ADAB ADAB YANG DI SUNNAHKAN DALAM SHALAT

Shalat Mempunyai Beberapa Sunnat Yang Di Anjurkan Benar Kita Memeliharanya, Antara Lain Ialah:

1. Mengangkat Kedua Tangan
di Anjurkan Kita Mengangkat Kedua Tangan Pada Empat Tempat, Yaitu:

A. Ketika Takbiratul Ikhram
Banyak Hadits yang meriwayatkan tentang hal ini, salah satunya hadits Abu Humaid R.A yang diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dan di Shahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban, Yaitu:

KANAN NABIYYU SAW, IDZA WAMA ILASH SHALATIGH TADALA QA IMAN WARAFA’A YADAYHI, TSUMMA QALA ALLAHU AKBAR
Artinya: “Adalah Nabi Saw, Apabila Telah Berdiri Untuk Bershalat, Beliau Berdiri Lurus Dan Mengangkat Tangannya, Kemudian Mengucapkan Allahu Akbar” (Al-Muntaqa 1:360)

Sifat Mengankat Tangan, Dalam beberapa riwayat di jelaskan: Mengangkat kedua tangan setentang pundak, sedang ujung-unjung jari menentangi telinga, dua ibu jari menentangi anting-anting telinga, dan mengulurkan jari-jari di waktu mengangkat tangan itu

B. Ketika akan Rukuk

Beberapa sahabat menerangkan, bahwasanya Nabi Muhammad SAW mengangkat tangan ketika rukuk, bedasarkan dari hadits Abdullah bin Umar R.A:

KANA RASULULLAH SAW, IDZA QAMA LISHSHALATI RAFA’A YADAYHI HATTA TAKUNA HADZWA MAN KABIHI TSUMMA KABRA FA IDZA ARADA AN YAR KA’A FA’ALA MITSLA
Artinya: “Aku Melihat Rasulullah Saw, Jika Beliau Hendak Shalat, Maka Beliau Mengangkat Tangannya, Hingga Sejajar Dengan Kedua Pundaknya, Lalu Bertakbir, Jika Hendak Rukuk Beliau Melakukan Hal Itu Juga (H.R Muttafaq’alaihi No. 703 dan 390)

C. Ketika I’tidal

Ketika bangkit dari rukuk, beliau juga mengangkat kedua tangannya sejajar dengan pundaknya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan sahabat Ibnu Umar R.A, telah menceritakan hadits berikut:

FA ALA MITSLAHU WA IDZA QALA SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, Apabila Ia Mengucapkan “Sami’allahuliman Hamidah” (Semoga Allah Memperkenankan Orang Yang Memujinya) Hal Yang Serupa Dilakukannya Pula, Yakni Mengangkat Tangannya.
D. Ketika Berdiri di Raka’at Ketiga

di Riwayatkan oleh Al-Bukhari, Abu Daud dan An-Nasa’i dari Ibnu Umar R.A, bahwasanya Nabi SAW, mengangkat tangannya apabila bangun dari raka’at yang kedua ke raka’at yang ketiga. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar R.A, disebutkan: Apabila beliau SAW bangkit dari dua raka’at, (yakni berdiri), maka ia mengangkat kedua tangannya, tetapi ia tidak melakukan hal tersebut sewaktu bersujud, dan tidak pula sewaktu mengangkat kepalanya dari sujud. (H.R Khamsah)

Asy Syaukany menegaskan: “Sunnah ini bersekutu padanya lelaki dan wanita. Tak ada hal yang membedakan antara lelaki dan wanita dalam hal mengangkat tangan.”

2. Meletakkan Tangan atas Tangan Kiri

A. Di Dalam Berdiri Shalat
di Sunnahkan kita meletakan tangan kanan atas tangan kiri didalam setiap berdiri Shalat, dalam hal ini, telah diriwayatkan 20 Hadits dari 18 sahabat.

