Bagian ini adalah rangkaian dari cerita sebelumnya. Saat itu, setelah aku sampai di masjid, kebetulan aku berpisah dengan pak Hadi. Hal itu disebabkan karena saat itu jama’ah sudah berjubel banyak sekali. Kamipun mencari tempat sendiri sendiri, sehingga kami terpisah.
Para jama’ah yang berjubel itu, berebut memenuhi shaf-shaf depan. Sehingga aku mendapatkan shaf di belakang. Hampir di shaf yang paling akhir.Ketika aku melakukan shalat sunah, tiba-tiba di sebelah kananku datang seorang jama’ah pakai baju gamis putih-putih, berjenggot panjang menjuntai ke bawah sampai ke dada. Matanya bening, mulutnya selalu senyum.
Begitu aku selesai shalat, ia mengambil minyak wangi dari dalam bajunya, dan minyak itu dioleskan ke tanganku, dan juga ke bajuku. Ia memberi isyarat agar aku mengoleskan dan meratakan minyak darinya itu ke seluruh tubuhku. Dan kemudian ia menyelinap di antara ribuan jamaah lainnya. Lalu pergi entah kemana. Ah, seorang yang aneh! pikirku.
Harumnya minyak wangi itu begitu aneh bagiku. Bau yang lembut, tetapi terus merasuk ke nafasku yang mengakibatkan rongga dadaku menjadi nyaman dan lapang. Satu hal lagi, bahwa wajah orang itu begitu akrab dalam benakku. Aku tidak merasa asing dengan wajah itu. Tetapi aku lupa di mana aku pernah bertemu dengan wajah itu…
Shalat dhuhur rupanya masih lama, maka aku pun kembali berdzikir sambil menunggu waktu shalat tiba. Ketika aku tenggelam dalam dzikirku, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara lamat-lamat dari kejauhan, yang bertambah lama terasa bertambah dekat. Bahkan begitu jelasnya suara itu di telingaku.
Suara itu ritmenya begitu luar biasa indahnya. Datang bergelombang dengan lembut tetapi jelas. Asal suara itu datang dari atas. Setelah itu datang dari berbagai penjuru. Dari samping kiriku, dari samping kananku, bahkan dari sekelilingku. Aku terbengong sendiri.
Asalnya aku mengira ada jama’ah khusus di masjid itu yang berdzikir secara serempak bersama-sama. Tetapi anggapanku salah. Karena semua orang, semua jama’ah melakukan aktivitas sendiri-sendiri. ..
Suara itu semakin lama semakin menyejukkan hati. Dada menjadi lapang, hati menjadi tentram dan tenang. Bahkan pikiran menjadi jernih.Aku berusaha mengikuti irama indah dan agung itu. Tetapi setiap ku ikuti, suara itu tiba-tiba berhenti. Sepertinya ia mengetahui kalau ada orang yang mengikutinya. Ketika aku terdiam. Suara itu kembali muncul dan terdengar di telingaku. Begitu jelasnya dan begitu agungnya. Begitu aku akan mengikutinya ia mendadak berhenti lagi. Dan yang terdengar adalah suara berisiknya para jama’ah yang melakukan aktivitasnya masing-masing. Dan aku pun semakin heran dibuatnya.
Tetap ada satu pertanyaan yang mengusik dalam hatiku. Suara siapakah itu? Dari mana datangnya?
Ketika aku berusaha mencari jawabnya, tiba-tiba terdengar suara iqamah dari bilal sebagai pertanda waktu shalat akan dimulai. Dan aku pun melakukan shalat dhuhur bersama para jama’ah lainnya.
Sesampai di maktab, aku terus berusaha mencari jawabnya. Suara apakah itu, bergemuruh, datang dari jauh, tambah lama tambah dekat dan membentuk suatu ritme yang mempesona. Indah, agung, mesra, dan membentuk harmoni yang luar biasa…
Begitu penasarannya aku. Maka pada malam itu juga kutulis kejadian itu di dalam buku harianku. Buku yang selalu kubawa kemana saja aku pergi.
