Ketika Rasulullah saw Berbicara
Rasulullah saw adalah figur dakwah dengan sifat dan kepribadian yang sempurna. Dan tutur kata ini merupakan salah satu faktor yang sangat beliau jaga nilai-nilai keluhurannya dalam perjalanan dakwahnya. Karena beliau mengerti bahwa sesungguhnya tutur kata memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hati para pendengarnya (umatnya). Tutur kata yang buruk tentu saja akan memberikan imbas, respon, atau efek yang buruk pula. Sebaliknya, tutur kata yang baik dan mulia tentunya akan menghasilkan respon dan efek yang baik pula bagi para pendengarnya dan juga penuturnya itu sendiri.
Tidak hanya ketika bertutur kata dengan para sahabat atau keluarga dekat saja, tidak pula hanya kepada orang-orang yang memiliki jabatan yang tinggi di dunia saja, dan tidak pula hanya kepada orang-orang lemah Rasulullah bertutur dengan penuh kemuliaan. Beliau senantiasa bertutur kata dengan sangat baik kepada siapapun yang menjadi lawan bicara atau pendengarnya tanpa pilah-pilih. Kepada para isterinya, kepada para sahabatnya, kepada para pengikutnya, bahkan kepada orang-orang yang membencinya beliau senantiasa menjaga tutur katanya dengan sangat baik.
Rasulullah saw senantiasa bertutur kata dengan nada yang perlahan-lahan, tidak tergesa-gesa sehingga mudah untuk didengar, dipahami, dan diterima. Rasulullah saw senantiasa hati-hati dalam berbicara, baik dari segi nada, isi, dan kecepatannya. Sehingga tutur kata Rasulullah saw tidak hanya dapat didiengar, dipahami, dan diterima saja oleh para pendengar, melainkan juga dapat dihafal dengan tidak terlalu sulit. Istri Rasulullah saw, ‘Aisyah ra. berkata:
“Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yakni berbicara dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.” (HR. Abu Daud)
Rasulullah saw adalah figur dakwah yang rendah hati dan penuh dengan ketulusan. Beliau senantisa menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan penuh bijaksana, yaitu dengan senantiasa memperhatikan dan menyesuaikan tingkat intelektualitas pendengar atau target dakwahnya. Tutur kata Rasulullah saw senantiasa mampu membaur terhadap berbagai lapisan masyarakat yang terdiri atas berbagai latar belakang pendidikan dan tingkat intelektual yang berbeda-beda. Kemampuan beliau untuk dapat menyesuaikan tutur katanya dengan kualitas intelektual umatnya itulah yang menjadi salah satu faktor yang dapat menyentuh hati setiap manusia. Rasulullah saw bersabda:
“Tenangkanlah dirimu! Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putera seorang wanita yang biasa memakan dendeng.” (HR. Ibnu Majah)
Tutur kata yang dihiasi dengan kesabaran dan kerendahan hati senatiasa tercipta dari lisan Rasulullah saw. Dengan tutur katanya, Rasulullah saw mampu meluluhkan hati yang yang keras, memberikan rasa aman dan nyaman, namun tetap menggetarkan hati musuh-musuh Allah swt. Sebagai seorang figur dakwah, Rasulullah saw juga tidak pernah sungkan untuk mengulang-ngulang perkataannya sebanyak tiga kali agar para pendengarnya dapat benar-benar memahami apa yang beliau katakan.
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengungkapkan kepada kita: “Rasulullah sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat difahami.” (HR. Al-Bukhari)
Kesantunan tutur kata Rasulullah saw juga digambarkan oleh Ummul Mukminin, ‘Aisyah ra., ia berkata:
“Tutur kata Rasulullah sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah difahami oleh orang yang mendengarkannya.” (HR. Abu Daud)
Subhanallah, begitu mulianya akhlak dan sifat Rasulullah saw. Beliau yang merupakan kekasih Allah swt yang berkedudukan mulia, namun senantiasa sudi bahkan ikhlas untuk bertutur kata dengan penuh kerendahan hati, sabar, dan santun. Tidak pernah Rasulullah saw bertutur kata dengan angkuh atau emosi. Dan seperti inilah seharusnya para kader-kader dakwah Islam dalam bertutur kata untuk menyampaikan kalimat Islam.