MEMBACA SURAT DALAM SHALAT

Apabila telah selesai dari berta’mien, maka hendaklah kita berdiam diri kadar senafas, sambil membaca Bismillah yang disiirkan. Sesudah itu, bacalah suatu surat dari surat-surat Al-Qur’an. Dalilnya Firman Allah SWT mengatakan:
FAQRA-UW MA TAYASSARA MINHU
Maka bacalah apa yang mudah (bagimu dari Al-Qur’an). (Q.S Al-Muzzammil: 20)

Kemudian dalil hadits yang di ketengahkan oleh Imam Ahmad dari Imam Ibnu Hibban, yaitu:
TSUMMAQRA’ BI UMIIL QUR’ANI WAMA SYI’TA
“Kemudian bacalah ummul Qur’an dan ayat-ayat Al-Qur’an yang engkau sukai”
Surat itu di baca di tiap-tiap rakaat yang pertama dan yang kedua dari tiap-tiap shalat. Pembacaan surat itu dijaharkan di setiap shalat jahar dan disiirkan di setiap shalat sir.
Hendaklah surat-surat itu di baca dengan tertib dan tartil. Dan berhenti (Waqaf) di tiap-tiap ayat, atau di tempat-tempat yang di pandang baik berhenti pada tempat itu.

Petunjuk Rasul SAW:
A.Tentang hal memanjangkan atau memendekkan surat-surat yang di baca dan keadaan membacanya:
1). Rasulullah SAW terkadang membaca surat yang panjang, terkadang yang sederhana dan adakalanya yang pendek, Apabila di kehendaki oleh keadaan.
2). Rasulullah SAW senantiasa membaca surat dari awalnya, tidak pernah beliau memulai pembacaan di pertengahan surat atau di akhirnya.
Hanya terkadang-kadang beliau menghabiskan pembacaan surat itu di suatu raka’at saja, dan ada kalanya beliau berhenti di pertengahan surat dan kemudian beliau menamatkannya di raka’at ke dua.
Tidak ada di riwayatkan, bahwasanya Nabi SAW membaca satu atau dua tiga ayat dari suatu surat, atau membaca akhir-akhir surat, melainkan di shalat sunnat Fajar.
Dalam pada itu para sahabat ada yang berbuat demikian. Baca Fiqlus Sunnah 2:278, 774
di shalat sunnat Fajar, Nabi SAW membaca di rakaat yang pertama:


Artinya: “Katakanlah olehmu sekalian. Kami beriman kepada Allah dan beriman kepada Al-Qur’an yang di turunkan kepada kami. Shuhuf-shuhuf yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail dan Ishaq dan Ya’qub dan anak-anaknya (yang dua belas), dan kepada Taurat yang di berikan kepada Musa, dan kepada Injil yang diberikan Isa, dan kepada kitab-kitab (mu’jizat) yang di berikan kepada Nabi-nabi yang lain. Kami tiada membeda-bedakan antara seseorang dari pada mereka dan kami semuanya menyerahkan diri kami kepada Allah SWT” (Q.S Al-Baqarah 2:136)

Di raka’at kedua dari sunnat Fajar beliau membaca:


Artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (Q.S Ali Imran 2:64)

3). Dan Rasulullah SAW pernah membaca satu surat di kedua-kedua raka’at, sebagaimana beliau pernah membaca dua-dua surat di tiap raka’at.


Umpamanya: Rasulullah SAW pernah membaca surat Al-A’raf di shalat Maghrib, sebagian beliau baca di raka’at pertama dan sebagian lagi beliau baca di Raka’at yang kedua. Rasulullah SAW pernah membaca “Idza Zulzilat” (Surat Al-Zalzalah) di kedua-dua raka’at shalat subuh.

4). Rasulullah SAW biasanya memanjangkan bacaan rakaat yang pertama atas rakaat yang ke dua pada tiap-tiap rakaat Shalat.

5). Rasulullah SAW pernah membaca dalam shalat sir surat yang ada di dalamnya sujud tilawah. Beliau bersujud dan bersujud pulalah para ma’mum. (Muttafaq’alaih, No. 1052 dan 576)

B. Tentang ukuran panjang bacaan pada tiap-tiap shalat dan surat-surat yang di baca:
1). Ukuran biasa bacaan shalat subuh dan surat-surat yang di baca oleh Nabi SAW di dalamnya:
Menurut keterangan yang shahih, pembacaan di shalat itu ghalibnya (biasanya) ialah sekedar enam puluh hingga seratus ayat, yakni buat tiap-tiap raka’at.
Di shalat subuh pada pagi Jum’at, beliau tetap membaca di rakaat yang pertama Surat “Alif Lam Miim Tanzilal” (As-Sajadah)
Dan di rakaat yang kedua, beliau membaca “Hal ataa ‘alal Insaan” atau surat Ad-Dahri (Al-Insan). Beliau baca sucukup-cukupnya, tak pernah beliau baca setangah-setengah saja