Hari ke dua, dari terjadinya peristiwa itu, aku kembali ke masjid pada jam yang sama. Dan aku menempati shaf agak depan dibanding shaf di hari sebelumnya. Seperti biasanya, sebelum waktu shalat dhuhur tiba, setelah aku lakukan shalat sunah, aku melakukan aktivitas dzikir untuk lebih menghayati dan lebih mendekatkan diri kepada Ilahi Rabbi.
Saat-saat aku melakukan dzikir itu, tiba-tiba aku tersentak! Dan bulu kudukku merinding… . Ah, ternyata suara itu terdengar kembali di telingaku. Asalnya lamat-lamat. Tetapi tambah lama bertambah jelas. Dan semakin dekat. Begitu dekatnya suara itu. Sampai aku tidak tahu dari mana datangnya. Telingaku kututup dengan tanganku, suara itu semakin jelas. Telingaku kutempelkan di lantai, di sajadahku, suara itu pun sangat jelas. Aku mendongak ke atas, suara itu pun terdengar begitu jelas bahkan seolah memenuhi atap masjid Nabawi.
Aku berusaha menenangkan diri. Setelah aku tenang, aku mencoba mengikuti suara itu dengan hatiku. Ah! Ternyata suara itu berhenti dan hilang lagi…. Aku pun meratap…” Ya Allah, apa yang terjadi dengan diriku…?” Suara apakah itu? Siapakah yang bersuara itu…
Akhirnya aku pun pulang kembali ke hotel, tanpa mendapatkan jawaban yang pasti, tentang suara misterius tadi. Berikutnya, hari itu merupakan hari yang ke tiga, sejak terjadinya peristiwa itu. Aku kembali ke masjid untuk berjama’ah shalat dhuhur. Saat itu aku mendapatkan shaf di bagian tengah. Tempatnya sangat berbeda dengan dua hari sebelumnya.
Setelah shalat sunah, seperti biasanya aku melakukan aktivitas dzikir. Dalam hati aku bertanya dan juga berharap, apakah akan muncul lagi suara itu? ternyata lama aku tunggu, suara itu tidak muncul lagi. Maka aku pun melupakan kejadian itu.
Selanjutnya aku melakukan shalat sunah lagi. Begitu selesai mengucap salam yang ke dua sebagai penutup shalatku, tiba-tiba hatiku berdegup kencang. Bulu kudukku merinding lagi… Akh, suara itu terdengar lagi. Kini bertambah jelas, bertambah dekat, dan semakin indah iramanya… Aku pun terbuai dibuatnya.
Dengan perasaan agak takut, aku mencoba mengikuti kalimat itu. Hatiku mulai mengikutinya, Setelah itu bibirku mencoba mengikutinya, Ah! sungguh agung, sungguh menyejukkan. .. dan sungguh mempesona.
Dan di hari yang ke tiga itu, aku ternyata bisa mengikuti kalimat indah itu…subhaanallaah … Bibirku mulai bergerak mengikuti suara itu. Suara gemuruh dari berjuta-juta suara, yang membentuk harmoni luar biasa.
Suara itu, kalimat agung itu berbunyi :
“..laa ilaaha illallaah,.. . laa ilaaha illallaah,.. . laa ilaaha illallaah… “
Aku pun tenggelam dalam alunan dzikir yang luar biasa indahnya itu. Entah sampai berapa puluh kali atau bahkan berapa ratus kali aku mengikuti dzikir indah itu aku tidak tahu…. Sampai akhirnya aku dikejutkan oleh suara iqamah bilal.
Aku mulai menyusun shaf untuk shalat berjama’ah, bersama-sama para jama’ah lainnya untuk melakukan shalat dhuhur…
Sesaat sebelum aku shalat dhuhur, tiba-tiba pikiranku melayang kepada kehadiran seorang jama’ah yang pernah shalat di sebelahku yang
memberi minyak wangi di sekujur tubuhku dua hari sebelumnya itu. Pandangan matanya, senyumnya, masih begitu kuat tertanam dalam hatiku.
Apakah peristiwa yang barusan aku alami selama tiga hari berturut-turut itu ada hubungannya dengan orang tersebut?
Atau juga masih berhubungan dengan pengalamanku ketika pergi ke masjid, dimana saat itu setiap langkah kakiku aku gunakan untuk berdzikir? ..wallahu a’lam!