Adapun tempat meletakkannya, menurut kebanyakan riwayat yang banyak, adalah diatas dada, sebagai yang diriwaytakan oleh Ahmad dari Hulb Ath Taiy dan oleh Ibnu Khuzaimah dari Wa Il Ubnu Hujr, Ujarnya:

SHALLAYTU MA ‘AN NABIYYI SAW, FAWADHA’A YADA HUL YUMNA ‘ALA YADIHIL YUSRA ‘ALA SHADRHI
Artinya: “Saya Bershalat Beserta Nabi Saw, Maka Beliau Meletakkan Tangan Kanannya Atas Tangan Kirinya, Atas Dadanya” (Bulughul Maram 43)




B. di Ketika Berdiri dari Rukuk (I’tidal)

di anjurkan juga melakukan hal yang sama, yakni meletakan kedua tangannya, di atas dadanya, (H.R Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Ahmad dari Wa Il Ibnu Hujr)

di dalam hal ini Imam Masjidil Haram seorang ulama besar, yaitu Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz R.H menyebutkan dalam bukunya, Sifatul Shalatan Nabi SAW yang teksnya sebagai berikut: “di Sunnahkan Bagi setiap orang yang shalat untuk meletakan kedua tangannya di atas dada, seperti yang dilakukannya saat berdiri sebelum rukuk, berdasarkan hadits Shahih dari Nabi SAW yang diriwayat dari Sahl bin Sa’d R.A dia berkata:

‘AN SAHL IBNI SA’D R.A. QALA: KANANNASU YU’MARUNA ‘AN YADHA’A ARRAJULU ALYADA AL YUMNA ‘ALA DZIRA ‘IHI ALYUSRA FISHSHALATI
Artinya: Diriwayatkan Dari Sahl Bin Sa’d R.A Dia Berkata: Didalam Shalat Orang-Orang Diperintahkan Meletakan Tangan Kanan Atas Hasta Kiri (H.R Bukhari No. 740)

Menyedekapkan tangan di dada adalah perbuatan yang benar menurut sunnah berdasarkan hadits:

Cara-cara yang sesuai sunnah ini dilakukan oleh Imam Ishaq bin Rahawaih. Imam Mawarzi dalam Kitab Masa'il, halaman 222 berkata: "Imam Ishaq meriwayatkan hadits secara mutawatir kepada kami, Beliau mengangkat kedua tangannya ketika berdo'a qunut dan melakukan qunut sebelum merukuk. Beliau menyedekapkan tangannya berdekatan dengan teteknya." Pendapat yang semacam ini juga dikemukakan oleh Qadhi 'Iyadh al Maliki dalam bab Mustahabatu ash Sholat pada Kitab Al I'lam, beliau berkata: "Dia meletakkan tangan kanan pada punggung tangan kiri di dada."

Hadits yang diriwayatkan wa Il bin Hujr R.A:

RA AYTU RASULULLAHI SAW YUSHALLI FA WADHA’A YADAIHI ‘ALA SHADRIHI IHDAHUMA ‘ALAL AKHRA
“Aku Melihat Rasulullah SAWw Shalat, Lalu Beliau Meletakan Kedua Tangannya Didada Yang Satu Diatas Yang Lain” (H.R Ibnu Khuzaimah No. 479)

Ibnu Abdul Al-Barr (Az-zarqani) dalam Syarh ‘ala Al-Muwaththa’ 1/454, mengatakan: “Tiada riwayat dari Nabi SAW yang menerangkan selain hal ini”

Ibnu Hajr dalam Fath Al-Bari 2/224, mengatakan: “Para Ulama mengatakan bahwa Hikmah dari posisi ini adalah menyimbulkan posisi peminta-minta yang hina. Selain itu, posisi ini mencegah sikap main-main dan menambah ke Khusyukan”

3. Melihat Ke Tempat Sujud

Orang yang shalat haruslah melihat ketempat sujudnya, karena hal ini lebih menambah kekhusyukan, berdasarkan Riwayat ‘Aisyah R.A:

DA KHALA RASULULLAHI SAW ALKA’BATA MAKHALAFA BASHARUHU MAU DHI’A SUJUDIHI
“Rasulullah Saw Masuk Ke Kakbah Dan Mata Beliau Tidak Pernah Meninggalkan Tempat Sujudnya, Sampai Beliau Keluar” (H.R Ibnu Khuzaimah No. 3012 dan hakimNo. 1761)


