtermasuk dari pintu-pintu sedekah darimu untuk dirimu.” (HR. Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Hiban)
Wallahu A’lam