Sungguh aku masih bingung…
Aku pun berusaha untuk melupakan peristiwa itu, karena imam shalat sudah terdengar mengucapkan takbiratul ihram… Allaahu akbar! Kami semua mengikutinya untuk melakukan shalat berjama’ah.
Setelah usai shalat dhuhur, aku baru menyadari bahwa hari itu adalah hari terakhirku di kota Madinah. Dan saat itu merupakan shalat dhuhur terakhir kami di masjid Nabawi, sebelum menuju Mekah Al-Mukaromah.
Sesampai di maktab, kembali kubuka buku catatanku. Ku tulis ulang lanjutan pengalaman aneh, indah, dan mempesona yang terjadi selama tiga kali di masjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu.
Aku tetap masih merasa heran, dan merasa aneh! Siapakah yang berdzikir itu? Ribuan malaikat? Jutaan partikel yang ada di udara? Atau milyaran bio-elektron yang ada di seluruh penjuru dunia ini? Ataukah suara dzikirnya orang-orang shalih terdahulu yang terekam oleh alam, kemudian pada saat itu terdengar olehku, sampai sebanyak tiga kali?
Aku tidak berani mengambil kesimpulan apapun….
Yang jelas, yang terdengar oleh telinga lahirku dan oleh telinga bathinku saat itu adalah kalimat indah: ” …laa ilaaha illallaah… ” berulang kali. Bergemuruh, tetapi tidak memekakkan telinga. Bergemuruh, tetapi mendatangkan rasa nyaman di dada. Rasanya baru kali itu aku mendengar dan menyaksikan suatu harmonisasi dari jutaan warna suara yang berbeda, yang menyatu membentuk konfigurasi yang luar biasa indahnya…. .
Dan akupun teringat sabda rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Seutama-utama dzikir ialah : Laa ilaaha illallaah”
(HR. Attirmidzi, Annasa’i, Ibn Majah, Ibn Hibban)
Rupanya inilah puncak dzikir. Pelajaran terindah bagi seluruh makhluk ciptaan Allah. Semua bertasbih! Seluruh alam berdzikir, untuk mentauhidkan Allah saja…
QS. Al-Hasyr (59) : 24
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana…
QS. Al Israa’ (17) : 44
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Para jama’ah yang berjubel itu, berebut memenuhi shaf-shaf depan. Sehingga aku mendapatkan shaf di belakang. Hampir di shaf yang paling akhir.Ketika aku melakukan shalat sunah, tiba-tiba di sebelah kananku datang seorang jama’ah pakai baju gamis putih-putih, berjenggot panjang menjuntai ke bawah sampai ke dada. Matanya bening, mulutnya selalu senyum.
Begitu aku selesai shalat, ia mengambil minyak wangi dari dalam bajunya, dan minyak itu dioleskan ke tanganku, dan juga ke bajuku. Ia memberi isyarat agar aku mengoleskan dan meratakan minyak darinya itu ke seluruh tubuhku. Dan kemudian ia menyelinap di antara ribuan jamaah lainnya. Lalu pergi entah kemana. Ah, seorang yang aneh! pikirku.
Harumnya minyak wangi itu begitu aneh bagiku. Bau yang lembut, tetapi terus merasuk ke nafasku yang mengakibatkan rongga dadaku menjadi nyaman dan lapang. Satu hal lagi, bahwa wajah orang itu begitu akrab dalam benakku. Aku tidak merasa asing dengan wajah itu. Tetapi aku lupa di mana aku pernah bertemu dengan wajah itu…
Shalat dhuhur rupanya masih lama, maka aku pun kembali berdzikir sambil menunggu waktu shalat tiba. Ketika aku tenggelam dalam dzikirku, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara lamat-lamat dari kejauhan, yang bertambah lama terasa bertambah dekat. Bahkan begitu jelasnya suara itu di telingaku.
Suara itu ritmenya begitu luar biasa indahnya. Datang bergelombang dengan lembut tetapi jelas. Asal suara itu datang dari atas. Setelah itu datang dari berbagai penjuru. Dari samping kiriku, dari samping kananku, bahkan dari sekelilingku. Aku terbengong sendiri.
