MARTABAT SHALAT

Shalat dan Kedudukannya adalah bagian terpenting dalam Islam. Shalat merupakan tiang penyangga yang sekaligus menjadi ciri Islam dan juga pembeda antara Kafir dan Muslim. Shalat merupakan syarat mencapai Keselamatan dan penyangga Iman seseorang, ia juga merupakan penghubung antara hamba dengan Tuhannya, Ia penyejuk mata dan pelipur hati.

Allah SWT memerintahkan shalat lima waktu untuk mengingat dan berzikir mengagungkan kebesaranNya, Begitu mulia dan luhur nilainya, agar kita dapat memakai hati, lidah, anggota badan, sekaligus dalam kita memperhambakan diri kepadaNya. Masing-masing dari hati, lidah, akal dan anggota badan lainnya memperoleh bagian dalam memperhambakan diri kepadaNya, melakukan (mendirikan) shalat karenaNya.

Perintah untuk mendirikan shalat banyak disebut kan dalam Al-Qur’an antara lain:

إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Artinya: Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Q.S An-Nisa: 4:123)

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Artinya: Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk. (Q.S Al-Baqarah 2:238)

وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

Artinya: dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. (Q.S Al-Baqarah 2: 43)

Diantara hadits-hadits Nabi SAW yang menerangkan tentang Shalat adalah:

Dari Ibnu Mas’ud R.A berkata:
Saya bertanya kepada Rasullullah SAW, “Amalan apakah yang afdal?” Beliau Menjawab: “Shalat sesuai dengan waktunya”. Aku bertanya, “Kemudian Apalagi?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada orang tua”. Aku bertanya lagi, “Kemudian Apa Lagi?” Beliau Menjawab “Jihad di Jalan Allah” (H.R Muttafaq’alaih)

Dari Abu Haurairah R.A berkata:
Aku mendengar Rasullullah SAW bersabda: “Apakah kalian tahu andaikan sebuah sungai berada dirumah salah seorang diantara kalian, dan ia mandi disana 5 Kali setiap hari, maka apakah masih tertinggal daki (kotoran) dari badannya?” mereka berkata “Tidak ada yang tertinggal sesuatu kotoran dari badannya” Beliau berkata, “Maka demikianlah perumpamaan shalat lima kali itu, Allah Menghapuskan Kesalahan-kesalahan” (H.R Muttafaq’alaih)

Inilah yang sebenarnya yang dimaksud dengan menjadikan manusia supaya mereka beribadah kepada Allah SWT. Berfirman Allah SWT 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S Adz-Dzariyat 51:56)

Dengan memperhatikan sifat dan kaifiat shalat, Nyatalah bahwa:
Shalat itu telah disusun dengan cara yang menghasilkan sempurna-sempurna martabat ‘ubudiyah (memperhambakan diri kepada Allah SWT). Ucapan lidah, amalan anggota badan, I’tikat hati, berjalin menjadi satu dalam rangka bagian shalat. Baik dalam berdiri, dalam rukuk, dalam sujud dan dalam duduk.

Kesimpulannya, tak ada keraguan lagi, bahwasanya shalat itu memang sesempurna martabat memperhambakan diri kepada Allah SWT. Sekaligus pembeda antara seseorang Muslim dengan musyrik sebagaimana sabda Rasullullah SAW:

BAINARRAJULI WABAINASYSYIRKI AWI KUFRI TARKU SHSHALAT
ARTINYA: “BEDA ANTARA SESEORANG MUSLIM DAN MUSYRIK ATAU KAFIR ADALAH MENINGGALKAN SHALAT” (H.R Muslim)