ADAB-ADAB BATHIN DALAM SHALAT

Firman Allah SWT berfirman:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Artinya: Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk. (Q.S Al-Baqarah 2:238)

Untuk memelihara shalat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Yakni dengan Khusyuk, Kita harus mengetahui apa maksud dan tujuan kita untuk mendirikan shalat itu, Baik gerakannya maupun bacaannya. Untuk itu, kita harus melaksanakannya dengan kesadaran yang tinggi

A. Adab di Kala Berdiri

Di Kala Kita berdiri, hendaklah kita ingat bahwa kita berdiri itu dihadapan Allah buat memuji-Nya dan menyanjung-Nya, buat Memuliakan-Nya dan buat membaca Kalam-Nya, hendaklah kita ingat bahwa kita berdiri itu buat memperhadapkan jiwa kepada Allah SWT, sebagaimana kita menghadapkan wajah kita kea rah Kiblat. Hendaklah kita ingat, kita telah menghadapkan wajah kita kea rah Ka’bah, bagitu pula hendaknya kita hadapkan Jiwa dari segala sesuatu kepada Allah SWT. Sendirinya dan hendaklah di kala berdiri, itu kita kenangkan bahwasanya Allah SWT itu “Haiyyun Qaiyyum” yang senantiasa hidup lagi Maha mungurus segala sesuatu dengan sendiri-Nya. Dengan tidak berhajat kepada bantuan Makhluk ciptaan-Nya, ataupun sesuatu yang ada dilangit maupun di bumi. Tegasnya, hendaklah “Berdiri” itu, membangkitkan kenangan bahwa Allah SWT itu bersifat dengan “Qiamuhu Binafsih” (Berdiri sendiri, yakni mengurus segala sesuatu dengan sendirinya.

B. Adab di Kala Mengangkat Tangan dan Bertakbir

  1. Mengangkat tangan itu memberi isyarat, bahwa kita akan masuk langsung kedalam shalat, buat menundukan ketundukan hati dan seluruh anggota tubuh, untuk patuh melaksanakan perintah, yakni: Syarat dan Rukun shalat dilaksanakan dan menghentikan semua larangan, yaitu: Semua yang membatalkan shalat, yakni: Makan, Minum, Bicara, keluar sesuatu dari Qubul dan dubur dan banyak gerakan yang tidak diperlukan dalam shalat

Apabila kita mengangkat tangan, maka hendaklah kita ingat akan kebesaran Allah dan ketinggian-Nya. Semua aktivitas (kegiatan sehari-hari) kecilkanlah, jangan di Ingat. ingatan kita hanya kepada Allah, yang Maha Besar. Tempat kita memuja dan meminta

  1. Takbir itu, tanda telah masuk kedalam  upacara bermunajat dengan sesungguh-sungguhnya, Takbir itu mengandung segala konsekuensinya.  Apabila kita membaca takbir, maka hendaklah kita ingat benar-benar, bahwasanya Allah SWT itu maha Tinggi, bahwasanya Allah SWT sangat berkuasa dan sangat tembus Segala kekuasaanya. Dan janganlah kita mengingat segala sesuatu disaat kita mengucapkan takbir itu, ingatan kita hanmya tertuju kepada Allah yang Maha Besar, Besar Kekuasaan-Nya, Keagungan-Nya, Ketinggian-Nya. Dan hendaklah kita hujamkan Perasaan kehinaan diri, menghadapNya, kepada yang maha Agung dan Maha Suci dikala kita meletakkan tangan atas dada

C. Adab di Kala Membaca Dzikir Iftitah

Iftitah, Ialah: Pembukaan, Apabila kita membaca dzikir Iftitah, maka hendaklah kita ingat benar-benar akan segala makna nya, serta kita pahamkan dengan sebaik-baiknya, Makna yang di Ingat, ketika membaca itu.

Dzikir Iftitah itu ialah:
Mengakui kesucian Allah, senagaimana sabda Rasulullah SAW:

SUBHANAKA ALLLAHUMMA WABIHAMDIKA WATABARAKASMUKA WATA’ALA JADDUKA WALA ILAHA GHAIRUKA

Artinya: “Maha Suci Engkau Ya Allah, Dan Dengan Namamu Aku Memujimu, Maha Suci Namamu Dan Maha Tinggi Kebesaranmu, Serta Tidak Ada Sesembahan Yang Haq Selain Engkau” (H.R Ahmad 3/50, Abu Daud 775, At-Thurmudzi 242)

Dalam Hadits Riwayat Muslim No. 399, dari Ubadah, “Bahwasanya Umar bin Khaththab pernah menjaharkan kalimat tersebut dihadapan para sahabat beliau”. Membaca do’a iftitah hendaklah dibaca dengan suara pelan (sirr), Karena Nabi SAW melakukannya demikian.