Asalnya aku mengira ada jama’ah khusus di masjid itu yang berdzikir secara serempak bersama-sama. Tetapi anggapanku salah. Karena semua orang, semua jama’ah melakukan aktivitas sendiri-sendiri. ..
Suara itu semakin lama semakin menyejukkan hati. Dada menjadi lapang, hati menjadi tentram dan tenang. Bahkan pikiran menjadi jernih.Aku berusaha mengikuti irama indah dan agung itu. Tetapi setiap ku ikuti, suara itu tiba-tiba berhenti. Sepertinya ia mengetahui kalau ada orang yang mengikutinya. Ketika aku terdiam. Suara itu kembali muncul dan terdengar di telingaku. Begitu jelasnya dan begitu agungnya. Begitu aku akan mengikutinya ia mendadak berhenti lagi. Dan yang terdengar adalah suara berisiknya para jama’ah yang melakukan aktivitasnya masing-masing. Dan aku pun semakin heran dibuatnya.
Tetap ada satu pertanyaan yang mengusik dalam hatiku. Suara siapakah itu? Dari mana datangnya?
Ketika aku berusaha mencari jawabnya, tiba-tiba terdengar suara iqamah dari bilal sebagai pertanda waktu shalat akan dimulai. Dan aku pun melakukan shalat dhuhur bersama para jama’ah lainnya.
Sesampai di maktab, aku terus berusaha mencari jawabnya. Suara apakah itu, bergemuruh, datang dari jauh, tambah lama tambah dekat dan membentuk suatu ritme yang mempesona. Indah, agung, mesra, dan membentuk harmoni yang luar biasa…
Begitu penasarannya aku. Maka pada malam itu juga kutulis kejadian itu di dalam buku harianku. Buku yang selalu kubawa kemana saja aku pergi.
Hari ke dua, dari terjadinya peristiwa itu, aku kembali ke masjid pada jam yang sama. Dan aku menempati shaf agak depan dibanding shaf di hari sebelumnya. Seperti biasanya, sebelum waktu shalat dhuhur tiba, setelah aku lakukan shalat sunah, aku melakukan aktivitas dzikir untuk lebih menghayati dan lebih mendekatkan diri kepada Ilahi Rabbi.
Saat-saat aku melakukan dzikir itu, tiba-tiba aku tersentak! Dan bulu kudukku merinding… . Ah, ternyata suara itu terdengar kembali di telingaku. Asalnya lamat-lamat. Tetapi tambah lama bertambah jelas. Dan semakin dekat. Begitu dekatnya suara itu. Sampai aku tidak tahu dari mana datangnya. Telingaku kututup dengan tanganku, suara itu semakin jelas. Telingaku kutempelkan di lantai, di sajadahku, suara itu pun sangat jelas. Aku mendongak ke atas, suara itu pun terdengar begitu jelas bahkan seolah memenuhi atap masjid Nabawi.
Aku berusaha menenangkan diri. Setelah aku tenang, aku mencoba mengikuti suara itu dengan hatiku. Ah! Ternyata suara itu berhenti dan hilang lagi…. Aku pun meratap…” Ya Allah, apa yang terjadi dengan diriku…?” Suara apakah itu? Siapakah yang bersuara itu…
Akhirnya aku pun pulang kembali ke hotel, tanpa mendapatkan jawaban yang pasti, tentang suara misterius tadi. Berikutnya, hari itu merupakan hari yang ke tiga, sejak terjadinya peristiwa itu. Aku kembali ke masjid untuk berjama’ah shalat dhuhur. Saat itu aku mendapatkan shaf di bagian tengah. Tempatnya sangat berbeda dengan dua hari sebelumnya.
Setelah shalat sunah, seperti biasanya aku melakukan aktivitas dzikir. Dalam hati aku bertanya dan juga berharap, apakah akan muncul lagi suara itu? ternyata lama aku tunggu, suara itu tidak muncul lagi. Maka aku pun melupakan kejadian itu.
Selanjutnya aku melakukan shalat sunah lagi. Begitu selesai mengucap salam yang ke dua sebagai penutup shalatku, tiba-tiba hatiku berdegup kencang. Bulu kudukku merinding lagi… Akh, suara itu terdengar lagi. Kini bertambah jelas, bertambah dekat, dan semakin indah iramanya… Aku pun terbuai dibuatnya.