2). ukuran biasa bacaan shalat Dzuhur dan surat-surat yang di baca Nabi SAW di dalamnya:
Rasulullah SAW membaca di shalat Dzuhur, kira-kira 30 ayat pada tiap-tiap raka’at. (H.R Muslim No. 452 dan Abu Daud). Rasulullah SAW pernah Membaca di shalat Dzuhur surat Al-A’la dan “Wal-laili Idza Yaghzya” atau “Wassama I Dzatil Buruj” dan “Wassama I Waththariq” dan surat-surat yang sepertinya. (As-Sunnan)
Rasulullah SAW pernah membaca Surat Luqman dan Adz-Dzariyat

3).Hukum biasa bacaan shalat Jum’at dan surat-surat yang tetap di baca Nabi SAW didalamnya:
Rasulullah SAW membaca di shalat Jum’at, ada kala surat Al-Jumu’ah dan Al-Munafiqun, adakalanya Surat Al-A’la dan Al-Ghasyiyah.

4). Ukuran biasa bacaan shalat Ied dan surat-surat yang dibaca Nabi SAW di dalamnya:
Rasulullah SAW membaca di shalat Ied, adakalanya Surat Qaaf dan Iqtarabat dengan sesempurna-sempurnanya tak pernah beliau membaca Akhir-Akhirnya saja. Dan adakalanya surat Al-A’la dan Al-Ghasyiyah.

5). Ukuran biasa bacaan shalat Ashar dan surat-surat yang di baca oleh Nabi SAW.
Rasulullah SAW membaca di shalat Ashar, sekedar 15 Ayat pada tiap-tiap rakaat. Tegasnya separu Dzuhur, jika di pendekkan, sama dengan Dzuhur jika di panjangkan.

6). Ukuran biasa bacaan shalat Maghrib dan surat-surat yang di baca Nabi SAW di dalamnya.
Rasulullah SAW pernah membaca di shalat Maghrib, Surat Al-A’raf, Surat At-Thur, Surat Al-Mursalat dan Surat Ad-Dhukan. (H.R Khamsah). Riwayat yang shahih menerangkan, bahwa Nabi SAW membaca Surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas di shalat sunnat Mahgrib.

7). Ukuran biasa bacaan shalat ‘Isya dan surat-surat yang di baca Nabi SAW didalamnya.
Rasulullah SAW pernah membaca di shalat ‘Isya, surat “At-Tin” dan pernah membaca “Al-Insyiqaq” serta bersujud tilawah dan surat “Adh-Dhuha” dan surat yang sepertinya.
Tegasnya shalat ‘Isya lebih kurang sama dengan Ashar.

Apabila kita telah selesai dari membaca surat, maka hendaklah kita berdiam kadar senafas, sesudah berdiam kadar senafas, sekedar membaca “Subhanllah”, jangan sekali-kali di sambung terus akhir surat dengan Takbir rukuk.

Syeikh Al-Islam Ibnu Taimiyyah dalam Al-Ikhtigarat Al-Fiqhiyyah II 53 berkata, membaca sedikit ayat Al-Qur’an di sertai banyak perenungan lebih baik dari pada membaca banyak ayat tanpa perenungan.
Imam Ahmad mengatakan, bahwa hal ini dinyatakan oleh para sahabat dengen Jelas.

Tiada batasan pasti mengenai bacaan Al-Qur’an setelah Al-Fatihah. Para Fuqaha menganjurkan membaca surat-surat Al-Mufashshal (yang tidak terlalu panjang) pada shalat Subuh, Surat-surat Al-Mufashshal yang tidak terlalu panjang. Pada shalat Dzuhur, Ashar dan ‘Isya. Dan surat-surat yang pendek-pendek pada Shalat Maghrib.
Sahabat Abu Hurairah R.A telah menceritakan bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
AYUHIBBU AHADUKUM IDZAA RAJA’A ILA AHLIHI AN-YAJIDA FIHI TSALATSA KHALIFATIN IZHMIN SIMANIN? QULNA: NA’AM QALA: FATSALATSU AA YATIN YAQRA-U BIHINNA AHADUKUM FISHALATIHI KHAIRUNLAHU MIN TSALATSI KHALIFATIN ‘IZHA MIN SIMANIN.
“Apakah seseorang di antara kalian suka apabila kembali kepada keluarganya, maka ia akan menjumpai pada keluarganya tiga ekor unta bunting yang besar lagi gemuk?”. Kami menjawab “Ya”. Rasulullah SAW bersabda “Maka tiga ayat yang dibaca oleh seseorang di antara kalian dalam shalatnya adalah lebih baik baginya dari pada tiga ekor unta bunting yang besar lagi gemuk.” (H.R Muslim)

Keterangan: Pembahasan ini untuk menjelasakan keutamaan membaca surat sesudah Al-Fatihah. Hal ini di sunnahkan dalam dua raka’at pertama dari shalat yang empat dan tiga raka’at, serta dua raka’at subuh. Bacaan ini di sunnahkan Dalam semua shalat, Hadits ini di riwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Bab keutamaan Al-Qur’an.