  • Apabila kita membaca “Subhanalakallahumma Wa Bihamdika”, hendaklah kita kenangkan bahwa Tuhanlah yang Maha Suci dari segala Ke’aiban dan yang Maha Sejahtera dari segala kekurangan dan kepadaNya tempat kita memuja dan memuji dari segala rupa puji-pujian

Sesungguhnya memuji Allah SWT itu, menghendaki kita mensifatkan-Nya dengan segala sifat kesempurnaan dan mensucikannya dari segala kekuarangan, dan kepadaNya lah kita menghambkan diri yaitu, mematuhi aturan-Nya.

  • Apabila kita membaca “Watabarakasmuka” hendaklah kita kenangkan, bahwa menyebut nama Allah SWT diketika melakukan sesuatu perbuatan, mendatangkan keberkatan, dan bahwa menyebut nama Allah SWT, terhadap sesuatu yang sedikit, menyebabkan Allah SWT membanyakannya, dan menyebut Nama Allah SWt terhadap sesuatu bencana, menyebabkan Allah SWT menghilangkan bencana itu. Dan menyebut Nama Allah SWT terhadap Syaithan, menyebabkan hinanya Syaithan itu, dan mematahkan tipu dayanya.

  • Apabila kita membaca “Wata’ala Jadduka” hendaklah kita kenangkan, bahwasanya Allah SWT itu sangat tinggi Kebesaran-Nya, mengatasi segala kebesaran, bahwasanya Allah SWT Maha Tinggi kuasaNya, memgalahkan segala kekuasaan.

  • Apabila kita membaca “Wala Ilaha Ghairuka”, hendaklah kita ingat benar-benar bahwasanya Allah SWT, maha Tinggi tidak berserikat, bahwasanya Allah SWT maha Suci, tidak bersekutu dalam urusan-Nya, dalam ketuhanan-Nya, dalam Keuluhiyahan-Nya, dalam pekerjaan-Nya, dan tidak pula dalam sifat-Nya. Dia maha kuasa atas segala sesuatu, Maha Suci Allah SWT, Tiada Tuhan lain, yang ada hanya Allah SWT.

  • Adab di Kala Berta’awwudz, Ber-ta’awwudz itu ialah, melindungkan diri dengan Allah SWT dari gangguan-gangguan dan tipudaya syeithan Lakanatullah. Ber-ta’awwudz dipermulaan membaca Al-Qur’an, berarti melindungkan diri dengan Allah SWT dari gangguan-gangguan syeithan yang terkutuk, yang selalu berusaha memalingkan hati kita dari menghadapkan diri kita kepada Allah SWT. Apabila kita membaca “A’udzubillahi Minasy Syaitha Nirrajim, Wa Harzhihil Wanafkhihi Wa Mafatsih” , Maka hendaklah kita ingat bahwa kita melindungkan diri kepada Allah SWT dan berpegang kuat-kuat kepadaNya dan qudratNya, dari musuh-musuh kita (Syeithan) yang bermaksud memutarkan hati kita dari pada Allah SWT, agar kita menjadi orang-orang yang buruk dan keji dalam bersikap terhadap Allah SWT.

Sebelum kita membaca AlFatihah, kita dianjurkan ber-ta’awwudz, sebagaimana Firman Allah SWT:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Artinya: Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (Q.S An-Nahl 16:98)

Seluruh kandungan Al-Qur’an itu merupakan cahaya dan hidayah menuju Jalan yang lurus, dan setan tidak menghendaki umat manusia itu menempuh jalan itu, karena ia berusaha berkeliaran untuk memalingkan manusia dari apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an, yang berisikan cahaya dan tuntunan serta petunjuk. Suatu hal yang wajar jika kita diperintahkan membaca “Isti’adzah” ketika hendak membaca Al-Qur’an

Kiranya menjadi keharusan bagi orang yang mendirikan shalat, menjadikan ucapan ta’awwudz, sebagai alat pembangkit atau persiapan, pencegahan untuk menangkis upaya setan dalam bisikan-bisikannya, sehingga kita dapat berkonsentrasi penuh, memfokuskan hati dengan motivasi shalat, sehingga setan enggan menganggunya