Orang Tua terhadap keluarganya

Syaikhani (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan dari Ibnu Umar ra. bahwa ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda : ”Seorang imam adalah pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Seorang lelaki adalah pemimpin di keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas keluarga yang di pimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin dirumah suaminya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pelayan adalah pemimpin harta milik tuannya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Masing-masing dari kalian adalah pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya.” Muttafaq ‘alaih

Fitrahnya Kelahiran Seorang Anak

Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Hurairah ra. berkata : Rasulullah saw bersabda : “Tiada seorang bayi pun yang lahir melainkan ia dilahirkan di atas fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Majusi atas Nasrani; seperti binatang itu melahirkan binatang yang sama secara utuh. Adakah kamu menemukan adanya kebuntungan? Kemudian Abu Hurairah ra. membaca firman Allah, Tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus.” (Ar Rum : 30)

Pahala surga bagi Orang Tua yang Sabar di tinggal Mati Anaknya

Imam Tirmidzi meriwayatkan – dan ia menyatakan sebagai hadits hasan- dari Abu Musa Al-Asy’ari saw. bahwa Rasulullah saw. bersabda : Jika anak hamba meninggal dunia, maka Allah berkata kepada para malaikat, “Apakah kalian sudah mengambil nyawa putera seorang hambaKu?” Para malaikat menjawab, “Ya.” Allah bertanya lagi, “Lalu apa yang dikatakan oleh hambaKu?” Para malaikat menjawab, “Ia membaca hamdalah (memuji Allah) dan istirja’ (mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un; kita ini milik Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali).” Allah kemudian berfirman, “Kalau begitu, bangunkan untuk hamba-Ku itu sebuah rumah di dalam surga dan namakan rumah tersebut dengan Baitul-Hamdi (Rumah Pujian).”

Bersedekah: Dengan Menafkahi Keluarga

Imam Ahmad meriwayatkan dengan isnad jayyid dari Miqdam bin Ma’dikarib ra. bahwa ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Makanan yang engkau makan sendiri adalah sedekah bagimu; makanan yang engkau berikan kepada anakmu adalah sedekah bagimu; makanan yang engkau berikan kepada istrimu adalah sedekah bagimu; dan makanan yang engkau berikan kepada pelayanmu adalah sedekah bagimu.

Larangan Membunuh Anak karena Takut Tidak Memiliki Rizki

Dalam shahihain disebutkan riwayat dari Abdullah bin Mas’ud bahwa ia berkata, “Saya tanyakan kepada Rasulullah, “Dosa apakah yang paling besar?” Beliau menjawab, “Bila engkau jadikan tandingan bagi Allah, sedangkan Dia yang telah menciptakanmu.” Saya tanyakan lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jika engkau bunuh anakmu karena takut bila makan bersamamu.” Saya tanyakan, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Jika engkau berzina dengan isteri tetanggamu.”

Berdo’a Kebaikan Ketika Meminta Anak

Bukhari dalam shahihnya (Bab Thalab al Walad lil Jihad; Anak yang minta izin berjihad) dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sulaiman bin dawud as. pernah berkata, “Sungguh aku akan menggilir seratus isteriku dalam semalam –atau Sembilan puluh Sembilan- yang masing-masing akan melahirkan penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah!” Saudaranya kemudian berkata, “Katakanlah InsyaAllah!” Namun ternyata Sulaiman tidak mengucapkan InsyaAllah, dan akhirnya tidak seorangpun dari mereka yang hamil kecuali satu orang saja yang melahirkan seorang anak yang tidak sempurna. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada ditangan-Nya, andaikan saja ia mau mengucap InsyaAllah, tentu dari mereka akan lahir para penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah seluruhnya.”

Anjuran Rasulullah untuk Berdo’a Meminta Anak

Thabrani meriwayatkan dari Hafsah ra bahwa Nabi saw bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian meninggalkan do’a meminta anak, karena sesungguhnya seorang itu jika meninggal dan ia tidak punya anak, maka namanya terputus.”

Bersikap Lembutlah, Maka Allah akan Memberikan Kebaikan Bagi Keluarga

Imam Ahmad meriwayatkan dari A’isyah ra. bahwa Rasulullah saw. berkata kepadanya : “Wahai A’isyah bersikap lembutlah, karena sesungguhnya Allah itu jika menghendaki sesuatu kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah menunjukkan kepada mereka sifat kelembutan ini.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Jika Allah menghendaki kebaikan pada suat keluarga, maka Allah memasukkan rasa kelembutan ke dalam hati mereka.”

Sayangilah Anak

Al Bazzar meriwayatkan dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda : “Sesungguhnya setiap pohon itu ada buahnya, dan buahnya hati itu adalah anak. Sesungguhnya Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak menyayangi anaknya. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang.” Kami tanyakan, “Ya Rasulullah saw. sesungguhnya kami semua adalah penyayang.” Nabi bersabda, “Yang namanya sayang itu bukanlah seseorang di antara kalian menyayangi temannya, akan tetapi kasih sayang yang sesungguhnya adalah menyayangi semua manusia.