Abu Qatadah R.A telah menceritakan hadits berikut:
Artinya: “Nabi SAW telah membaca Fatihatul Kitab dan dua surat di dalam dua raka’at pertama dari shalat Dzuhur, dalam raka’at yang pertama, Suratnya panjang. Sedangkan dalam raka’at yang kedua suratnya pendek. Adakalanya beliau SAW memperdengarkan ayat (yang di bacanya). Dan dalam shalat ‘Ashar, Nabi SAW melakukan hal yang semisal. Dan Nabi SAW pada raka’at yang pertama dari shalat subuh selalu memanjangkan bacaannya dan dalam raka’at yang kedua memperpendeknya.” (HR. Khamsah Kecuali Thurmudzi)

Didalam Riwayat yang lain, di sebutkan
WAKANA YAQRA-U FIRRAK’ATAYNIL UKHRA YAYNI BIFATIHATIL KITAB
Artinya: “adalah Nabi SAW di dalam dua raka’at yang terakhir beliau hanya membaca surat Al-Fatihah”

Menurut riwayat yang dikemukakan oleh Imam Tarmidzi dan Imam Hakim menyebutkan:
QARA ANNABIYU S.A.W. FISHSHUBHI BIL WAQI’AH
Nabi SAW dalam shalat subuh membaca surat Al-Waqi’ah. Di dalam Riwayat dari Abdullah Ibnu Sa-ib R.A telah menceritakan hadits berikut:
Nabi SAW shalat subuh bersama dengan kami di Makkah, maka ia membukanya dengan surat Al-Mu’miniin, sehingga ketika sampai pada kisah tentang Nabi Musa dan Harun, atau kisah tentang Nabi Isa, ia mengalami batuk, lalu rukuk. (H.R Syaikhain)

Jabir Ibnu Samurah R.A telah menceritakan pula hadits berikut:
“Nabi SAW di dalam shalat Dzuhur, sering membaca surat “Al-Yaghsya” dan salah satu di antara surat yang ada pada hadits sebelumnya. Dalam dua rakaat yang pertama, atau Nabi SAW membaca surat ini pada rakaat yang pertama. Dan pada raka’at yang kedua membaca surat lainnya yang semisal.” (H.R Muslim dan Abu Daud)
di dalam shalat subuh, Nabi SAW membaca ayat-ayat di antaranya, “Al-Haaqqah”, Qaaf Wal Qur anil Majiid, Falaa Uqsimu Bil Khunnasil Jawaaril Kunnas , Wal Laili Idzaa ’As ‘As Dalam shalat subuh. At-Takwir, Al-Waqiah, Al-Mu’miniin, Al-Zalzalah.

Dari Ibnu ‘Abbas diriwayatkan bahwa Nabi SAW membaca dalam shalat subuh di hari Jum’at surat “Alif Lam Miim Tanzil” dan surat “Hal Ataa ‘Alal Insaani” dan dalam shalat jum’at membaca surat Al-Jumu’ah. (H.R Ahmad, Muslim dan Abu Daud)

Nabi SAW pada shalat subuh hari Jum’at pernah dalam raka’at yang pertamanya membaca surat As-Sajdah, yang terletak di antara surat Luqman dan surat Al-Ahzab. Dan beliau sujud tilawah sesudah membaca Firman Allah SWT:
WASABBAHU BIHAMDIRABBIHIM WAHUM LA YASTAKBIRUUN
Artinya: “Dan mereka bertasbih serta memuji Rabb-Nya, sedangkan mereka tidak menyombongkan diri.” (Q.S As-Sajdah: 15)
Pada raka’at yang kedua, Nabi SAW membaca surat Ad-Dhar atau surat Al-Insan, karena itu di anjurkan agar sekali-kali kedua surat tersebut di baca dalam shlat subuh hari Jum’at. Menurut pendapat Imam Syafi’i.

Jika sujud tilawah di dalam shalat, maka orang membaca takbir ketika turun untuk bersujud dan ketika bangun, berdasarkan hadits Marfu’ dari Ibnu Mas’ud:
INNAHU KANA YUKABBIRU FIY KULLI RAF’IN WA KHAF DHIN WAQIYAMIN WA QU’UWDIN
Artinya “Beliau membaca takbir setiap kali bangun, turun, berdiri dan duduk.” (H.R Ahmad 1/442)
Dan di amalkan oleh para sahabat yang empat dan ahli Fiqih.