4. Membaca Do’a Tawajjuh atau Iftatah

di Sunnahkan membaca do’a iftitah shalat, (H.R Muslim) ada beberapa do’a yang di ajarkan kepada para sahabatnya, salah satu do’a atau bentuk pujian  diantaranya:

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA WA TABARA KAS MUKA WATA’ALA JADDUKA WALA ILAHA GHAIRUKA
“Ya Allah, Engkau Maha Suci, Segala Puji Hanya Bagimu, Namamu Penuh Berkah, Upayamu Maha Luhur, Tiada Tuhan Selain Engkau” (H.R Ahmad 3/50 Abu Daud No. 775, At Thurmudzi No. 242, An-Nasa’I, Al-Mujtaba No. 899 dan Al Hakim)

Sahabat Abu Sa’id R.A telah menceritakan hadits berikut:
“Rasulullah SAW apabila berdiri untuk shalat dimalam hari, maka ia bertakbir, kemudian mengucapkan maha suci engkau ya Allah dengan memuji kepadaMu, Maha suci AsmaMu dan Maha tinggi Ke Agunganmu dan Tiada Tuhan selain engkau” (H.R Ash-Habus Sunan)

5. Isti’adzah

Membaca Ta’awwudz atau memohon perlindungan Kepada Allah SWT dari gangguan setan yang terkutuk, merupakan hal yang dianjurkan dalam shalat untuk mencegah godaannya. Membaca Ta’awwudz di dalam Raka’at pertama saja dengan suara perlahan (sirr).

Ibnu Mundzir berkata: “di Peroleh keterangan bahwa Nabi SAW membaca Sebelum membaca Al-Fatihah”

A’UDZUBILLAHI MINASYSYAITHANIRRAJIM
“Saya Berlindung dengan Allah dari syaithan yang dirajam (yang dilempar dengan Batu)” (Q.S An-Nahl 16:98)

6. Membaca Amiin

di Sunnahkan Bagi Setiap orang yang shalat, baik menjadi Imam maupun Makmum, atau shalat sendirian. Membaca Amiin sesudah membaca Al-Fatihah, Menurut Riwayat hadits Imam Al-Bukhari dan Imam An-Nasa’i disebutkan:

IDZA QALA A HADUKUM AAMIINA WAQALATIL MALA IKATU FISSAMA I AAMIINA FAWA FAQAT IH DAHUMAL UKHRA GHUFIRALAHU MATAQADDAMA MIN DZANBIH
“Apabila seseorang di antara kalian membaca Aamiin dan para malaikat yang dilangit membaca Aamiin pula, lalu ucapan satu pihak bersamaan dengan pihak  yang lain, maka niscaya dosa-dosanya yang terdahulu di ampuni”
Dalam Hadits ini terkandung pengertian, bahwa malaikat dilangit membaca Aamiin bersamaan dengan setiap orang yang shalat.

7. Membaca Surat atau Ayat Al-Qur’an

Sunnahnya adalah membaca apa yang mudah dari Al-Qur’an, pada dua raka’at pertama setelah Al-Fatihah, Karena Nabi SAW juga membacanya demikian, Nabi SAW kadang kala memanjangkan bacaan surat, kadang kala memendekkannya, karena adanya sesuatu halangan, seperti sedang berpergian, ada orang yang sudah tua dalam jama’ah shalat, ada anak kecil yang menangis dan lain-lainnya.

