TATA CARA SHALAT DAN RUKUN RUKUN-NYA


Sebelum kita melakukan shalat, kita harus mengetahui syarat sahnya kita melakukan shalat itu, apa-apa sajakah yang diwajibkan dan apa-apa sajakah yang membatalkannya, rukun-rukun apasajakah yang harus dilakukan. Adapun rukun-rukun shalat yang harus kita penuhi ada 13 perkara:

1.      Niat, sebagaimana hadits Rasullullah SAW dari sahabat Umar R.A menceritakan bahwa nabi SAW bersabda:

Innamala’malu Bin Niat Wa Innama Likullim Ri’immanawa
Artinya: “sesungguhnya semua amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya tiap-tiap orang itu hanyalah memperoleh apa yang telah diniatkannya” (Riwayat Khamsah kecuali Abu Daud)

2.      Berdiri, shalat dimulai dengan takbiratul ikhram dengan berdiri dalam shalat fardhu jika mampu, jika tidak mampu boleh sambil duduk, tidak mampu juga boleh sambil berbaring. Shalat sunnah boleh dikerjakan seseorang sambil duduk meskipun dia mampu berdiri. Nabi SAW bersabda:

Shalli Qa Iman Fa Illam Tastathi’ Faqa’ Da Fa Inlamtastathi’ Fa ‘Ala Janbi
Artinya: “shalatlah dengan berdiri, jika engkau tidak mampu dengan duduk, jika engkau tidak mampu pula dengan berbaring” (H.R Bukhari dan Annasa’i)

3.      Takbiratul Ikhram, Abdullah bin Umar R.A menyampaikan haditsnya:

 Aku melihat Rasullulah SAW jika beliau hendak shalat, maka beliau mengangkat tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya, lalau bertakbir. jika hendak rukuk, beliau melakukan hal itu juga. tapi, beliau tidak melakukan hal itu ketika mengangkat kepala dari sujud.” (Mutafaq’alaihi 703, 390)

4.      Membaca Al-Fatihah, bedasarkan hadits dari Ubadah Ibnush Shamid R.A telah menceritakan, Nabi SAW pernah bersabda:

La Shalata Limanlam Yaqra’ Bifatihatil Kitabi
Artinya: “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihatul kitab” (Riwayat Khamsah)

5.      Rukuk, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 43 dijelaskan:

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk”

6.      I’tidal, dari ibnu Abbas R.A, jika nabi SAW mengangkat kepala dari rukuk, beliau membaca

Allahumma Rabbana Lakal Hamdu Mil Ussamawati Wamil Ul Ardi Wama Baynahuma Wamil Uma Syi’ta Min Say’in Ba’du Ahlats Tsina I Wal Mahdi Allahumma La Mani’a Lima A’thaita Wala Mu’thiya Lima Mana’ta Wala Yanfa’u Dzaljaddi Minkal Jaddu
Artinya: “Ya Allah segala puju bagimu hingga memenuhi langit dan bumi, dan apa yang ada diantara keduanya dan memenuhi apa saja setelahnya sekehandakmu. Engkaulah zat tempat semua sanjungan dan keagungan perkataan yang paling pantas dikatakan oleh hamba, dan kami semua adalah hambaMu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang engkau berikan, tidak ada yang dapat memberikan apa yang engkau halangi, dan kesungguh-sungguhan tidak bermanfaat bagi pelakunya disisMu.” (H.R Ahmad 3/87, Muslim 477, Annasa’i)

7.      Sujud, sahabat Ibnu Abbas R.A telah menceritakan bahwa Nabi SAW pernah bersabda:

Umirtu An Asjuda ‘Ala Sab’ati ‘Azhumin ’Alal Jamhati Wa Asya Rabiyatihi ‘Ala Anfihi Walyadaini Warru’batayni Wa Athraful Qadha Maiyni Wala Nakfitats Tsiaba Wasy Sya’ara
Artinya: “Aku diperintahkan untuk bersujud diatas tujuh anggota,  yaitu diatas kening, kemudian beliau SAW mengisyaratkan dengan tangannya ditujukan kepada hidungnya, tangannya, kedua lututnya dan kedua telapak kakinya. Dan kami tidak menyingkapkan pakaian dan rambut”. (Riwayat Khamsah)