Peringatan Kepada Imam Shalat Ketika Ada Anak Kecil yang Menjadi Makmumnya

Dalam Shahihain disebutkan riwayat hadits dari Abu Mas’ud Uqbah bin Umar Al Badri ra. bahwa ia berkata, “Pernah ada seseorang yang datang menghadap Nabi saw. lalu berkata, “Sesungguhnya aku terlambat mengerjakan shalat shubuh karena si Fulan yang menjadi imam memanjangkan shalat.” Maka aku belum pernah melihat beliau marah dalam memberikan petuah melebihi kemarahan beliau ketika itu. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya di antara kalian terdapat orang-orang yang membuat lari. Maka siapa saja di antara kalian yang mengimami shalat orang banyak, hendaklah ia mempersingkat, karena di belakangnya terdapat orang tua, anak kecil dan orang yang punya kepentingan lain.”

Anak yang Shalih Merupakan Investasi Pahala Orang Tuanya

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika seorang manusia telah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal : sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan.”

Orang Tua yang Mencintai Anaknya akan Meraih Surga

Imam Ahmad dan Nasa’I meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Qurrah dari ayahnya bahwa ada seseorang yang datang menghadap nabi saw. disertai oleh seorang puteranya. Nabi kemudian bertanya kepada orang itu, “Apakah kamu mencintainya?” Ia menjawab, “Ya Rasulullah, semoga Allah mencintai mu seperti aku mencintainya. Nabi menanyakan kepada sahabat, “Apa yang dilakukan oleh putra si Fulan?” Para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah saw, ia telah meninggal.” Sesudah itu nabi saw. bersabda kepada ayahnya, “Apakah kamu suka agar kelak pada hari kiamat nanti tidak ada satu pintu surga pun yang engkau datangi melainkan engkau dapatkan puteramu menunggu padanya?!” Seseorang kemudian bertanya, “Ya Rasulullah, apakah hal itu khusus baginya atau juga bagi masing-masing dari kami?” Beliau menjawab, “Juga bagi masing-masing dari kalian.”

Anak adalah Nikmat dari Allah

Al Hafidz Abu Ya’la Al Mushili dalam Musnad-nya meriwayatkan dari Anas ra. bahwa ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah Allah memberikan nikmat apapun kepada seorang hamba, baik berupa keluarga, harta atau anak lalu ia mengucapkan, “Masya’ Allah La quwwata illa billah (Apa yang dikehendaki Allah. Tidak ada kekuatan kecuali karena Allah), lalu melihat suatu bencana , kecuali mati.

Manfaat Kumandang Adzan dan Iqamah ditelinga Anak

Imam Baihaqi dalam kitab As Syu’ab meriwayatkan hadits dari Hasan bin Ali dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda : “Siapa yang dianugerahi kelahiran seorang anak lalu ia mengumandangkan adzan di telinga kanannya dan mengumandangkan iqamah di telinga kirinya, maka ibu si anak tersebut diangkat (diringankan) dosanya.”

Anjuran Tahnik

Dalam Shahihain disebutkan riwayat dari Abu Musa bahwa ia berkata : “Aku dianugerahi kelahiran anak lalu aku bawa ia ke hadapan Nabi saw. Beliau kemudian menamainya Ibrahim dan mentahniknya dengan sebiji kurma.” Sedangkan dalam riwayat Bukhari terdapat tambahan, “Lalu beliau mendoakan keberkahan untuknya, dan sesudah itu beliau mengembalikannya kepadaku.”

Waktu Aqiqah

Ashabus Sunan meriwayatkan dari Samurah bahwa ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda : “Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya yang disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, diberi nama dan dicukur rambutnya.”

Ajarkan Tauhid kepada Anak

Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda : “Bukalah (ajarkanlah) kepada anak-anak kalian kalimat pertama berupa La Ilaha Illalah dan talqin-kan (diktekan) pula kepada mereka ketika hendak meninggal kalimat La Ilaha Illallah.”

Mendidik Anak untuk Mencintai Nabi, Keluarga dan Al Qur’an

Thabrani dan Ibnu Najjar meriwayatkan dari Ali –karamahullahu wajhah- bahwa nabi saw. bersabda : “Didiklah anak-anak kalian atas tiga; kecintaan kepada Nabi kalian, kecintaan kepada keluarga Nabi dan membaca Al Qur’an. Sesungguhnya para pembawa (penghafal) Al Qur’an itu berada dibawah naungan singgasana Allah , pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naunganNya bersama para Nabi dan manusia-manusia pilihanNya.”

Perintakan Shalat kepada Anak

Hakim dan Abu Dawud meriwayatkan dari Amru bin Ash ra. dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda : Perintahkan kepada anak-anak kalian agar mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika mengabaikannya ketika telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkan pula tempat tidur mereka.”

Tahapan dalam Mendidik Anak

Ibnu Hibban meriwayatkan dari Anas ra. dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda : “Anak itu diaqiqahi ketika berumur tujuh hari, diberi nama dan disingkirkan gangguan darinya. Dan ketika ia berumur enam tahun, ia mulai dididik. Jika berumur Sembilan tahun ia dipisahkan dari ranjang. Jika berumur tiga belas tahun ia dipukul apabila mengabaikan shalat dan puasa. Jika berumur enam belas tahun ia bisa dinikahkan oleh orang tuanya.” Kemudian beliau mengambil tangan Anas dan bersabda, “Engkau telah aku didik, telah aku ajarkan ilmu dan telah aku nikahkan. Aku berlindung kepada Allah dari fitnahmu di dunia dan siksamu di akhirat.