Sahabat Abu Hurairah R.A telah menceritakan bahwa Nabi SAW pernah Bersabda yang Artinya: “Apakah seseorang di antara kalian suka apabila kembali kepada keluarganya, maka ia akan menjumpai pada keluarganya tiga ekor unta bunting Yang besar lagi gemuk?” Kami menjawab, “Ya”, Rasulullah SAW bersabda: “Maka tiga ayat yang dibaca oleh seseorang di antara kalian dalam shalatnya adalah lebih baik baginya daripada tiga ekor unta bunting Yang besar-besar lagi gemuk” (H.R Muslim)

8. Takbir-Takbir Intiqal

Takbir Intiqal adalah takbir yang kita baca sewaktu berpindah dari rukun kerukun, kecuali waktu bangkit dari Rukuk, disitu disunnahkan membaca Tasmi’. Dalilnya, Sahabat Ibnu Umar R.A telah menceritakan hadits berikut:

Aku Pernah Melihat Nabi Saw Memulai Takbir Untuk Shalatnya, Maka Ia Mengangkat Kedua Tangannya Sewaktu Bertakbir Sehingga Kedua Telapak Tangannya Menyamai Kedua Pundaknya. Apabila Ia bertakbir Untuk Rukuk, Hal Yang Sama Dilakukannya Pula. Apabila Ia Mengucapkan “Sami’allahu Liman Hmidah” (Semoga Allah Memperkenankan Orang Yang Memuji-Nya). Hal Yang Serupa Dilakukannya Pula, Lalu Ia Mengucapkan “Rabbana Lakal Hamdu” (Wahai Rabb, Bagi Engkau Segala Puji).

9. Kelakuan Rukuk

Sunnah Nabi SAW mengenai Rukuk, ialah: meluruskan kepala dengan pinggang, memegangi dua lutut, serta merenggangkan kedua tangan dari dua lambung, merenggangkan anak-anak jari atas lutut, selanjutnya kita membaca di dalam rukuk, Dzikir atau tasbih do’a yang dituntunkan oleh Nabi SAW. Sahabat Ali R.A telah menceritakan hadits berikut:

KANAN NABIYYU S.A.W. IDZA RAKA’A QALA: ALLAHUMMA LAKA RAKA’TU WABIKA AMANTU WALAKA ASLAMTU KHASYA’A LAKA SAM’I WABASHARI WA MUKHI WA ‘AZHMI WA’ASHABI

“Nabi SAW apabila rukuk, maka ia mengucapkan ya Allah, hanya kepada Engkaulah aku rukuk, hanya kepada Engkaulah aku beriman, dan hanya kepadaEngkaulah Aku berserah diri. Pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku dan syarafku semuanya Khusyuk kepadaMu”

10. Bangkit dari Rukuk (I’tidal)

Bilamana Nabi SAW telah mengucapkan do’a Sami’allahulimanhamidah, maka Ia mengucapkan “Rabbana walakal hamdu” (Ya Rabb Kami, bagi Engkau segala puji). (H.R Bukhari)

di Antara ajaran beliau SAW adalah tuma’minah, sa’at bangkit dari rukuk (H.R Muslim dan Ahmad)



11. Mengenai Gerakan Sujud

Beliau SAW tidak mengangkat kadua tangannya, sebagaimana yang dilakukannya saat mengangkat badan dari posisi berdiri untuk rukuk, tetapi beliau SAW hanya mengucapkan “Allahu Akbar” Kemudian bersujud, kemudian meletakan Jari-jari tangannya dan menghadapkan semua ujung jari-jari tangannya kearah kiblat. Beliau juga biasa merapatkan kedua tumitnya, menegakan kedua kakinya (jari-jari kakinya). Dan beliau SAW memerintahkan hal itu untuk dilakukan, beliau SAW juga bersabda:

AMIRTU AN ASJUDA ALA SAB’ATI A’ZHUMIN: ‘ALAL JUBHATI WA ASYARA BIYADIHI ‘ALA ANFIH, WAL YADAINI, WARRUKBATAINI, WA ATHRAFILQADA MAINI, WALA TAKFITATSTSI YABA WASYSYA’ARA
Artinya: “Aku diperintahkan untuk bersujud diatas tujuh tulang, yakni pada kening, dan beliau menunjuk dengan tangannya kehidungnya, dua tangan, dua lutut, dan semua jari-jari telapak kaki, kami tidak mengumpulkan pakaian dan rambut” (H.R bukhari 812-809, Muslim 940)