Dengan perasaan agak takut, aku mencoba mengikuti kalimat itu. Hatiku mulai mengikutinya, Setelah itu bibirku mencoba mengikutinya, Ah! sungguh agung, sungguh menyejukkan. .. dan sungguh mempesona.
Dan di hari yang ke tiga itu, aku ternyata bisa mengikuti kalimat indah itu…subhaanallaah … Bibirku mulai bergerak mengikuti suara itu. Suara gemuruh dari berjuta-juta suara, yang membentuk harmoni luar biasa.
Suara itu, kalimat agung itu berbunyi :
“..laa ilaaha illallaah,.. . laa ilaaha illallaah,.. . laa ilaaha illallaah… “
Aku pun tenggelam dalam alunan dzikir yang luar biasa indahnya itu. Entah sampai berapa puluh kali atau bahkan berapa ratus kali aku mengikuti dzikir indah itu aku tidak tahu…. Sampai akhirnya aku dikejutkan oleh suara iqamah bilal.
Aku mulai menyusun shaf untuk shalat berjama’ah, bersama-sama para jama’ah lainnya untuk melakukan shalat dhuhur…
Sesaat sebelum aku shalat dhuhur, tiba-tiba pikiranku melayang kepada kehadiran seorang jama’ah yang pernah shalat di sebelahku yang
memberi minyak wangi di sekujur tubuhku dua hari sebelumnya itu. Pandangan matanya, senyumnya, masih begitu kuat tertanam dalam hatiku.
Apakah peristiwa yang barusan aku alami selama tiga hari berturut-turut itu ada hubungannya dengan orang tersebut?
Atau juga masih berhubungan dengan pengalamanku ketika pergi ke masjid, dimana saat itu setiap langkah kakiku aku gunakan untuk berdzikir? ..wallahu a’lam!
Sungguh aku masih bingung…
Aku pun berusaha untuk melupakan peristiwa itu, karena imam shalat sudah terdengar mengucapkan takbiratul ihram… Allaahu akbar! Kami semua mengikutinya untuk melakukan shalat berjama’ah.
Setelah usai shalat dhuhur, aku baru menyadari bahwa hari itu adalah hari terakhirku di kota Madinah. Dan saat itu merupakan shalat dhuhur terakhir kami di masjid Nabawi, sebelum menuju Mekah Al-Mukaromah.
Sesampai di maktab, kembali kubuka buku catatanku. Ku tulis ulang lanjutan pengalaman aneh, indah, dan mempesona yang terjadi selama tiga kali di masjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu.
Aku tetap masih merasa heran, dan merasa aneh! Siapakah yang berdzikir itu? Ribuan malaikat? Jutaan partikel yang ada di udara? Atau milyaran bio-elektron yang ada di seluruh penjuru dunia ini? Ataukah suara dzikirnya orang-orang shalih terdahulu yang terekam oleh alam, kemudian pada saat itu terdengar olehku, sampai sebanyak tiga kali?
Aku tidak berani mengambil kesimpulan apapun….
Yang jelas, yang terdengar oleh telinga lahirku dan oleh telinga bathinku saat itu adalah kalimat indah: ” …laa ilaaha illallaah… ” berulang kali. Bergemuruh, tetapi tidak memekakkan telinga. Bergemuruh, tetapi mendatangkan rasa nyaman di dada. Rasanya baru kali itu aku mendengar dan menyaksikan suatu harmonisasi dari jutaan warna suara yang berbeda, yang menyatu membentuk konfigurasi yang luar biasa indahnya…. .
Dan akupun teringat sabda rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Seutama-utama dzikir ialah : Laa ilaaha illallaah”
(HR. Attirmidzi, Annasa’i, Ibn Majah, Ibn Hibban)
Rupanya inilah puncak dzikir. Pelajaran terindah bagi seluruh makhluk ciptaan Allah. Semua bertasbih! Seluruh alam berdzikir, untuk mentauhidkan Allah saja…
QS. Al-Hasyr (59) : 24
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana…
QS. Al Israa’ (17) : 44
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.