8.      Duduk diantara kedua sujud, Abu Hamid As-sa’idi meriwayatkan tentang tata cara shalat nabi SAW.

Idza Jalasa Fittasyahudil Awwali Jalasa ‘Ala Rijlihil Yusra Wanashabal Yumna
Artinya: “ketika duduk untuk tasyahud pertama, beliau duduk diatas kaki kiri dan menegakan kaki kanannya”  (H.R Bukhari 794)

9.      Duduk yang terakhir, duduk tawarruk untuk tasyahud Akhir, bedasarkan hadits Abu Hamid As-sa’idi mengenai tata cara nabi SAW shalat

Idza Jalasa Fiyrak’atil Akhiyrati Qaddama Rijlahul Yusra Wannashabal Ukhra Waqa’ada ‘Ala Maq’adatihi
Artinya: “Jika beliau duduk pada raka’at terakhir, beliau memajukan kaki kiri, menegakan kaki kanan dan duduk diatas tempat dududnya” (H.R Bukhari 794)

10.  Membaca tasyahud (Tahyat) Imam Asy-syai’i menguatkan redaksi tasyahud Ibnu Abbas R.A yang diriwayatkan oleh muslim nomor 403. Rasullullah SAW mengajarkan kami tasyahud sebagaimana beliau mengajarkan kami satu surat dari Al-Qur’an, beliau bersabda:

Yang Artinya: Penghormatan yang penuh keberkahan dan shalawat hanya bagi Allah, kedamaian dan kasih sayang Allah dan keberkahannya bagimu wahai nabi. Kedamaian bagi kami dan bagi hamba-hamba Allah yang shaleh, aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambanya dan rasullnya

Saat membaca lafadz tauhid orang yang shalat memberi isyarat dengan jari telunjuk lalu membaca shalawat kepada nabi SAW karena nama beliau disebut diakhir tasyahud, agar orang yang shalat itu selamat dari celaan yang disebut didalam hadits:

Albakhilu Man Dzukirtu ‘Indahu Falam Yushalli ‘Alayya
Artinya: Orang yang bakhil adalah orang yang namaku disebut disisinya lalu tidak membaca shalawat kepadaku (H.R Ahmad 1/201)

11.  Tata cara bershalawat kepada nabi SAW terdapat dalam hadits ka’b bin ‘ujrah R.A. kami berkata “wahai Rasullullah, ajari dan beri tau kami bagaiman cara membaca salam dan shalawat kepadamu?” Beliau bersabda:

Qulu: Allahummashshalli ‘ala Muhammad wa’ala ali Muhammad kama shallaita‘ala ali ibrahim innaka hamdummajid, Allahumma Barik’ala Muhammad Wa’ala ali Muhammad kama barakta ‘ala ali ibrahim innaka hamidum majid
Artinya: “katakanlah: Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji dan maha agung. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana engkau beri berkah kepada keluarga Ibrahim. Sesunggunya engkau maha terpuj dan maha agung” (H.R Jama’ah)

Tetapi at-Tarmudzi dan Ibnu Majjah yang menyebut lafadz hadts diatas: ‘Ala Ibrahim “kepada Ibrahim” di kedua tempat dan tidak menyebutkan Ala Ali Ibrahim

12.  Salam, membaca dua kali salam kekanan dan kekiri sambil mengatakan “Assalamu’alikum Warahmatullahi Wabarakatu” bedasarkan sabda nabi SAW:

Watahliluha Ittasliymu
Artinya: “dan penghalal dari shalat adalah ucapan salam” (H.R Para penulis Sunan)

Pada setiap bacaan salam orang, menoleh sampai orang di belakangnya melihat pipinya, karena:

Rasullullah SAW Yaltafitu Ma’a Kulli Tas Liymati Hatta Yura Bayadhu Khaddihi
Artinya: Rasullullah SAW menoleh sampai pipinya yang putih telihat

13.  Tertib, teratur menurut urutannya sebagaimana yang dilakukan Rasullullah SAW. Nabi juga menegaskan dalam hadits yang bermakna: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku melakukannya” Tertib juga diartikan melakukan segala sesuatu dengan tenag dan tidak terburu-buru (Thuma’ninah) sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an dalam Surat Al-Mukminun Ayat 1-2. Frimannya:

Qad Aflahal mu’minun, Alladzi nahum fishalattihim Khasyi’un
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang mukmin, yaitu orang-orang yang melakukan shalat dengan khusyu’ yakni melakukan sesuatu dengan ketenangan danm memahami apa-apa yang di ucapkannya dalam melakukan shalat tersebut.”