12. Do’a Do’a Sujud

Beliau SAW dalam sujudnya, biasa membaca:

SUBHANA RABBIYAL A’LA
Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi (H.R Muslim 772, Abu Daud 869)
Membacanya berulang-ulang tiga kali, sampai 10 kali. Beliau juga bersabda:

AQRABU MAYA KUNUL MAR-U MIN RABBIHI WAHUA SAJIDUN FA AKTSIRUL FIHI MINAD DU’A-I
Saat yang paling dekat seseorang hamba kepada Rabnya adalah ketika bersujud, oleh sebab itu perbanyaklah do’a didalam sujud” (H.R Muslim 482, Abu Daud 870)

13. Duduk di Antara Dua Sujud

di Antara Sunnah yang di Ajarkan oleh beliau SAW adalah, beliau biasa menegakkan kaki kanannya dan menghadapkan jari-jari kaki kanan kea rah kiblat, serta menghamparkan kaki kirinya, lalu duduk di atasnya dengan tuma’minah,

di Sunnahkan meletakan tangan kanan di atas paha kanan, sementara tangan kiri di letakan di atas paha kiri, tidak membuka jari-jari tangan, namun di arahkan ke kiblat hingga batas akhir kedua lutut.

Beliau SAW duduk diantara dua sujud biasa mengucapkan:
ALLAHUMMAGHFIRLI WARHAMNI WAHDINI WARZUQNI WAJBURNI
“Ya Allah Ampunilah Dosaku, Berikanlah Rahmat Kepadaku, Berilah Petunjuk Kepadaku, Berilah Rizqi Kepadaku,Cukupilah Kekuranganku” (H.R Abu Daud 845, Thurmudzi 284)

14. Duduk Istirahat

Yaitu duduk yang ringan, yang dilakukan setelah slesai dari sujud, yang kedua dari rakaat yang pertama, sebelum bangun ke rakaat yang kedua dan setelah selesai dari sujud yang kedua, dari rakaat yang ketiga, Sebelum bangun ke rakaat yang ke empat. Sebagian Ulama men-Sunnahkannya, sebagian ulama yang lain tidak. Hanya dilakukan apabila dipandang perlu untuk Istirahat.

         Adapun sebagian ulama yang lain, Hal ini merupakan sunnah, menurut Imam Syafi’I, Imam Ishaq dan Imam Ahmad. Tetapi selain mereka mengatakan bahwa hal ini bukan merupakan sunnah, karena hadits Abu Humaid tidak menyebutkan tentang hal ini.
        
Adapun dalil dari hadits yang men-Sunnahkan ialah dari Qilabah R.A telah menceritakan hadits berikut:
“Malik ibnul Huwairits shalat bersama dengan kami, seperti shalatnya Rasulullah SAW. Adalah Ia apabila mengangkat kepalanya dari sujud terakhir pada rakaat pertama, ia duduk terlebih dahulu, lalu berdiri. (H.R Khamsah Kecuali Muslim)

15. Adab Bangkit ke Raka’at Berikutnya

Orang yang shalat bangkit (untuk mengerjakan raka’at berikutnya) sambil bertakbi, kemudian baru membaca Al-Fatihah. Ia tidak boleh membaca doa Iftitah manapun sebagaimana raka’at pertama. Di Riwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya, dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: “Apabila Rasulullah SAW bangkit dari raka’at kadua, maka beliau biasa memulai dengan bacaan Alhamdulillah dan tidak diam” (H.R Muslim 599)

         di Sunnahkan untuk lebih memanjangkan raka’at pertama, dan di Sunnahkan untuk lebih memanjangkan raka’at pertama daripada raka’at kedua, karena, beliau SAW dalam dua rak’at yang pertama biasa membaca Fatihatul Kitab dan dua surat. Sedangkan raka’at ke tiga dan ke empat cukup dengan membaca Fatihatul Kitab saja.

16. Sifat Duduk Tasyahud

Sebaiknya Kita Memelihara Sunnah-Sunnah Dalam Duduk Tasyahud.
Pertama: Kita Meletakkan Kedua Tangan Atas Salah Satu Sifat Ini:

  1. “Meletakan Tangan Kiri Atas Lutut Kiri, Tangan Kanan Atas Lutut Kanan, Dengan Menggenggam Anak-Anak Jari, Serta Menjadikan Ibu Jari Menggenggam Jari Tengah Dibawah Telunjuk, Serta Ber Isyarat Dengan Telunjuk Itu” (H.R Muslim dari Ibnu Umar R.A)

  1. “Meletakan Telapak Tangan Kiri Atas Paha Dan Lutut Kiri, Menjadikan Ujung Siku Yang Sebelah Kanan Atas Paha Kanan. Kemudian Menggenggam Anak-Anak Jari Kanan, Dengan Menggelung Ibu Jari Ke Jari Tengah Dan Ber Isyarat Dengan Telunjuk, Serta Menggerakkannya Di Tiap-Tiap Berdo’a”. (H.R Ahmad dari Wa il Ibnu Hujr)

  1. “Meletakan Tangan Kanan Atas Paha Kanan, Dan Tangan Kiri Atas Paha Kiri, Serta Ber Isyarat Dengan Telunjuk, Sedangkan Pandangan Mata Ditujukan Ke Telunjuk Itu”. (H.R Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)

Kedua: Hendaklah Kita Ber Isyarat Dengan Telunjuk Kanan Yang Sedikit Di Tundukan Sehingga Bersalam, Sebagaimana yang di Terangkan Oleh Hadits Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah dengan Sanad (Hasan)

Hendaklah Telunjuk itu di gerakan di tiap-tiap berdo’a sebagai tanda ke Ikhlasan atau tanda tadarru’.
         Ulama-ulama Syafi’iah hanya ber Isyarat dengan telunjuk, sekali saja. Yaitu tatkala mengucapkan “Illallah”.
Golongan Hanafiah mengangkat telunjuk tatkala membaca “La” dan menundukkan kembali tatkala membaca “Illallah”
         Golongan Malikiyah menggerak-gerakkan telunjuk kekanan dan ke kiri terus menerus sehingga selesai shalat.
         Golongan Hambaliyah ber Isyarat dengan telunjuk tiap-tiap menyebut nama Allah SWT untuk meng-Isyarat-kan kepada ke-Esa an-Nya, tidak digerak-gerakkannya terus menerus

Inilah sunnah-sunnah Rasul dalam meletakkan tangan di atas paha. Kami memilih cara yang di kemukakan Wa il Ibnu Hujr, semua cara boleh di amalkan, Bedasarkan dalil Hadits:

“Beliau SAW biasa meng Isyaratkan, dengan jari Telunjuknya ke arah Kiblat, sedangkan pandangan beliau tidak pernah melebihi isyaratnya, (yakni pandangan terfokus ke jari telunjuk).” (H.R Muslim 580 dan Lainnya.)

“di Riwayatkan dari Abdullah bin Umar R.A bahwa apabila Rasulullah SAW duduk Tasyahud dalam shalat, beliau meletakkan tangan kanan di atas paha kanan, kemudian meng Isyaratkan jari yang terletak dekat Ibu Jari (yakni jari telunjuk) Sebelah kanan. Lalu beliau berdo’a sambil meng Isyaratkannya. Dan tangan kiri beliau bentangkan di atas paha kiri” (H.R Muslim dalam Al-Masajid 985)

Ketiga: Hendaklah duduk secara Iftirasy dalam tasyahud yang pertama dan secara tawarru dalam tasyahud yang kedua.
Duduk tawarru, ialah: “Menegakkan kaki kanan dengan menghadapkan anak-anak jarinya kea rah kiblat, serta melipatkan kaki kiri ke bawah kaki kanan, dan meletakkan punggung (pantat) ketempat duduk”

17. Tasyahud Pertama (Awal)

At-Thurmudzi berkata: “duduk dalam tasyahud awal itu diringkaskan, beginilah yang diamalkan oleh Ahli Ilmu, mereka lebih suka agar seseorang jangan memanjangkan duduknya dalam tasyahud awal sebagaimana disebutkan dalam hadits:

“Apabila Beliau duduk didalam dua rakaat pertama, maka se akan-akan beliau duduk di atas batu yang dipanaskan.” (H.R At-Thurmudzi 336, An-Nasa’i 1176 dari Ibnu Mas’ud R.A)

Ini menunjukkan dari cara duduk yang ringan, tidak ada riwayat yang menjelaskan bahwa beliau pernah bershalawat untuk diri dan keluarganya atau memohon perlindungan dari azab kubur dan lain sebagainya.
Kata Ibnu Qayyum: “Tiadalah di nukilkan dari Nabi SAW bahwasanya beliau bershalawat dalam tasyahud pertama, dan tiada pula ber Isti’adzah”

Menurut Riwayat An-Nasa’i terkadang-kadang Nabi SAW membaca shalawat dalam tasyahud pertama, maka kalau kita membacanya, hendaklah membaca seringkasnya. Do’a shalawat itu boleh di baca dengan salah satu lafadh yang di tuntunkan Nabi SAW

18. Tasyahud Akhir

Bershalawat kepada Nabi SAW sebagaian ulama menetapkan hukumnya “mandubah” bedasarkan hadits yang diriwayatkan oleh At-Thurmudzi dan dishahihkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Fadlalah Ibn ‘Ubaid

Shahibul Muntaqa berkata “dalam hadits Fadlalah itu terdapat hujjah bagi yang tidak memandang bahwa shalawat itu fardhu, karena dalam hadits itu Rasulullah SAW tidak menyuruh orang yang tidak membacanya mengulangi shalat”

Kata Ash-Shan’any, Dalil-dalil yang diperoleh dalam masalah shalawat ini, menunjuk pula, bahwa shalawat kepada keluarga Nabi SAW juga wajib, Inilah pendapat Al-Hadi, Al-Qasim dan Ahmad Ibn Hambal

Di sebutkan dalam hadits Muttafaqun’alaih (Bukhari dan Muslim) Bahwa Para sahabat R.A pernah bertanya kepada Nabi SA, mereka mengatakan “Ya Rasulullah, Bagaimanakah kami bersahalawat kepadamu, beserta keluargamu, Karna sesungguhnya Allah telah mengajarkan kepada kami cara mengucapkan salam kepada engkau?” Beliau menjawab Ucapkanlah:

ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA ALI MUHAMMAD KAMA SHALLAITA ‘ALA IBRAHIM WA ‘ALA ALI IBRAHIM, INNAKA HAMIDUN MAJID. ALLAHUMMA BARIK ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA ALI MUHAMMAD KAMA BARAKTA ‘ALA IBRAHIM WA ‘ALA ALI IBRAHIM, INNAKA HAMIDUN MAJID

Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi shalawat kepada Ibrahim dan kerabatnya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi keberkahan kepada Ibrahim dan kerabatnya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. (H.R Bukhari 3370, Muslim 406)


19. Do’a Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam

Disunnahkan kita berdo’a sesudah tasyahud akhir sebelum salam, dengan do’a yang kita kehendaki, baik mengenai kebaikan dunia, maupun kebaikan akhirat.

Suunah Rasul juga menetapkan, ada do’a-do’a setelah tasyahud dan sebelum salam, diantara do’a-do’a ini adalah, do’a yang diriwayatkan dari Abu Hurairah R.A, bahwa beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 “Apabila salah seorang diantara kamu selesai dari tasyahud akhir, maka ucapkanlah: Aku berlindung kepada Allah SWT dari empat hal; adzab jahannam, adzab kubur, fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah ad Dajjal” (H.R Muslim 588, Ahmad, Al-Musnad 2/237)

Seseorang diperbolehkan memilih do’a-do’a itu sekehendak hatinya, berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Kemudian biarkanlah ia memilih do’a yang di sukainya, lalu berdo’alah dengannya” (H.R Al-Bukhari 835, Muslim 402)

Dalam hal ini terdapat banyak do’a matshur yang disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Sifati Shalatin Nabi SAW diantarnya ialah:

Rasulullah SAW bersanda:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab (siksa) kubur, dari siksa neraka, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (H.R. Bukhari 1377, Muslim 588, Abu Daud 979)

20. Dzikir-Dzikir dan Do’a sesudah Salam
Menurut Ibnu Qayyim R.H. Dzikir yang di ucapkan akan sangat bermanfaat kepada lahir dan bathin kita. Akan membuat Allah SWT menjadi Redha. Menghilangkan kekundahan, mendatangkan kesenangan didalam hati, menguatkan hati dan badan, mebuat hati dan wajah menjadi berseri-seri. Melapangkan pintu rezeki.


  1. “Adalah Nabi SAW Jika Selesai Salam Dari Shalatnya Beliau SAW Membaca Istighfar 3 Kali” (HR Muslim 591, Abu Daud 1513, Tirmidzi 300, An-Nasa’i 3/68)



  1. Beliau Biasa mengucapkan Dzikir:

ALLAHUMMA ANTAS SALAM WA MINKAS SALAMU TABARAKTA YA DZAL JALALI WAL IKRAM
Artinya: “Ya Allah, Engkaulah Maha Sejahtera dan dari Engkaulah Segala kesejahteraan. Engkaulah yang Maha Mulia, Wahai Dzat yang penuh dengan ke Agungan dan Kemuliaan” (H.R Muslim 591)

  1. Beliau SAW sehabis shalat biasa mengucapkan Dzikir:

LA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LA SYARIKALAHU, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALA KULLI SYAI’IN QADIR, ALLAHUMMA LA MANI’A LIMA A’THAITA WA MU’THIYA LIMA MANA’TA WALA YANFA’U DZAL JADDI MINKAL JADDU
Artinya: Tiada sesembahan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah segala kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah, dan tidak bermanfaat pemilik kekayaan, dan dari-Mulah segala kekayaan” (H.R. Bukhari 2/275, Muslim 593, Abu Daud 1515, An-Nasa’i 3/70)

  1. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang bertasbih setelah melakukan sholat sebanyak 33 kali, bertahmid sebanyak 33 kali, dan bertakbir sebanyak 33 kali, maka hal itu berjumlah menjadi 99, dan untuk melengkapi jumlah 100, ia menucapkan, La Ilaha Illallah Wahdahu La Syarika Lahu, Lahul Mulku, Walahul Hamdu Wa Huwa ‘Ala Kulli Syai-in Qadir (Tidak Ada sesembahan yang berhak di ibadahi selain Allah semata, Tiada sekutu bagiNya. BagiNyalah segala kerajaan, puji-pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu), Niscayakesalahan-kesalahannya diampuni walaupun sebanyak buih dilautan” (H.R Muslim 597 dan Lainnya)

  1. Rasulullah SAW bersabda

Wahai Mu’adz, aku wasiatkan kepadamu agar setiap selesai shalat jangan sekali-kali engkau tinggalkan Membaca Do’a
ALLAHUMMA A’INNII ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA, WA HUSNI ‘IBAADATIK (Ya Allah, Bantulah Aku Untuk Mengingat-Mu Dan Bersyukur Kepada-Mu, Serta Agar Bisa Beribadah Dengan Baik Kepada-Mu). (H.R An-Nasa’I 1303 dan Lainnya)

  1. Rasulullah SAW bersabda:

MAN QARA A AYATUL KURSI DUBURA KULLI SHALATIN LAM YAMNA’HU DUKHULIL JANNATI ILLA AN YAMUT
“Barangsiapa membaca Ayat Kursi setiap selesai menunaikan shalat lima waktu, maka tidaklah ada yang menghalanginya untuk masuk ke dalam Al-Jannah (Surga) kecuali kematian.” (HR. An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra no. 9928)

  1. Nabi SAW juga memerintahkan kita supaya membaca Al-Ikhlash dan Mu’awwidzatain (yakni surat Al-Falaq dan An-nas) Sehabis Setiap Shalat (H.R At-Tharmudzi 2903, An-Nasa’i 1336)